Home
» Seni Budaya
» Prof. Wawan Gelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat” di Tengah Wabah Covid-19
Tuesday, April 21, 2020
Sedianya Prof. Setiawan Sabana akan berpameran tunggal di Galeri Nasional (Galanas) Indonesia dari tanggal 21 April hingga 15 Mei 2020. Pameran yang akan berlangsung di bulan puasa hingga menjelang lebaran itu akan diisi dengan kegiatan Ramadhan seperti buka puasa bersama, tarawehan, tadarusan, saur bersama, juga setiap dua minggu sekali akan diisi dengan acara musik Ramadhan seperti penampilan Syam Bimbo, Syarif Maulana Muktie-Muktie, baca puisi, diskusi, workshop, dan banyak lagi. Dan yang menarik Gedung Galeri Nasional yang megah serta luas dan berada di depan Stasiun Gambir itu akan dirubah bak masjid dengan Tema “Diri dan Semesta”- Dari Garasi Untuk Negeri dan Galaksi, gambaran penyerahan semuanya ke langit, hidup tinggal memperbanyak amal kebajikan.Tapi apa dikata wabah Virus Corona melanda dunia, akhirnya terpaksa ditunda.
Urung berpameran di Galeri Nasional Tanggal 21 April 2020 hingga 15 Mei 2020, karena terganjal wabah virus Corona (Covid-19), Pof. Dr. Setiawan Sabana, MFA, akan menggelar pameran virtual di rumahnya (Garasi 10) Jalan Rebana No. 10 Bandung. Pameran bertajuk “Festival Kertas Sejagat” itu akan berlangsung 10 Mei 2020.
Hal tersebut dipastikan Prof. Wawan (Kang Wawan, demikian akrab disapa) ketika wartawan berkunjung ke rumahnya, Sabtu (18/4/2020). Karya-karya artistik berbahan kertas daur ulang dan beberapa Ecoprint karya istrinya Lilis Nuryati, ditata rapih di atas rehal di halaman rumahnya. Begitupun di garasinya, Garasi 10, yang sudah terkenal ke seantero nusantara dan mancanegara karena di sana kerap digelar pertunjukan seni, pemutaran film, diskusi seni dan budaya lokal, nasional dan inernasional, penuh dengan benda-benda seni yang juga terbuat dari bahan serba kertas. Ada karya lama, juga ada yang baru, seperti lukisan kecil dari kertas daur ulang berbentuk nebula, juga instalasi berbentuk batu/beton dari kertas.
Kang Wawan memang selalu mengusung kertas dalam karya seninya. Kertas yang semakin menghilang dari kehidupan utama manusia yang kian hari kian dibetot digital. Memang tidak punah tapi mulai ditinggalkan. Tapi Kang Wawan yakin kertas nantinya akan jadi barang berharga karena tidak mudah orang ke depan mendapatkan kertas.
Persiapannya memang sudah matang karena yang akan dipamerkan dari 10 Mei 2020 hingga 17 Mei 2020 itu sebagian besar adalah karya yang akan dipamerkan di Galanas yang tertunda Covid-19.
Hanya tentu saja yang digelar di Garasi10 sebagian kecilnya saja (miniatur). Misalnya di Galanas 10 karya di Garasi 10 hanya 2 yang dipamerkan, yang 30 karya dipilih jadi 3 buah disesuaikan dengan tempat.
Siap terbang menuju ke langit |
Begitupun karya kakapalan (kapal kertas) yang di akan dipamerkan di Galanas terbuat dari tripleks untuk di Galeri 10 berbahan kertas.
Di samping karya Prof. Wawan, dalam pameran virtual itu akan digelar juga 20 karya seniman lainnya dari berbagai daerah seperti Bandung, Surabaya, Bali, Solo, Jakarta dan Medan yang merupakan mantan-mantan mahasiswa S3 yang pernah dibimbingnya. Semua dikoordinir lewat WA grup (WAG) “Festival Kertas Sejagat”.
Walaupun pameran virtual, “Tapi untuk pembukaannya, tanggal 10 Mei 2020 bada Asar, diusahakan terjadi nyata, walau tidak ada para undangan saya akan ngasih sambutan (streaming), sesudah itu maka berlangsunglah pameran virtual bersama 20 seniman lainnya. Dan semua bisa disaksikan di instagram dan youtube”, demikian jelas Prof.Wawan.
Dan kenapa pameran ini diadakan tanggal 10 Mei dan berakhir tanggal 17 Mei, karena saya lahir 10 Mei. Jadi pameran ini untuk mengenang bahwa 10 Mei ada seseorang yang dilahirkan dan 17 Mei ada seorang yang tiada (tanggal meninggal istrinya, Elly Setiawan/Siti Muslihat, dosen Sastra Jepang FIB Unpad, 17 Mei 2018 pada awal puasa).
"Jadi, dua tanggal di bulan Mei tersebut merupakan hari spiritual buat saya”, demikian kata Guru Besar Seni Rupa ITB yang sebentar lagi umurnya genap 69 tahun.
Tapi Mantan Dekan FSRD ITB ini tidak pernah merasa tua untuk berkarya dan bekerja. Semasa zaman normal disamping ngajar dan nguji mahasiswa S3 di berbagai daerah dan pameran di beberapa daerah dan Negara, juga berolahraga. Di masa wabah Covid-19 melanda pun dia tetap berkarya di rumahnya, melukis juga olahraga mengayuh sepeda statis, senam, memukul samsak (olahraga tinju), pingpong, lari-lari kecil sambil jinjit dan tak lupa makan teratur dan tambahan vitamin serta tak lupa istirahat yang cukup sambil tahajud, berdoa. “Alhamdulillah hingga sekarang saya tetap sehat”, katanya sambil mengotak-atik karyanya yang akan dipamerkan.
“Jadi, di masa wabah Covid-19 ini saya mah menggagas kesenian-kebudayaan aja seperti pameran 10 Mei nanti, ini mah pertemuan seniman dan silaturahim lewat konsep kertas serta berdoa untuk teman dan masyarakat yang sedang berjuang di tengah wabah dan di masa harus bediamdiri di rumah ini hari demi hari terlampiaskan dengan seni”, imbuhnya, menjelaskan tujuan berpameran.
Dan Sang professor pun mengaku, karya-karya yang akan dipamerkan nanti mengarah pada ngajidiri (kontemplasi). Misalnya Nebula–awan di antara planet, adalah gambaran dirinya memandang langit – uzur, dan pada gambar bumi ada isyarat dirinya sudah banyak berpijak ke seantero jagat, gambaran sudah mengalami semua, bosan dan tinggal beribadah saja. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
April 21, 2020
CB Blogger
IndonesiaProf. Wawan Gelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat” di Tengah Wabah Covid-19
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, April 21, 2020
Sedianya Prof. Setiawan Sabana akan berpameran tunggal di Galeri Nasional (Galanas) Indonesia dari tanggal 21 April hingga 15 Mei 2020. Pameran yang akan berlangsung di bulan puasa hingga menjelang lebaran itu akan diisi dengan kegiatan Ramadhan seperti buka puasa bersama, tarawehan, tadarusan, saur bersama, juga setiap dua minggu sekali akan diisi dengan acara musik Ramadhan seperti penampilan Syam Bimbo, Syarif Maulana Muktie-Muktie, baca puisi, diskusi, workshop, dan banyak lagi. Dan yang menarik Gedung Galeri Nasional yang megah serta luas dan berada di depan Stasiun Gambir itu akan dirubah bak masjid dengan Tema “Diri dan Semesta”- Dari Garasi Untuk Negeri dan Galaksi, gambaran penyerahan semuanya ke langit, hidup tinggal memperbanyak amal kebajikan.Tapi apa dikata wabah Virus Corona melanda dunia, akhirnya terpaksa ditunda.
Urung berpameran di Galeri Nasional Tanggal 21 April 2020 hingga 15 Mei 2020, karena terganjal wabah virus Corona (Covid-19), Pof. Dr. Setiawan Sabana, MFA, akan menggelar pameran virtual di rumahnya (Garasi 10) Jalan Rebana No. 10 Bandung. Pameran bertajuk “Festival Kertas Sejagat” itu akan berlangsung 10 Mei 2020.
Hal tersebut dipastikan Prof. Wawan (Kang Wawan, demikian akrab disapa) ketika wartawan berkunjung ke rumahnya, Sabtu (18/4/2020). Karya-karya artistik berbahan kertas daur ulang dan beberapa Ecoprint karya istrinya Lilis Nuryati, ditata rapih di atas rehal di halaman rumahnya. Begitupun di garasinya, Garasi 10, yang sudah terkenal ke seantero nusantara dan mancanegara karena di sana kerap digelar pertunjukan seni, pemutaran film, diskusi seni dan budaya lokal, nasional dan inernasional, penuh dengan benda-benda seni yang juga terbuat dari bahan serba kertas. Ada karya lama, juga ada yang baru, seperti lukisan kecil dari kertas daur ulang berbentuk nebula, juga instalasi berbentuk batu/beton dari kertas.
Kang Wawan memang selalu mengusung kertas dalam karya seninya. Kertas yang semakin menghilang dari kehidupan utama manusia yang kian hari kian dibetot digital. Memang tidak punah tapi mulai ditinggalkan. Tapi Kang Wawan yakin kertas nantinya akan jadi barang berharga karena tidak mudah orang ke depan mendapatkan kertas.
Persiapannya memang sudah matang karena yang akan dipamerkan dari 10 Mei 2020 hingga 17 Mei 2020 itu sebagian besar adalah karya yang akan dipamerkan di Galanas yang tertunda Covid-19.
Hanya tentu saja yang digelar di Garasi10 sebagian kecilnya saja (miniatur). Misalnya di Galanas 10 karya di Garasi 10 hanya 2 yang dipamerkan, yang 30 karya dipilih jadi 3 buah disesuaikan dengan tempat.
Siap terbang menuju ke langit |
Begitupun karya kakapalan (kapal kertas) yang di akan dipamerkan di Galanas terbuat dari tripleks untuk di Galeri 10 berbahan kertas.
Di samping karya Prof. Wawan, dalam pameran virtual itu akan digelar juga 20 karya seniman lainnya dari berbagai daerah seperti Bandung, Surabaya, Bali, Solo, Jakarta dan Medan yang merupakan mantan-mantan mahasiswa S3 yang pernah dibimbingnya. Semua dikoordinir lewat WA grup (WAG) “Festival Kertas Sejagat”.
Walaupun pameran virtual, “Tapi untuk pembukaannya, tanggal 10 Mei 2020 bada Asar, diusahakan terjadi nyata, walau tidak ada para undangan saya akan ngasih sambutan (streaming), sesudah itu maka berlangsunglah pameran virtual bersama 20 seniman lainnya. Dan semua bisa disaksikan di instagram dan youtube”, demikian jelas Prof.Wawan.
Dan kenapa pameran ini diadakan tanggal 10 Mei dan berakhir tanggal 17 Mei, karena saya lahir 10 Mei. Jadi pameran ini untuk mengenang bahwa 10 Mei ada seseorang yang dilahirkan dan 17 Mei ada seorang yang tiada (tanggal meninggal istrinya, Elly Setiawan/Siti Muslihat, dosen Sastra Jepang FIB Unpad, 17 Mei 2018 pada awal puasa).
"Jadi, dua tanggal di bulan Mei tersebut merupakan hari spiritual buat saya”, demikian kata Guru Besar Seni Rupa ITB yang sebentar lagi umurnya genap 69 tahun.
Tapi Mantan Dekan FSRD ITB ini tidak pernah merasa tua untuk berkarya dan bekerja. Semasa zaman normal disamping ngajar dan nguji mahasiswa S3 di berbagai daerah dan pameran di beberapa daerah dan Negara, juga berolahraga. Di masa wabah Covid-19 melanda pun dia tetap berkarya di rumahnya, melukis juga olahraga mengayuh sepeda statis, senam, memukul samsak (olahraga tinju), pingpong, lari-lari kecil sambil jinjit dan tak lupa makan teratur dan tambahan vitamin serta tak lupa istirahat yang cukup sambil tahajud, berdoa. “Alhamdulillah hingga sekarang saya tetap sehat”, katanya sambil mengotak-atik karyanya yang akan dipamerkan.
“Jadi, di masa wabah Covid-19 ini saya mah menggagas kesenian-kebudayaan aja seperti pameran 10 Mei nanti, ini mah pertemuan seniman dan silaturahim lewat konsep kertas serta berdoa untuk teman dan masyarakat yang sedang berjuang di tengah wabah dan di masa harus bediamdiri di rumah ini hari demi hari terlampiaskan dengan seni”, imbuhnya, menjelaskan tujuan berpameran.
Dan Sang professor pun mengaku, karya-karya yang akan dipamerkan nanti mengarah pada ngajidiri (kontemplasi). Misalnya Nebula–awan di antara planet, adalah gambaran dirinya memandang langit – uzur, dan pada gambar bumi ada isyarat dirinya sudah banyak berpijak ke seantero jagat, gambaran sudah mengalami semua, bosan dan tinggal beribadah saja. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment