Wednesday, November 20, 2024
Tingkat pengangguran di kalangan pemuda terus menjadi perhatian berbagai pihak, terutama dengan kondisi persaingan kerja yang semakin ketat. Dalam rangka menekan angka pengangguran, Pelatihan Barista bagi pemuda pengangguran menjadi salah satu upaya strategis yang dinilai mampu mencetak pengusaha muda kreatif, kompetitif, dan inovatif.
Maka atas dasar itulah, kelompok Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) mahasiswa Pascasarjana Jurusan Administrasi Pendidikan, Universitas Islam Nusantara (UNINUS) Bandung, mengadakan pelatihan Barista di Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sugeng Sejahtera, Jl. Nyalindung No. 9 Kampung Babakan Ds. Cikole Kec. Lembang, Kabubaten Bandung Barat (KBB) - Jawa Barat, Senin (18/11/2024).
Peserta pelatihan berasal dari berbagai latar belakang, di antaranya para santri Ar Risalah Bandung Barat, mahasiswa prodi Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), alumni SMAN 6 Garut, serta para pengajar dan alumni Pesantren Ibnu Hafizh Subang.
Dr. Ricky Yoseptry, S.T., M.M.Pd., (Doktor Ilmu Budaya Pendidikan Uninus) yang menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam pembukaan pelatihan ini, Dalam paparannya, menyampaikan pentingnya pengembangan diri untuk menjadi seorang profesional yang memiliki kualitas moral dan kejujuran di bidang masing-masing, dengan menanamkan nilai dasar dan keterampilan.
Dia juga menyarankan beberapa poin penting untuk menjadi pengusaha muda yang sukses, antara lain, “Pengembangan diri adalah kunci untuk menjadi seorang pengusaha profesional. Pertama, generasi muda harus memiliki kreativitas dan inovasi. Itu bisa dilakukan dengan prinsip ATM, yakni Amati, Tiru, dan Modifikasi. Kedua, berani menghadapi risiko. Ketiga, memiliki etika dan norma bisnis yang baik. Keempat, tanggung jawab dalam setiap tindakan yang diambil. Selanjutnya, memiliki jiwa kepemimpinan, minimal untuk diri sendiri dan kelompok di sekitar kita. Dan yang terakhir, kemampuan problem solving atau pemecahan masalah yang akan sangat berguna dalam dunia bisnis yang penuh tantangan,” demikian kata Ricky.
Pelatihan ini dirancang dengan metode simpel dan praktis, memadukan teori dasar dengan praktik intensif. Peserta tidak hanya mempelajari teknik meracik kopi, tetapi juga mendapatkan wawasan kewirausahaan, manajemen bisnis, dan pemasaran digital.
Salah seorang peserta pelatihan Tanzilal (21), seorang santri asal Lampung, menyampaikan rasa syukurnya mengikuti pelatihan ini. "Ini pengalaman berharga bagi saya. Dari pelatihan ini saya berharap bisa membuka kedai kopi sendiri di kampung halaman, sekaligus memberdayakan teman-teman di sekitar saya," ungkapnya penuh semangat.
Program ini juga, kata Ustadz Misbahudin (mahasiswa Pasca Sarjana Administrasi Pendidikan Uninus Bandung) yang juga hadir saat itu, sejalan dengan kebijakan revitalisasi pelatihan vokasi yang digagas pemerintah dalam Peraturan Presiden RI Nomor 68 Tahun 2022. Pelatihan ini memanfaatkan fasilitas modern di LKP Sugeng Sejahtera, didukung oleh tenaga pengajar berpengalaman, untuk memastikan peserta memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Sementara itu, Drh. Sugeng Pujiono, pemilik (owner) LKP Sugeng Sejahtera dan Kopi Luwak Cikole berharap, Melalui kolaborasi antara mahasiswa pascasarjana UNINUS, LKP Sugeng Sejahtera, dan pelaku usaha lokal, pelatihan ini bisa mencetak wirausaha muda kreatif dan kompetitif. Selain itu, “Program ini juga menjadi bukti nyata peran pendidikan tinggi dalam memberdayakan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal,“ pungkasnya.
**
Sebagaimana diketahui Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Sugeng Sejahtera telah mengadakan Pelatihan Barista sejak 2016 di kawasan Cikole Lembang tepatnya di Kopi Luwak Cikole dan telah menghasilkan 14 angkatan lulusan tenaga Barista.
LKP Sugeng Sejahtera yang resmi berdiri 2018 ini memang lahir karena adanya Kopi Luwak Cikole. Jadi Pelatihan ini lahir karena ada pengalaman memproduksi kopi luwak, pengalaman barista, pengalaman melayani customer.
LKP Sugeng Sejahtera yang resmi berdiri 2018 ini memang lahir karena adanya Kopi Luwak Cikole. Jadi Pelatihan ini lahir karena ada pengalaman memproduksi kopi luwak, pengalaman barista, pengalaman melayani customer.
Target pesertanya merekrut anak-anak muda yang secara ekonomi belum beruntung yang tidak bekerja dan tidak sekolah, mereka ditampung dikasih pelatihan gratis selama seminggu. Setelah selesai pelatihan, mereka diberi alat, sarana prasarana untuk jualan. Benar-benar modal dengkul, tapi tentunya mereka semua diseleksi dulu.
Selain program pelatihan mandiri, LKP Sugeng Sejahtera pun belakangan ini bekerjasama dengan kemendikbudristek mengadakan PKW (Program Kecakapan Wirausaha) yang merupakan Program unggulan dari Direktorat Kursus dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, yang bertujuan sama, mencetak para wirausahawan dan mengurangi pengangguran.
Pelatihan kerjasama dengan pemerintah ini sudah berjalan sejak 2021-2022-2023, dan tahun 2024 ini pun LKP Sugeng Sejahtera kembali dipercaya pemerintah terkait untuk melaksanakan Program Kecakapan Wirausaha bidang Barista. Termasuk mengadakan pelatihan Barista bekerja sama dengan mahasiswa Program Pascasarjana UNINUS Bandung. (Asep GP)***
Pelatihan Barista Cetak Pemuda Pengangguran Jadi Pengusaha Kreatif dan Kompetitif
Tingkat pengangguran di kalangan pemuda terus menjadi perhatian berbagai pihak, terutama dengan kondisi persaingan kerja yang semakin ketat....
Tuesday, November 19, 2024
Anak tampil berani berekpresi dan mengingat etika moral pada isi cerita (foto Den SP) |
Pendidikan karakter penting sekali untuk anak usia dini karena dapat membantu anak mengembangkan potensi dan membentuk kepribadiannya secara utuh
Pendidikan karakter baik sekali kalau diajarkan pada anak usia emas (0-5 tahun) karena pada usia ini, pertumbuhan otak anak sangat cepat dan mudah menyerap informasi serta meniru perilaku. Pada usia ini, anak mengalami perkembangan yang pesat dari segi fisik dan kecerdasannya.
Ada banyak cara mengajarkan karakter bagi anak, salah satunya yang kerap dilakukan orang-orang tua kita zaman dulu yaitu dengan mendongengkan cerita-cerita rakyat sebagai pengantar tidur. Karena kita tahu belakangan bahwa cerita rakyat itu adalah sastra lisan yang mengandung ajaran etika dan moral yang luhur, anak- anak usia dini yang mendengar cerita tersebut akan teringat betul bagaima harus bersikap baik di kehidupannya, mencontoh sikap dan perilaku yang dilakukkan tokoh-tokoh cerita rakyat tersebut.
Sepertinya atas dasar itulah ISBI Bandung bekerjasama dengan GTKI, Himpaudi, dan IGRA, menggelar acara Festival Story Telling Cerita Rakyat Nusantara untuk Siswa PAUD se-Priangan Barat 2024, yang berlangsung Sabtu (16/11/2024) di Gedung PGRI Provinsi Jawa Barat Jl. Talaga Bodas No. 56-58 Kec. Lengkong Bandung.
Sebagaimana diketahui, story telling itu adalah kegiatan menyampaikan cerita kepada pendengar, baik secara lisan atau dengan menggunakan alat /media.
Kenapa story telling ini diajarkan pada PAUD/TK, karena kita ingin penamaman karakter itu dimulai dari usia dini dan kami berharap dengan keberaniannya untuk tampil dihadapan orang banyak, kepercayaan diri anak akan muncul.
Ketika story telling ini diajarakan sejak dini berarti anak akan punya keterampilan menguasai dirinya sendiri, itu yang paling pertama. Kemudian guru-gurunya mulai mengasah potensi anak didiknya.
Kemudian dengan story telling ini akan mengasah kecakapan, kecerdikan, akan memunculkan kecerdasan sosial, ada kecerdasan bagaimana memaknai dari intelegensianya kemudian bagamana menghapal dan ketika sudah hapal ini mau diapakan, dan di acara ini anak tidak diatur guru, guru hanya mengarahkan, ketika tampil di sini anak-anak bebas mengekpresikan dirinya.
“Yang terpenting bagaimana kita mengajarkan etika pada anak dengan nilai-nilai luhur yang ada dalam cerita rakyat, bagaimana harus bersikap, bertindak, berbicara, dan berpikir, sebab biasanya tradisi lisan itu mengajarkan kita etika, estetika, bagaimana cara berprilaku yang benar. Kemudian bagaimana cerita rakyat nusantara ini menjadi referensi bagi anak-anak kita yang nilai-nilai luhurnya bisa diimplementasikan dalam kehidupannya di kemudian hari, itu yang terpenting,“ demikian disampaikan Rektor ISBI Retno Dwimarwati, dalam sambutannya.
Rektor sangat mengapresiasi acara pendidikan karakter anak lewat cerita rakyat nusantara ini, sebab hasilnya langsung terbukti, anak berani tampil dan memukau, dan semua ini tentu saja berkat kinerja guru-gurunya yang luar biasa, katanya.
Ya luar biasa, karena tak mudah mengajarkan anak-anak di usia dini, harus super sabar dan memiliki berbagai kompetensi, guru PAUD/TK harus bisa menyanyi, menari, olahraga, harus bisa semuanya. “ini adalah pekerjaan yang luar biasa,” puji bu rektor.
Sementara itu Ketua Pelaksana kegiatan Rieke Sukmawati mengatakan, kegiatan Festival Story Telling Cerita Rakyat Nusantara ini merupakan kelanjutan dari kegiatan lokakarya pada oktober lalu yang diikuti oleh perwakilan guru se-Priangan Barat.
Festival Story Telling Cerita Rakyat Nusantara ini diikuti oleh 25 siswa PAUD se-Priangan Barat yang Ngadongeng cerita- cerita rakyat nusantara.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan dalam pemahaman anak-anak tentang cerita rakyat Nusantara. Mereka bebas berkreasi secara kreatif untuk menyampaikan pesan moral yang ada dalam carita rakyat nusantara tersebut dengan gaya dan pemahaman mereka masing-masing dan Alhamdulillah, hasilnya bisa dilihat, anak-anak dengan percaya diri bisa menampilkan narasi dari cerita rakyat nusantara yang sudah dipilihnya,” demikian kata Rieke.
Iman Soleh dosen ISBI yang juga seniman, sutradra, aktor dan penulis naskah yang menjadi Dewan Juri dalam kegiatan tersebut pun sangat mengapresiasi kreativitas siswa PAUD yang berani tampil dan percaya diri.
Tentu saja kata Iman, ini adalah kerja semua tim. Dari mulai yang membuat naskah cerita, aransemen musik hingga gambar penunjangnya, sehingga cerita rakyat nusantara itu ditampilkan menjadi menarik.
Kegiatan ini menurutnya, bermanfaat dalam perkembangan budaya, dan sebagai wahana untuk mengajarkan etika, moral dan norma-norma yang ada di masyarakat kepada anak-anak untuk bekal kehidupan bermasyarakatnya kelak.
“Saya berharap, kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini tapi harus ada pendokumentasian cerita rakyat nusantara ini dalam bentuk tulisan,” pungkasnya. (Asep GP)***
ISBI Gelar Festival Story Telling Cerita Rakyat Nusantara Untuk Mengajarkan Karakter Pada Anak Usia Dini
Anak tampil berani berekpresi dan mengingat etika moral pada isi cerita (foto Den SP) Pendidikan karakter penting sekali untuk anak usia di...
Monday, November 18, 2024
Pj Gubernur Bey Machmudin Tengah Ngawilujengkeun Kepada Indrawati Lukman Usai Pergelaran (Foto Parno) |
Hal tersebut ditegaskan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, ketika menghadiri acara Pertunjukan Tari Sunda bertajuk "Jalan Sejarah Tari 80 Tahun Indrawati Lukman" di De Majestic, Jalan Braga, No. 1, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, sabtu sore (16/11/2024). Secercah harapan bagi para seniman Sunda untuk tetap bisa bertahan melestarikan seni-budaya Sunda yang adiluhung itu.
Ya semua itu kata Bey, sebagai apresiasi kepada Indrawati Lukman (80) dan Studio Tari Indra atas sumbangsih dan dedikasinya selama 56 tahun melestarikan seni budaya daerah Jawa Barat/Sunda.
Menurut Bey, Indrawati Lukman adalah seorang motivator dan tokoh seni yang dalam usianya 80 tahun masih bisa berkreativitas. Bey yang datang ke Majestic berjalan kaki menyusuri sepanjang Braga Pendek di tengah guyuran hujan, merasa beruntung diundang di pergelaran ini, dan mengakui dia juga pemerhati karya-karya sang Maestro Tari Sunda ini yang menurutnya sangat perfeksionis, filosofis dan penuh warna.
Seluruh Pendukung Acara (Foto Parno) |
Intinya karya Indrawati menurut Bey, sangat luar biasa dan selevel dengan karya seniman Yogya Bagong Kusudiardja (sesuai kartu namanya tidak menuliskan Kusudiardjo).
“Jadi ibu tak perlu rendah hati lagi. Dan saya tantang bu Indra bersama STI ini, untuk tampil sebulan sekali di sini (de majestic) dan biayanya kami tanggung. Kami ingin melahirkan dan memperkenalkan kembali ibu, dan saya yakin ibu masih punya nama besar di Indonesia, karena kalau kami tampilkan karya-karya ibu, saya yakin orang Jakarta dan Yogya akan ke sini. Terimakasih sudah menginspirasi kami semua dan saya yakin murid-murid ibu akan bangga semua,“ demikian kata Pak Pj Gubernur Jabar disambut tepuk riuh para hadirin yang memenuhi ruangan.
Indrawati Lukman Masih Terampil Menari Di Usianya Yang Ke-80 (Foto Asep GP) |
Dukungan Pj Gubernur kepada Seniman Jawa Barat, sangat disetujui mantan Walikota Bandung Dada Rosada yang juga hadir dalam pergelaran tersebut.
Menurut mantan walikota yang punya sebutan “Bapak Budaya” ini, kita harus mendukung dan membantu kesejahteraan para pelaku seni termasuk untuk STI ini, seperti yang ia lakukan ketika menjabat walikota Bandung, dulu. Seluruh seni budaya Sunda mesti dikembangkan, makanya Kang Dada kala itu sempat membuat gedung untuk sentra seni budaya di Ciporeat seluas 10 hektar. Tapi sayang katanya, tidak dilanjutkan oleh walikota selanjutnya.
Masih Gesit (Asep GP) |
“Padahal seni-budaya itu bagian dari kehidupan, ini harus dilanjutkan. Dan untuk itu harus ada pembinaan dan bantuan dana. Karena kegiatan ini bagaimana pun juga memerlukan dana seperti untuk kostum dan atributnya, serta lainnya. Apa yang mereka butuhkan harus dibantu dan yang harus membantunya pemerintah lewat dinas terkait,“ tandasnya.
Jadi untuk Walikota yang akan terpilih nanti, Kang Dada berpesan agar membantu para pelaku seni, apalagi yang melestarikan budaya daerah, karena kalau hilang budayanya hilang juga bangsanya.
(Asep GP) |
“Ya kalau saya sebutkan walikota nanti harus bersikap seperti saya terhadap para pelaku seni mah saya seperti sombong. Tapi apa yang saya lakukan selama 10 tahun jadi walikota telah dirasakan oleh mereka, kehidupan dan kegiatannya saya bantu kok,” pungkasnya.
Usai pergelaran dan membawakan Tari Kandagan, Indrawati Lukman yang mendapat dukungan dari pemerintah tersebut kelihatan sangat bahagia dan menyambut hangat tawaran Pj Gubernur untuk magelaran sebulan sekali di de majestic.
Salah Satu Karyanya (Asep GP) |
“Saya sangat wellcome karena ini memang cita-cita kami untuk menyuguhkan pertunjukan bagi mereka yang mencintai Tari Sunda. Support dari gubernur itu luar biasa, saya sangat berterima kasih sekali dan mudah-mudahan terealisasi. Beliau sampai nggak mau pulang menyaksikan pertunjukan ini,“ katanya gembira.
Ada 9 tarian yang di pergelarkan saat itu, seperti Tari Rampai Aceh (dibuat tahun 2006), Tari Lagean Tabuhan (2007), Tari Topeng Sasikirana (2022), Tari Moyeg Keprak-Kepruk ( 1988), Tari Ponggawa (1920), Tari Wiragajati (2018), Tari Rinekadewi (1969), Tari Gatotkaca – Antareja (1989), Tari Relati/Kandagan (1958). Semuanya diiringi secara langsung oleh Gamelan di bawah pimpinan Mang Odek dan Sinden Ageng Dewi Resmi. Pergelaran ini juga disutradarai oleh Datam dan MC Ceu Miming.
Tari Rampai Aceh, Sebagai Pembuka (Foto Asep GP) |
Hadir dalam kesempatan itu, selain Pj. Gubernur Jabar Bey Machmudin dan Dada Rosada, yaitu Prof. Arthur S .Nalan (Guru Besar Sosiologi Seni ISBI Bandung), Maestro Tari Sunda Aim Salim, Rektor UPI Prof. Solehuddin, Maestro Tari Sunda Irawati Durban, Guru Besar Tari ISBI Bandung Prof. Een Herdiani dan Prof. Endang Tjaturwati, juga Prof. Keri Lestrari dan cawalkot Dandan Riza Wardhana, Dr. Etty RS, perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, alumni Damas, berbagai sanggar, Galih Pakuan, Pusbitari, Setia Luyu, Natya Dance Community, Lises Unpad, dsb. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
November 18, 2024
CB Blogger
IndonesiaPj Gubernur Bey Machmudin Siap Bantu Indrawati Lukman Tampil Sebulan Sekali di De Majestic
Pj Gubernur Bey Machmudin Tengah Ngawilujengkeun Kepada Indrawati Lukman Usai Pergelaran (Foto Parno) Hal tersebut ditegaskan Pj Gubernu...
Monday, November 11, 2024
Indrawati Lukman Dalam Usianya Yang 80 Tahun Tetap Konsisten Melestarikan Tari Sunda (Asep GP) |
Pergelaran ini akan berlangsung Sabtu Sore (16.00 - selesai), 16 November 2024 di De Majestic, Jalan Braga, No. 1, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung.
Pertunjukan yang bertajuk "Jalan Sejarah Tari 80 Tahun Indrawati Lukman" ini, merupakan persembahan dari para penari murid Studio Tari Indra (STI) untuk Sang Guru, Sang Maestro yang telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk dunia Tari Sunda. Pergelaran tari ini juga sekaligus untuk memperingati Milangkala Studio Tari Indra (STI) yang didirikan Indrawati 56 tahun yang lalu.
Pertunjukan yang melibatkan 35 orang penari dengan diiringi gamelan secara langsung ini akan menampilkan 8 jenis tarian karya Indrawati Lukman.
Tentu saja semua ini membuat Indrawati terharu. "Sungguh saya sangat bangga dan terharu melihat keinginan mereka dan saya yakin mereka mampu karena saya lihat semangatnya besar," katanya serius.
Apalagi rencananya pergelaran tari ini akan dihadiri oleh Pj. Gubernur Jabar Bey Machmudin dan Bapak Budaya Dada Rosada.
Indrawati berharap pertunjukan ini membuka mata dan hati masyarakat dan generasi muda, untuk tidak melupakan seni tari warisan leluhur Sunda yang luhung yang telah ia pergelarkeun ke seantero dunia bersama para muridnya. Tari Sunda harus terus dilestarikan, katanya.
"Merupakan suatu kebanggaan kalau keinginan saya bisa diteruskan kepada generasi selanjutnya. Mudah-mudahan karya saya ini bisa menambah khazanah karya tari Sunda," harapnya.
**
Perjuangan Idrawati Lukman dalam melestarikan Tari Sunda yang sudah lebih dari setengah abad itu banyak mendapat simpati dari para seniman dan budayawan, termasuk Guru Besar Sosiologi Seni ISBI Bandung Prof. Dr. Arthur S. Nalan, S.Sen., M.Hum.
Kata Arthur, komitmen dan kesetiaan Indrawati menjadi kunci dalam sejarah panjang yang telah diukirnya hingga mendapatkan pengakuan nasional menjadi tokoh atau Maestro Tari Sunda.
Sang Maestro (Kelima Dari Kiri Berdiri) Bersama Maestro Irawati Durban dibelakangnya Dewi Gita (Tari Kukupu) Dan Para Generasi Penerusnya Ketika Magelaran Di ISBI (Asep GP) |
Komitmen itu, tercermin saat Indrawati dengan dorongan di dalam hatinya, dengan jiwa kesenimanannya, dengan kecintaannya terhadap tari Sunda, membentuk dan mengelola sebuah lembaga pendidikan tari yang bernama Studi Tari Sunda (STI) yang ia dirikan 56 tahun yang lalu.
Bu Indra dan STI kata Arthur, tidak bisa dipisahkan, seperti gula jeung peueutna (bagai gula dan manisnya). Untuk tetap bertahan selama 56 tahun bagi STI adalah bukan perjuangan yang mudah bagi kelompok tari yang berdiri sendiri tanpa mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah terkait.
"STI juga, sekecil apapun dalam rangkaian perjuangannya melestarikan kesenian Sunda, itu lebih banyak swadaya. Karena tidak ada sponsor secara khusus," tandasnya.
Ya apa yang dikatakan Prof. Arthur memang benar, ketika wartawan bertemu dengan Indrawati Lukman di Parakan Asih Kota Bandung (8/11/2024), Maestro Tari Klasik ini terdengar masih menanyakan, “Harus dikirimkan kemana lagi ini proposal,“ katanya.
Wartawan juga mencatat gigihnya perjuangan istri Ir. Winarya Lukman Machdar ini dalam melestarikan tari Sunda, ketika masih membuka kelas tari di Gedung YPK Naripan, Gedung Wanita Jalan R.E. Martadinata 57 (Jalan Riau), dan di rumahnya sendiri Jl. Senam III No. 15 Arcamanik Kota Bandung. Murid Saehu Tari Sunda R. Tjetje Somantri kala itu masih berumur 50 tahun.
Bersama Prof. Arthur Dan Teh Metty Asisten Pelatihnya (Asep GP) |
Setelah sekian lama, bertemu lagi di Pergelaran Seni Tari Tradisional Sunda Galih Pakuan yang berlangsung di GPK/YPK Jalan Naripan (22/6/2024). Bu Indra yang kini sudah berunmur 80 tahun itu masih tetap menari bersama para Mestro Tari Klasik Sunda lainnya, seperti seperti Aim Salim, Yeti Mamat, Yusriani, Yuli Sunarya, dan Irawati Durban. Usai itu ia juga konon menari di Jakarta. dan bertemu wartawan lagi di Acara Puncak “Bandung Dance Festiuval #7”- Jurusan Seni Tari ISBI Bandung, rangkaian Dies Natalis ISBI ka 56, (20/10/2024) di GK. Sunan Ambu kampus ISBI Bandung.
Di acara tersebut pun Indrawati Lukman menari bersama Irawati Durban (Pimpinan Sanggar Pusbitari), dan para mahasiswa Prodi Tari Sunda D4 ISBI, juga Dewi Gita.
Indrawati kala itu menarikan Tari Kandagan. Tujuannya tetap ngageuing, menghimbau dan mengingatkan agar Tari Klasik Sunda lebih diapresiasi lagi oleh para mahasiswa ISBI dan generasi muda. Dia mencontohkan di usianya yang ke-80 tahun masih menarikan tari klasik dan ini harus ada generasi Penerusnya, katanya. (Asep GP)***
Maestro Tari Klasik Sunda, Indrawati Lukman, Gelar Pertunjukan Tari di Majestic Braga
Indrawati Lukman Dalam Usianya Yang 80 Tahun Tetap Konsisten Melestarikan Tari Sunda (Asep GP) Pergelaran ini akan berlangsung Sabtu Sore...
Monday, October 28, 2024
Prabu Siliwangi (Tengah Berjubah Putih Diperankan Asep Budiman) Didampingi Nyai Padmawati (Rektor Retno Dwimarwati) Dalam Teater Pangeran Sunten Jaya (Foto Asep GP) |
Menyaksikan pergelaran teater Pangeran Sunten Jaya karya Saini KM disutradarai Fathul A.Husein yang merupakan Gelar Kreativitas 2024 Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISBI di GK. Sunan Ambu Jl. Buah Batu No. 212 Bandung (24-25/10/2024), bila dibandingkan dengan 24 tahun yang digelar AUL (Actors Unlimited) di Galeri Soenaryo dengan sutradara yang sama tentu saja sangat berbeda. Sekarang seluruh Prodi yang ada di FSP ISBI (Prodi Tari, Karawitan, Musik, Teater, Etnomusikologi, Pedalangan, Angklung dan Musik Bambu) terlibat di dalamnya, hasilnya pun Walau kata sutradara kawakan dari ISBI Fathul A. Husein, hanya berusaha menyempurnakan saja, karena tidak ada yang sempurna. Dengan persiapan 3 bulan, hasilnya hebat. Pa Saini Karnamisastra dan Rektro Unpad ke-10, Prof. Dr. Ganjar Kurnia, DEA, pun terlihat hadir di pergelaran hari pertama.
(Foto Asep GP) |
Dari keaktoran, di sini ada aktor-aktor kawakan wedalan jurusan Teater ASTI/ ISBI Bandung yang memerankan tokoh-tokoh utama, seperti: Asep Budiman yang memerankan Prabu Siliwangi, juga Rektor ISBI Retno Dwimarwati yang memerankan Nyai Padmawati, Ria Ellysa Mifelsa (R.Tejamantri) Yani Mae (Dewi Sukma), M. Wail Irsyad (Batara Lengser), Irwan Jamal (Pangeran Sunten Jaya), Dani Maulana (Pangeran Mundinglaya Di Kusumah) Khevin Lalenoh (Pangeran Gurugantangan), dan Heriyana (Jaya Antea).
(Foto Asep GP) |
Dari tata musik, seperti gamelan dan tembang Sunda (senandung/hariring) juga, langsung Dekan FSP Ismet Ruchimat dan wakil dekan Lili Suparli turun tangan sebagai komposernya, hingga Naskah cerita Sunda berbahasa Indonesia ini pun terasa nyunda. Belum ditambah artistik (Pimpinan Yayat Hadiyat K) dan Tata Lampu: Zamzam Mubarok yang menunjang pergelaran, dsb.
(Foto Asep GP) |
Dan tentu saja ada alasan kenapa Pangeran Sunten Jaya dipergelarkan lagi saat ini. Ya, masalah Kepemimpinan. Seperti dikatakan Bu Rektor usai pergelaran, di sini ada nilai kesundaan yang memperlihatkan bahwa seorang pemimpin itu harus seperti apa dia bersikap. ”Dia harus sederhana dan mau mendengarkan orang lain, jangan pura-pura jujur, integritas itu luar biasa. Dan dalam naskah Pak Saini sekuat apapun orang dalam keburukan akan tetap kalah. Apapun yang dia upayakan, Dunia Atas itu akan tahu, yang baik itu baik, dan itu harus jadi menu,“ katanya.
(Foto Asep GP) |
Sutradara Fathul pun mengiyakan, ini pesan spiritual dari bangsa, Negara dan masyarakat yang masih tetap berpegang pada tali-tali illahiah. Identitas kosmologis, semesta dan Tuhan sebagai pegangan tertinggi yang harus diindahkan dalam kehidupan, terutama dalam hal kepemimpinan.
(Foto Asep GP) |
Kata Fathul, naskah Pangeran Sunten Jaya ini dibuat ketika Pak Saini masih muda dan dari seluruh naskah beliau ini yang paling kurang bisa menahan diri untuk meletup, untuk Pak Saini yang nomer satu dari hal santunnya. Dan pesan aslinya naskah ini untuk menyindir situasi kekerasan politik tahun 60-an, dimana bukan hanya ideologi dan agama yang dijadikan basis untuk saling bantai. “Ini pesan yang tidak bisa kita lupakan sampai kapanpun sebagai bangsa dan Negara yang faktanya kita bertuhan- beragama. Jadi pesan-pesan spiritualitas ini yang menjadi kesan kehidupan kita sampai sekarang, terutama tentang kepemipinan. Mudah-mudahan para pemimpin kita tambah spiritual,“ jelas Sutradara trah Jatitujuh Majalengka yang sudah 12 tahun aktif di Neo Teater dan jadi dosen Teater ISBI Bandung ini.
Berfoto Bersama dengan Pak Saini KM (Foto Asep GP) |
Tentang Lakon
Lakon ‘Pangeran Sunten Jaya’ karya Saini KM, ditulis pada tahun 1973, dan memenangkan Sayembara Penulisan Lakon Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), tahun 1973. Merupakan lakon kearifan lokal 'Manusia Sunda' yang berlandaskan pada cerita pantun 'Mundinglaya Di Kusumah'. Mengungkap dengan bernas tentang perjalanan spiritual yang berliku seorang manusia mencapai 'Jabaning Langit' (Ilahi) yang disimbolkan dengan ‘penemuan kesejatian diri’ melalui ‘Lalayang Salaka Domas’. Sosok manusia itu adalah Mundinglaya Di Kusumah, sang putra mahkota dari Prabu Siliwangi dan Nyai Padmawati, istri Prabu yang bukan Ratu. Mundinglaya adalah manusia pilihan ‘Kahyangan’, ‘Buana Nyungcung’, dan Sanghyang Tunggal dan Sunan Ambu, yang harus berhadapan dengan peringkat-peringkat tantangan, godaan, dan rintangan maha dahsyat menuju kesejatian diri. Tak terkecuali harus berhadapan (dan menjadi korban fitnah) dari sosok-sosok bejat, terutama Sunten Jaya dan Ratu Tejamantri, yang sepenuhnya dilumuri oleh ambisi dan hasrat buta kuasa duniawi yang materialistik dan anti-spiritualitas.
Rektor ISBI Retno Dwimarwati Bersama Sutradara Fathul A. Husein (Foto Asep GP) |
Konsep Pertunjukan
Genre pertunjukan menggunakan pendekatan konseptual ‘kontemporer’: mengambil bagian-bagian inti teks/lakon (hanya sepertiga lakon), mengusung kekuatan dramatik dan kedalaman filosofi (kearifan lokal) yang terkandung di dalamnya; memadukan sekaligus mengkonfrontasikannya dengan simbolisasi gerak/tari/tubuh, pencak-silat, rupa (visual), dan sensitivitas musikal 'auratik' dan senandung (tembang). Sedangkan karakter (tokoh dramatik) yang dimainkan hanya karakter-karakter tertentu saja yang paling dianggap merepresentasikan esensi tema dan peristiwa dramatik lakon dan sekaligus menggulirkan plot dan cerita. Karakter yang ditampilkan hanya sepertiga dari 36 karakter definitif plus sebarisan prajurit, para pengiring, makhluk-makhluk ‘dunia langit', makhluk-makhluk ‘dunia bawah/kelam’, dan lain-lain, seperti yang termaktub dalam lakon. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 28, 2024
CB Blogger
IndonesiaPergelaran Teater Pangeran Sunten Jaya : Untuk Menghormati Akar (Ketokohan) Saini KM dalam Jagat Teater Indonesia. Untuk Mengingatkan Pemimpin Agar Jujur, Adil , Takwa Kepada Tuhan
Prabu Siliwangi (Tengah Berjubah Putih Diperankan Asep Budiman) Didampingi Nyai Padmawati (Rektor Retno Dwimarwati) Dalam Teater Pangeran Su...
Wednesday, October 23, 2024
Tari Kukupu Karya R. Tjetje Soemantri, Ada Dewi Gita Disini (Foto Asep GP) |
Sebagaimana kita ketahui dalam rangkaian acara Milangkala atau Dies Natalis ke-56 ISBI Bandung, Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISBI Bandung berkontribusi menggelar Bandung Dance Festival #7, bertajuk “ Body Creates Phenomenon” yang dilaksanakan tanggal tanggal 19-20 Oktober 20204.
Ada berbagai Kegiatan di dalamnya, seperti Coaching Clinic (bimbingan singkat) Pelatihan Tari Kukupu, berlangsung taggal 19 Oktober 2024 di GK. Sunan Ambu ISBI Bandung, dengan Nara Sumber Riyana Rosilawati, S,Sen., M.Sn dan Kustiana, M.Sn, juga Workshop Teknik Tari Kontemporer dengan nara sumber Davit Fitrik pada hari yang sama, di Ruang Gugum Gumbira, Jurusan Seni Tari ISBI Bandung, Jl. Buah Batu No. 212 Bandung.
Selain itu ada Seminar Tari yang digelar Minggu, (20/10/2024) di GK. Sunan Ambu ISBI Bandung, dengan Narasumber: Dr. Sal Murgiyanto, M.A., Agustina Rochyanti, M.Sn, Feriyal Amal Aslam, Ph.D (Pakistan), Prof. Dr. Endang Caturwati, SST.,M.Si, Prof. Dr. Dinny Devi Triana, S.Sn.,M.Pd.
Dan sore harinya sebagai puncak acara, digelar pertunjukan Tari Klasik yang dibawakan langsung oleh para Maestronya dua orang murid tokoh Ibing Sunda R. Tjetje Soemantri. Yaitu Indrawati Lukman (Pimpinan Studio Tari Indra) dan Irawati Durban (pimpinan Sanggar Pusbitari ), serta Prodi Tari Sunda D4 ISBI Bandung. Dengan Bintang Tamu (Guest Star) Dewi Gita. Serta malamnya digelar Pertunjukan Tari Kontemporer. Performance: Hari Gulur STW (Jatim), Davit Fitrik (Jakarta), Tyoba Armey A.P (Dosen ISBI Bandung) dan Aldi Nurkholis (mahasiswa Jurusan Seni Tari ISBI Bandung).
Pemerintah Harus Lebih Serius Lagi Mendukung Pagelaran Tari Klasik Sunda
Usai menarikan Tari Kandagan (sedikit dimodif mengikuti kekinian dan dengan kostum yang lebih menarik) Indrawati Lukman merasa bersyukur mendapat kehormatan bisa menarikan lagi Tari Klasik di ISBI Bandung. Makanya kesempatan itu ia pergunakan untuk ngageuing, menghimbau dan mengingatkan supaya tari klasik lebih diapresiasi lagi oleh mahasiswa ISBI.
Indrawati mencontohkan dirinya, sampai umur 80 tahun tidak pernah bosan menarikan Tari Klasik, dan ini harus ada generasi penerusnya, katanya serius.
“Tari Klasik ini harus lebih banyak dipertunjukan, karena anak-anak muda sekarang lebih ke kontemporer, itu bagus sih. Tapi jangan sampai melupakan tarian klasik yang adiluhung warisan para luluhur ini,“ tandasnya. Sambil berkabar bahwa tanggal 16 November 2024, studio Tari Indra akan mengadakan pergelaran di Majestik Jalan Braga No. 1 (Braga Pendek) Bandung, mulai Pk. 16.00 sampai selesai.
Para Penampil Tari Klasik Sunda (Foto Asep GP) |
Demikian juga dengan Irawati Durban, Pimpinan Pusbitari (Pusat Bina Tari) ini merasa haru dan bangga, karena murid-murid Sanggar Tari Sundanya yang rutin mengadakan latihan tiap Minggu pagi di Museum Sribaduga Bandung, diikutsertakan dalam Bandung Dance Festival #7 ini.
“Saya di kegiatan Bandung Dance Festival ini diminta menari bersama murid-murid saya dari Sanggar Pusbitasari, itu merupakan suatu kebanggaan dan suatu apresasi terhadap Tari Sunda Klasik yang saya jaga agar tidak punah. Saya sudah usia 81 tahun tapi saya masih tetap berusaha mengajar murid-murid saya yang saya percayakan ke Asisten saya Bu Wiwin dan Bu Ipo, karena saya sering keluar kota. Saya sangat berterima kasih karena merekalah yang menjadi penjaga api dari sangar Pusbitari ini,“ katanya haru.
Dalam acara puncak Bandung Dance Festival itu Irawati menarikan Ratu Graeni Makalangan, yang sumbernya diambil dari Tari Suraningpati yang ia ciptakan tahun 1965. Dan pada tanggal 27 November Sanggar Pusbitari akan mengadakan pergelaran di Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih Ciumbuleuit- Bandung, mulai Pk. 20.00 - selesai.
Tari Klasik Dilupakan Jangan (Foto Asep GP) |
Irawati berharap setelah ini, pemerintah tergerak akan kerap mengundang sanggarnya mengadakan pertunjukan Tari Klasik Sunda. “Karena sudah 25 tahun saya tidak diminta. Selain Tari Merak kita tidak pernah menarikan apa-apa lagi. Menari di Istana, sampai presiden Jokowi, masih lah satu kali, tapi seringnya di zaman Presiden Soeharto ratusan kali pergelaran,” katanya serius.
Padahal Tari Klasik Sunda kata Bu Ira (sapaan akrabnya), sangat luhung, banyak mengandung pesan moral dan pendidikan di dalamnya. Dalam Tari Klasik Sunda ada karakter Lenyap menggambarkan kehalusan budi dan karakter Gagah. di Tari Klasik Sunda kami belajar untuk menghormati Allah, bisa dilihat dari gerakan nyembah. Jadi tatakrama kesundaan di tari klasik itu diajarkan secara jelas. Misalnya belajar mengerem/mengedalikan diri, itu bisa dilihat dari tari halus yang geraknya tidak bisa seenaknya sendiri tapi harus melalui pakem-pakem yang ada. Kalau untuk tari klasik level pergelangan di pinggang untuk tari Lenyap, dan agak gagah di ulu hati. Lalu untuk gagah pergelangan tangan boleh di daerah dada dengan gerakan yang lebih keras,” jelasnya.
Sementara itu Dewi Gita yang menjadi Bintang Tamu dalam pergelaran ini menarikan Kukupu (Karya R. Tjetje Soemantri). Masih luwes dan piawai kelihatannya hingga mengundang tepuk tangan meriah para poenonton yang hampir memenuhi ruangan GK. Sunan Ambu. Ketika layar ditutup pun teriakan penonton masih ramai memanggil namanya.
Irawati Durban, Tari Klasik Sunda Mengandung Atikan Moral Yang Luhung (Foto Asep GP) |
Aktris dan Penyanyi terkenal bernama asli Dewi Yuliarti Ningsih ini, memang tak bisa dilepaskan dengan dunia tari klasik yang ia pelajari sejak umur 9 tahun. Ia pernah berguru kepada para Maestro Tari Sunda, seperti Akim Tamil juga ke Aim Salim (Pusat Olah Tari Setialuyu), malah Dewi Gita sempat masuk ASTI (Angkatan 90). Tapi dua tahun kemudian (92) Dewi jadi juara (runner up – juara pertama Krisdayanti) Festival Musik Asia Bagus di Jepang. Disamping menari istrinya Armand aulana (Band Gigi) ini memang penyanyi handal, sering memenangkan kejuaraan lomba nyanyi, seperti Juara Festival Pop Singer Jawa Barat, Juara Keroncong Jawa Barat (88), Bintang Radio dan Televisi Jawa Barat (89) . Teh Dewi pun sering terlihat muncul menjadi aktor film, film pendek, serial televisi dan acara tv.
Prestasinya di Asia bagus itulah yang membuanya hijrah ke Jakarta. Dan sekarang kerinduannya pada dunia tari terbayarkan dengan kembali manggung di almamaternya sendiri. Tapi sebenarmya kata Gita, walau sibuk di bidang lain, dia tetap menyempatkan menari, tahun ini saja sudah ada 4-5 pergelaran tari yang ia ikuti.
Indrawati Lukman, Umur 80 Tak Bosan Menari Tari Klasik Sunda (Foto Asep GP) |
Dewi Gita yang mahir menarikan tarian Klasik Sunda dan Jaipongan ini. Berharap Tari Klasik Sunda harus tumbuh aktif dan disupport oleh masyarakatnya. Kalau pelaku-pelaku seninya sudah sangat berjuang dan konsisten ngamumule (melestarikan) Tari Sunda, berada di panggungnya. “Yang kami butuhkan adalah para penonton. Walau kami sudah mengratiskan tapi sepi penonton. Mungkin karena edukasi dan promonya yang kurang gencar ya. Coba support systemnya kita pertegas lagi, bahwa Tari Klasik Sunda ini warisan adiluhung para karuhun yang wajib kita lestarikan, sebagai kekayaan budaya bangsa yang menjadi marwah ki Sunda dan kebanggaan Indonesia. Tidak usah bisa nari lah, tapi dengan datang menonton bersama anak-cucu pun sudah merupakan suatu kebahagiaan bagi kami, para seniman,“ pungkasnya.
Tari Kontemporer Sebagai Bahan Perbandingan Tari Tradisi
Menurut Ai Mulyani S.Sen., M.Si, Kaprodi Tari, Fakultas Seni Rupa Pertunjukan ISBI Bandung, Pertunjukan Tari Kontemporer yang tampil pada sesi 2 pada acara puncak ini, kegiatan Program Sarjana (S-1) Peminatan Tari Kontemporer dan menampilkan dua seniman tari, Hari Gulur dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya (Jatim), dan satu lagi seniman yang berkompeten di bidang Balet Davit Fitrik (Jakarta), dimana David juga sudah melaksanakan workshop pada mahasiswa Semester 5 & 7 unytuk bidang Penciptaan. Sedangkan dari ISBI tampil Tyoba Armey A.P (Dosen ISBI Bandung) dan Aldi Nurkholis (mahasiswa Jurusan Seni Tari ISBI Bandung).
Dewi Gita Sang Bintang Tamu, Seniwati Multi Talenta (Foto Asep GP) |
“Walau gerak dan tema pesannya disampaikan dalam bentuk kontemporer tapi tetap diambil dari tradisi, dan saya harap pertunjukan ini menambah wawasan para mahasiswa, melihat tari kontemporer produk luar kampus itu seperti apa, dan nanti bisa jadi bahan referensi tugas akhir mereka,“ katanya.
Hal Senada juga dikatakan Katua Pelaksana Kegiatan sekaligus dosen Tari ISBI, Devi Supriatna. Baik pertunjukan tari, workshop dan seminar, dari para Maestro, seniman pilihan, dan guru besar, sangat berkualitas dan menjadi stimulus buat ISBI Bandung, terutama Prodi Seni Tari. “Semua ini sangat berkualitas banget bagi kami, tentang bagaimana kreativitas menari, bagaimana mempelajari tari, dan bagaimana pewarisan dan penataan tari itu sendiri, banyak banget hasil yang kita dapat dari semua itu,“ katanya serius.
Sementara itu Kurator Bandung Dance Festival (BDF), Dr. Alvianto menjelaskan, dalam pergelaran Tari Kontemporer ini semua sesuai dengan tema, “Tubuh Mencipta Peristiwa”, masing-masing karya para koreografer terbaik ini, cara mengungkapkan tubuh menghadirkan peristiwa itu beda-beda. Dan beda dengan sebelumnya biasanya para penampil di BDF ini banyak sekali dan tanpa proses kurasi, sapa saja boleh tampil, kalau sekarang dibatasi, 3 penari klasik dan 4 penari kontemporer, para maestro dan koreografer-koreografer muda yang sudah mapan.
Menampilkan Hasil Workshop (Foto Asep GP) |
Dan ini menurut Alvianto, sebuah ruang edukasi dimana mahasiswa bisa membandingkan antara tradisi dengan kontemporer. “Apabila mahasiswa terlena dengan tradisi, dia tidak akan bisa berkembang sehingga harus dikasih apresiasi kreativitas seni kontemporer ini. Apalagi tantangan kini kreativitas itu sangat penting banget. Orang-orang sukses itu punya kreativitas tinggi. Yaitu diawali dengan apresiasi tari kontemporer ini,“ jelasnya.
Seni Itu Bukan Hanya Hiburan Tapi Untuk Mendekatkan Diri Pada Tuhan
Di BDF ini Jurusan Seni tari ISBI juga mengundang kritikus tari nasional Dr. Sal Murgiyanto, M.A., dan menjadi narasumber seminar didampingi Feriyal Amal Aslam, Ph.D (orang Pakistan lulusan UCLA- USA), yang berbicara tentang tari dan tubuh perempuan. Feriyal membandingkan penari Pakistan dan Indonesia yang sama-sama menganut islam yang kuat. Menurutnya di Indonesia penari/ koreografer perempuan punya semacam keleluasaan dalam berkarya, beda dengan di Pakistan terbatas baik kostum dan gerakannya.
Inilah Tari Kontemporer Itu (Foto Asep GP) |
Ketika ditemui wartawan, Sal Murgiyanto mengatakan, sesuai Tema BDF “Body Creates Phenomenon”, memang dalam seni tari, tubuh itu adalah alat yang penting, mediumnya gerakan tubuh itu sendiri. Tapi jangan lupa bahwa di dalam tubuh itu bukan hanya ada tulang dan daging, tapi juga ada otak dan hati. Jadi agar menjadi manusia, seniman yang utuh, ketiganya harus dipadukan sebaik-baiknya. “Tubuh adalah keterampilan nomer satu, tapi jangan lupa orang juga punya otak jadi harus berfikir kritis, kreatif berdasarkan pikiran. Misalnya kalau kita mewarisi tradisi harus selektif mana yang harus diteruskan dan mana yang harus ditinggalkan. Dan ini seringkali tidak semuanya itu bisa diteruskan. Misalnya dalam tradisi Jawa ada pemeo mangan ora mangan ngumpul (makan atau tidak kamu harus berkumpul). Nah ketika kecil saya katakan, saya gak mau begitu, saya harus makan kalau perlu gak usah berkumpul dengan keluarga. Misalnya kalau dulu anak-anak usia 10-12 saja dijodohkan, cepat-cepat dikawinkan tapi anak-anak sekarang berkarirnya di usia 22 lebih. Ini kan tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya, karirnya,“ tandasnya.
Ai Mulyani Kaprodi Seni Tari ISBI, Gerak Kontemporer - Bahan Tradisi (Foto Asep GP) |
Dosen Seni Tari yang pernah ngajar di IKJ dan 18 tahun ngajar Universitas Taipe ini pun menyarankan agar di ISBI mengadakan pertemuan rutin yang skupnya lebih luas lagi, tidak hanya Bandung tapi bersifat Internasional. Lagi pula di ISBI banyak Guru Besar dan dosen bertitel Doktor, ini akan jadi bekal yang baik, katanya, sambil memperekenalkan narasumber dari Pakistan Feriyal Amal Aslam, Ph.D. “Biar semua punya wawasan luas, bukan mana yang lebih baik/jelek tapi untuk perbandingan dan menambah ilmu pengetahuan,” katanya.
Doktor Alvianto, Kreativitas Itu Penting Banget (Foto Asep GP) |
Dosen asal Yogyakarta ini pun mengingatkan, sebuah karya akan bagus kalau karya itu didukung oleh teknik yang bagus, olah gagasan yang baik, tapi jangan lupa juga harus punya rasa sepemikiran, karena sekarang ini banyak profesor, doktor, banyak orang pintar tapi gak punya hati.
“Jadi kalau anda pinter anda punya kekuasaan, anda harus membantu yang lemah. Ini harus diajarkan dari awal ke anak-anak muda. Kalau tidak ketika dewasa mereka akan semena-mena,“ terangnya.
Dr. Sal Murgiyanto Bersama Feriyal Amal Aslam (Pakistan) Ph.D, Seni Itu Untuk Mendekatkan Diri Kepada Tuhan Dan Mencintai Sesama (Foto Asep GP) |
Pak Sal banyak sekali bercerita tentang seni dan kehidupan, tapi intinya kata dia, tujuan akhir dari sebuah penciptaan seni (tari) itu bukan sebagai hiburan, misalnya dalam ketuk tilu orang melihatnya yang bahenol-bahenolnya saja. Tujuan kesenian yang paling fokus itu untuk mendekatkan diri pada Tuhan, untuk mencintai sesama,“ demikian pungkas Doktor lulusan dari Amerika yang pernah mengajak istrinya Endang Trangwesti, yang juga seorang dosen, untuk ngajar praktik Tari Jawa di sana. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
October 23, 2024
CB Blogger
IndonesiaMengintip Bandung Dance Festival #7 Tahun 2024 ISBI Bandung
Tari Kukupu Karya R. Tjetje Soemantri, Ada Dewi Gita Disini (Foto Asep GP) Sebagaimana kita ketahui dalam rangkaian acara Milangkala atau D...
Sunday, October 20, 2024
Bipaf Wadah Kolaborasi Seniman Tari Dunia (Foto Asep GP) |
Unit Pelaksana Teknik (UPT) Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, kembali menggelar “Bandung Isolla Performing Art Festival (BIPAF)”. Acara berlangsung di Pelataran Villa Isolla – Bumi Siliwangi, Kampus UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung (18/10/2024).
Bipaf ini kata Direktur UPT Kebudayaan UPI yang juga Direktur BIPAF, Dr. Yayo Sunaryo, M.Pd, sudah dimulai sejak 2016. Festival Bipaf menjadi penting untuk memunculkan koreografer-koreografer muda yang akan meramaikan dunia tari. Taman Villa Isolla UPI Bandung dan Villa Isolla Park adalah ruang luar khusus untuk pertunjukan.
”Bipaf diharapkan berkontribusi pada pengembangan industri kreatif khususnya subsektor seni pertunjukan di Indonesia, selain memunculkan para koreografer-koreografer muda untuk tampil pada event dan festival lainnya pada tingkat nasional dan internasional. Pertunjukan utama pada tahun ini menampilkan kolaborasi antar budaya (Intercultural Collaboration) antar Negara yang dapat terlihat dari bentuk koreografi yang dipertunjukan,“ kata Yayo.
Sebab tanpa kolaborasi, kata Yayo, diri kita menjadi tidak penting dalam konteks kesenimanan. Kolaborasi ini penting sekali untuk melihat dunia, sehingga ketika ada kolaborasi interkultural, percampuran antar bangsa, mereka terlihat jelas punya kelokalan masing-masing. Seperti penari Martina Feiertag dari Jerman, juga Al Bernard Veladre Garcia dari Philipina, Rithaudin Abdul Kadir dari Malaysia serta penari-penari dari Indonesia yang tampil, mereka punya kearifan lokal masing-masing, berbasis pada kelokalan Indonesia.
“Kelokalan dunia itu jika disatukan nanti diharap akan tercipta bentuk-bentuk baru pada koreografi. Bahkan di jurnal internasional saya itu disebutkan apakah bisa tidak kearifan dunia itu disatukan, ternyata mereka beberapa hari disini, kearifan mereka dan kita itu bisa tercampur sehingga membentuk koreografi-koreografi baru,“ kata Yayo.
Bipaf yang sudah kali ke-8 digelar ini, tahun ini pun bertajuk sama dengan tahun kemarin, “Intercultural Collaboration”. Hanya peserta dari luarnya yang beda, tahun kemarin ada 8 negara yang tampil, dari Belanda, Korea, dsb, sedangkan tahun ini dari Jerman, Philipina dan Malaysia dengan menampilkan 9 karya yang didukung 75 penari, ada yang trio/bertiga, kelompok, 5 penari, 18 penari, 20 penari, dsb.
“Tahun ini memang seniman dari luarnya tidak sebanyak tahun kemarin, hanya dari tiga Negara, Jerman, Philipina, dan Malasysia. Karena sekarang banyak penata tari lokal yang ingin tampil di sini. Saya harus mewadahi itu semua. Tujuan Bifak adalah wadah untuk ekspresi para koreografer muda, mereka yang tidak punya panggung kita wadahi disini sehingga terjadai proses interkulturasi dan sosialisasi di panggung festival internasional,“ jelas Yayo.
Tema besar yang mau disampaikan dalam perhelatan seni ini, adalah Komunikasi Antar Bangsa. Karena sangat penting untuk di zaman sekarang ini, karena kemajuan sebuah bangsa itu biasanya terindikasi dengan bagaimana cara interkasi dan cara berkolaborasi dengan orang lain. Dengan komunikasi lewat seni ini akan tercipta kolaborasi antar bangsa, penghormatan terhadap ras-ras bangsa, penghormatan atas kearifan lokal seluruh bangsa. “Dan semoga pertunjukan ini menjadi jawaban atas kevakuman karya tari kolaborasi interkultural yang terpenjara pandemik, yang sempat melumpuhkan berbagai sektor kehidupan manusia,“ pungkas Yayo.
“Kelokalan dunia itu jika disatukan nanti diharap akan tercipta bentuk-bentuk baru pada koreografi. Bahkan di jurnal internasional saya itu disebutkan apakah bisa tidak kearifan dunia itu disatukan, ternyata mereka beberapa hari disini, kearifan mereka dan kita itu bisa tercampur sehingga membentuk koreografi-koreografi baru,“ kata Yayo.
Bipaf yang sudah kali ke-8 digelar ini, tahun ini pun bertajuk sama dengan tahun kemarin, “Intercultural Collaboration”. Hanya peserta dari luarnya yang beda, tahun kemarin ada 8 negara yang tampil, dari Belanda, Korea, dsb, sedangkan tahun ini dari Jerman, Philipina dan Malaysia dengan menampilkan 9 karya yang didukung 75 penari, ada yang trio/bertiga, kelompok, 5 penari, 18 penari, 20 penari, dsb.
“Tahun ini memang seniman dari luarnya tidak sebanyak tahun kemarin, hanya dari tiga Negara, Jerman, Philipina, dan Malasysia. Karena sekarang banyak penata tari lokal yang ingin tampil di sini. Saya harus mewadahi itu semua. Tujuan Bifak adalah wadah untuk ekspresi para koreografer muda, mereka yang tidak punya panggung kita wadahi disini sehingga terjadai proses interkulturasi dan sosialisasi di panggung festival internasional,“ jelas Yayo.
Tema besar yang mau disampaikan dalam perhelatan seni ini, adalah Komunikasi Antar Bangsa. Karena sangat penting untuk di zaman sekarang ini, karena kemajuan sebuah bangsa itu biasanya terindikasi dengan bagaimana cara interkasi dan cara berkolaborasi dengan orang lain. Dengan komunikasi lewat seni ini akan tercipta kolaborasi antar bangsa, penghormatan terhadap ras-ras bangsa, penghormatan atas kearifan lokal seluruh bangsa. “Dan semoga pertunjukan ini menjadi jawaban atas kevakuman karya tari kolaborasi interkultural yang terpenjara pandemik, yang sempat melumpuhkan berbagai sektor kehidupan manusia,“ pungkas Yayo.
Direktur Bipaf Yayo Sunaryo Bersama Martina Feiertag Dari Jerman (Foto Asep GP) |
Ketua Pelaksana Bipaf Indra Gandara, S.P.d, pun berharap melalui showcase dan diskusi, pitching dan presentasi, akan lahir karya-karya unggulan, baik dari dalam negeri maupun hasil kolaborasi dengan seniman-seniman dari berbagai penjuru dunia. “Kita hadir di sini untuk menciptakan ruang bersama, di mana seni tidak hanya menjadi cermin identitas, tetapi juga wadah untuk membangun komunitas yang lebih kokoh, kreatif, dan saling mendukung,“ katanya.
Tentu saja kegiatan seni antar budaya dunia ini mendapat sambutan hangat dari pihak rektorat, Wakil Rektor Bidang Inovasi, Kebudayaan dan Sistem Informasi UPI Bandung, Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P., sebab Bipaf ini menurutnya, sebuah promosi karya seni pertunjukan inovatif terkurasi di Kota Bandung. Pertunjukan ini merupakan bentuk fasilitasi bagi para pencipta, penyaji seni dan tim pekerja kreatif untuk mementaskan karyanya sehingga terjadi kolaborasi dan transaksi dengan para direktur festival dan venue presenters tingkat nasional dan internasional.
“Bipaf ini bertujuan untuk mempertemukan para pelaku kreatif, koreografer, produser karya pertunjukan dengan stakeholdernya melalui showcase, menjalin jejaring dan kolaborasi, serta memberikan kontribusi pada pengembangan industri kreatif seni pertunjukan di Indonesia. Semoga Bipaf ini dapat menciptakan iklim pertunjukan yang baik bagi para penikmat seni di Indonesia dan Mancanagara,“ demikian kata Pak Warek.
Ine Arini Bastaman, Perempuan Harus Kuat Dan Punya Prinsip Serta Komitmen Pada Anak, Keluarga, Bangsa, Negara (Foto Asep GP) |
Para koreografer yang tampil dalam festival Bipaf tahun ini, diantaranya: Ine Arini Bastaman, S. Sn., M. Sn (73), menampilkan karya “Pada Suatu Hari di Rumah Bersalin”, tentang persalinan seorang perempuan di rumah bersalin.
Karya ini adalah Kontemplasi saya yang sangat pribadi, sebagai seorang perempuan, seorang pendidik, seorang bidan dan kesehatan yang pernah jadi asisten dokter. Saya juga waktu kuliah di Solo (S2-STSI Surakarta - S1nya di ISBI Bandung) sering berlatih naik ke puncak Gunung Lawu juga berlatih di laut. Semua itu memperkuat raga dan jiwa saya dan semua pengalaman saya yang multi kompleks itu persembahan saya kepada Allah SWT, karena Allah memberi itu kepada saya,“ kata istri Perupa Herry Dim yang juga jadi aktivis baladnya Marintan Sirait (FSRD ITB) ini.
Makna yang terkandung dalam karya Ine Arini ini, Si Penari ingin perempuan tampil sebagai seorang perempuan tidak lemah dan punya prinsip dan komitmen terhadap keluarga dan anak, serta bangsa dan Negara. Demikian kata seniwati yang piawai Tari Topeng dan punya sanggar seni Puhaci ini.
Selanjutnya, Martina Feiertag dari Jerman yang menampilkan “Never Enough”. Sebuah tarian kontemporer dengan gerak tradisonal yang dia tarikan dengan Dian Bokir (suaminya yang berasal dari Trenggalek). Tarian ini kata Martina mengangkat gerak-gerak Celeng/ Babi Hutan / Bagong (dalam bahasa Sunda) dengan gerak-gerak humor, sebagai simbol Kerakusan.
Rithaudin Dari Malaysia Sudah 3 Kali Tampil Di Bipaf, Kita Punya Kearifan Lokal Serumpun (Foto Asep GP) |
Sementara dari Philpina, tampil Al Bernard Veladre Garcia yang membawakan karya “BBYLN (BaBaYLaN)”. Sebuah tarian spiritual dari seorang penari laki-laki yang di dalamnya terdapat dua jiwa, perempuan dan laki-laki dan akan terhubung dengan Yang di Atas. Ada dua hal yang mau disampaikan Al Bernard dalam tariannya, tentang kolonialisme Spanyol atas negaranya yang akhirnya mengikis habis BaBaYLan (ahli ritual Philipina yang menghubungi roh dengan nyanyian untuk penyembuhan) dan tentang gender.
Al juga mengaku terkesan dan betah tinggal di Bandung, makanya dia juga dalam perhelatan seni ini berkolaborasi dengan mahasiwa-mahasiwa UPI Bandung dan dalam kolaborasi itu dia menjelaskan bagaimana tentang folklore/cerita rakyat philipina yang diajarkan ke mahasiswa UPI, termasuk perbincangan atau kolaborasi tentang bahasa, kostum, juga musik.
Demikian juga dengan Rithaudin Abdul Kadir dari Malaysia yang menampilkan karya “The Limbs”. Karya ini ingin memperlihatkan bagaaimana ‘limbs’ atau tubuh badan bergerak secara semula, jadi bagaikan punya pikiran sendiri.
Dan kolaborasi budaya ini mencari kesamaan dan perbedaan yang bisa ditonjolkan pada penonton.persamaannya pada tubuh dan kesamaan kita pada budayanya yang serumpun seperti bersila dan menunduk bila jumpa orang tua. Ini akan diraikan (dikenalkan) atau disamakan dengan kebiasaan yang sama yang ada pada kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Dan kolaborasi budaya ini mencari kesamaan dan perbedaan yang bisa ditonjolkan pada penonton.persamaannya pada tubuh dan kesamaan kita pada budayanya yang serumpun seperti bersila dan menunduk bila jumpa orang tua. Ini akan diraikan (dikenalkan) atau disamakan dengan kebiasaan yang sama yang ada pada kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Al Bernard Valadre Garcia, Betah Tinggal Di Bandung (Foto Asep GP) |
Sementara itu para penari atau koreografer dari Indonesia selain Ine Arini juga diwakili oleh para koreografer dari beberapa daerah, diantaranya ada Edo Novriadi dari Sumatera Barat, yang akan menampilkan “Manyongkok” (Batingkah Langkah part 2).
Edo akan membawakan tarian yang berangkat dari sebuah tradisi menangkap ikan di lubuk larangan menjelang lebaran pada masyarakat Si Junjung (Sumbar) yang masih lestari hingga kini.
Edo akan tampil bersama 18 anak SDN Bukit Bual Sumatera Barat yang sengaja ia boyong dari sumatera barat untuk tampil di UPI Bandung. Sebuah tarian yang menceritakan kearifan lokal dan menggambarkan keceriaan dan kerjasama anak-anak dalam menangkap ikan.
Cikal Mutiara Diar, Senduk Itu Keanggunan Perempuan Ponorogo (Foto Asep GP) |
Juga ada Cikal Mutiara Diar dari Jakarta Swargaloka yang menampilkan karya Tari “Senduk”. Senduk, adalah panggilan penuh keanggunan bagi perempuan Ponorogo. Karya yang mengekspresikan kekuatan self-love sebagai prlindungan diri ditengah maraknya pelecehan terhadap wanita. Melalui cinta pada diri sendiri, wanita menemukan kembali kekuatan, membangun batasan yang sehat dan memulihkan harga diri. Self-love menjadi sumber keberanian, membebaskan mereka untuk memilih dan bertindak sesuai dengan kenyamanan tanpa tekanan, menciptakan ruang bagi wanita untuk berdaya dan merdeka.
Yang lainnya, Egi Rifaldi dari Warangka Dancer Theatre menampilkan “Rakta Kama”, Naraya (UPI) “Buluh Pangampu”, dan M. Raka Reynaldi (Gaya Gita Studio) “ Choreotherapy”. (Asep GP)***
BIPAF Wadah Kolaborasi dan Silaturahmi Seniman Tari Dunia
Bipaf Wadah Kolaborasi Seniman Tari Dunia (Foto Asep GP) Unit Pelaksana Teknik (UPT) Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Band...
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)