Home
» Seni Budaya
» Profesor Setiawan Sabana Bahagia Usai Menggelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat”
Tuesday, May 26, 2020
Sukses menggelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat” yang berlangsung dari 10 – 20 Mei 2020 di rumahnya (Garasi 10) Jalan Rebana 10 Kota Bandung, setelah sebelumnya urung berpameran tunggal di Galnas karena terganjal pandemi Covid-19, Prof. Setiawan Sabana terlihat cerah dan sumringah.
Bagaimana tidak, ada 47 perupa yang ikut dalam pameran di tengah wabah pandemi tersebut, seperti dari Bandung, Depok, Jakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Medan, dan kota lainnya di Indonesia bahkan ada peserta dari Malaysia dan Sidney, Australia. Pameran virtual ini juga disaksikan 90 orang.
Semua peserta menampilkan kertas dengan beragam cara dalam karyanya. Robekan, keratan, lipatan, goresan cat, dan perlakuan lainnya yang digabungkan dengan teknologi digital. Karya-karya tersebut menyublim dalam bentuk karya dua dan tiga dimensi dan dalam tampilan video seni.
Yang si empunya hajat juga menggelar pameran khusus, “Semesta Kertas Dalam Diri”, merupakan karya Sang Maestro Kertas sendiri yang merupakan koleksi karya terdiri dari karya dua dan tiga dimensi seperti, Monumen Kertas #1, #2, #3. Artefak Kertas, Buku Seni, Nebula Kertas #1, #2, #3, #4, Bumi Kertas.
Covid – 19: Manusia Isolasi, Manusia Terkunci (Lockdowned), Kembang-Kembang Kertas Merupakan karya kolaborasi dengan sang istri Lilis Nuryati (lihat: Profesor Setiawan Sabana Gelar Pameran Virtual Festival Kertas Sejagat).
Yang menarik, kata Kang Wawan, demikian Guru Besar Seni Rupa ITB ini kerap disapa, justru dalam awal prosesnya, grup WA (WAG) “Festival Kertas Sejagat” ini menjadi ajang silaturahmi dan apresiasi serta banyak yang ingin dilibatkan dalam pameran, antusias sekali. Bahkan dalam prosesnya masing-masing karya diperlihatkan, diapresiasi dan didiskusikan dan saling memuji. “Jadi pergaulan dalam group WA itu sangat membesarkan hati, memberikan apresiasi ke proses karya. Itulah manfaat dari proses pameran, selama sebulan kita saling memberi semangat di WAG Festival Kertas Sejagat, hingga pameran pun allhamdulilah berjalan lancar dan sukses, semua gembira dan bahagia saling mengacungkan jempol”, terang Kang Wawan bangga.
Selain pameran, saat itu digelar empat kali Seminar Virtual (webinar), yang pertama diisi oleh pembicara Prof. Setiawan Sabana dan Prof. Bambang Sugiharto. Selanjutnya Prof. Tjetjep Rohendi dan Prof. Endang Caturwati berdiskusi, lalu maju beberapa orang seniman seperti Dolorosa Sinaga, Dhyani Hendranto (Australia) dan Anna Sungkar (Jakarta). Terakhir, webinar diisi oleh Syarif Maulana dan Intan Rizki Mutias (Dosen DKP ITB). Serta tak lupa hari Kamis (14/5) pukul 15.30-17.30 Lilis Nuryati menggelar workshop Ecopaper, membuat kembang kertas, peminatnya banyak sekali .
“Saya sangat bersyukur, pameran berjalan sukses, tadinya sungguh saya belum punya gambaran akan seperti apa jadinya”, wajahnya kelihatan cerah, bahagia.
“Jadi itulah hikmah dari pameran kali ini (virtual) dari mulai persiapan hingga pelaksanaan itu ada kebersaman meski dalam sikon pandemi, dipisahkan jarak. Ada diskusi, saling memberi info tentang obat-obatan untuk menjaga kesehatan, semuanya saling support memberi semangat, membesarkan hati, padahal semuanya berada di rumahnya masing-masing, tapi disini ada cinta dan kehangatan hingga puasa pun tak terasa haus dahaga malah berasa sehat dan jagjag (bugar), ujug-ujug adzan magrib tanda berbuka puasa, jelas itu yang saya syukuri”, kata Kang Wawan sambil menengadahkan kedua tangannya lalu mengusap wajahnya berucap syukur alhamdulillah.
Kegiatan Harian Bulan Puasa di Masa Pandemi
Rasa bahagia itu kian bertambah ketika hari pertama pembukaan pameran. Usai membuka pameran dan Proklamasi Hari Kertas Sejagat (The World Paper Day), dengan berkostum kertas dan bertopeng kertas, Sang Maestro Kertas ini hari itu juga menjelang magrib, mensyukuri hari kelahirannya yang ke-69 dengan sederhana bersama keluarganya. Maka kue bolu dan tumpeng pun menjadi santapan tajil dan berbuka puasa.
Umur boleh tua dan sebentar lagi akan pensiun, tapi Guru Besar Seni Rupa ITB ini kelihatan bugar. Maklum Kang Wawan disiplin dan rajin berolahraga. Beliau adalah atlet pingpong yang hingga kini aktif berlatih bersama teman-temannya yang tergabung di PTM Veteran Bandung Raya di GOR Puslitbang AURI. Selain itu, Kang Wawan juga pernah jadi atlet karate dan hobi berenang.
Maka dalam kegiatan sehari-harinya pun, yang namanya Gerak Badan/Sport tak pernah ketinggalan. Selain di rumahnya ada meja pingpong dan samsak, atau berjemur matahari pagi dan jalan-jalan di sekitar kompleks, dia juga suka berolahraga ringan jalan jinjit dan push up ke tembok dari mulai menggunakan lima jari hingga satu jempol dan mengepal. Seperti yang diperlihatkan pada wartawan.
Jadi selama masa pandemi dan bulan puasa, mantan Dekan FSRD ITB yang sudah kenyang melanglangbuana berkesenian ini, tetap sehat dan rajin bekerja di rumah (WFH). Tiap pagi bada sahur hingga ke sahur lagi, tak henti banyak yang ngontak dengan berbagai kepentingan. Ada yang harus diteken dan lain sebagainya. Kang Wawan pun tetap mengajar dan melakukan rapat lewat daring. Terkadang membimbing mahasiswanya (S-3) di Garasi 10, dengan protokol kesehatan tentu saja. “Semua berjalan seperti biasa hampir tak mengenal waktu, sesudah solat subuh langsung menghadapi laptop atau membuat karya seni, waktu pun tak terasa sudah menjelang duhur. Ya, gak apa-apa kan untuk kelancaran dan kesuksesan semua orang”, katanya pasti. (Asep GP)***
Profesor Setiawan Sabana Bahagia Usai Menggelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat”
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, May 26, 2020
Sukses menggelar Pameran Virtual “Festival Kertas Sejagat” yang berlangsung dari 10 – 20 Mei 2020 di rumahnya (Garasi 10) Jalan Rebana 10 Kota Bandung, setelah sebelumnya urung berpameran tunggal di Galnas karena terganjal pandemi Covid-19, Prof. Setiawan Sabana terlihat cerah dan sumringah.
Bagaimana tidak, ada 47 perupa yang ikut dalam pameran di tengah wabah pandemi tersebut, seperti dari Bandung, Depok, Jakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Medan, dan kota lainnya di Indonesia bahkan ada peserta dari Malaysia dan Sidney, Australia. Pameran virtual ini juga disaksikan 90 orang.
Semua peserta menampilkan kertas dengan beragam cara dalam karyanya. Robekan, keratan, lipatan, goresan cat, dan perlakuan lainnya yang digabungkan dengan teknologi digital. Karya-karya tersebut menyublim dalam bentuk karya dua dan tiga dimensi dan dalam tampilan video seni.
Yang si empunya hajat juga menggelar pameran khusus, “Semesta Kertas Dalam Diri”, merupakan karya Sang Maestro Kertas sendiri yang merupakan koleksi karya terdiri dari karya dua dan tiga dimensi seperti, Monumen Kertas #1, #2, #3. Artefak Kertas, Buku Seni, Nebula Kertas #1, #2, #3, #4, Bumi Kertas.
Covid – 19: Manusia Isolasi, Manusia Terkunci (Lockdowned), Kembang-Kembang Kertas Merupakan karya kolaborasi dengan sang istri Lilis Nuryati (lihat: Profesor Setiawan Sabana Gelar Pameran Virtual Festival Kertas Sejagat).
Yang menarik, kata Kang Wawan, demikian Guru Besar Seni Rupa ITB ini kerap disapa, justru dalam awal prosesnya, grup WA (WAG) “Festival Kertas Sejagat” ini menjadi ajang silaturahmi dan apresiasi serta banyak yang ingin dilibatkan dalam pameran, antusias sekali. Bahkan dalam prosesnya masing-masing karya diperlihatkan, diapresiasi dan didiskusikan dan saling memuji. “Jadi pergaulan dalam group WA itu sangat membesarkan hati, memberikan apresiasi ke proses karya. Itulah manfaat dari proses pameran, selama sebulan kita saling memberi semangat di WAG Festival Kertas Sejagat, hingga pameran pun allhamdulilah berjalan lancar dan sukses, semua gembira dan bahagia saling mengacungkan jempol”, terang Kang Wawan bangga.
Selain pameran, saat itu digelar empat kali Seminar Virtual (webinar), yang pertama diisi oleh pembicara Prof. Setiawan Sabana dan Prof. Bambang Sugiharto. Selanjutnya Prof. Tjetjep Rohendi dan Prof. Endang Caturwati berdiskusi, lalu maju beberapa orang seniman seperti Dolorosa Sinaga, Dhyani Hendranto (Australia) dan Anna Sungkar (Jakarta). Terakhir, webinar diisi oleh Syarif Maulana dan Intan Rizki Mutias (Dosen DKP ITB). Serta tak lupa hari Kamis (14/5) pukul 15.30-17.30 Lilis Nuryati menggelar workshop Ecopaper, membuat kembang kertas, peminatnya banyak sekali .
“Saya sangat bersyukur, pameran berjalan sukses, tadinya sungguh saya belum punya gambaran akan seperti apa jadinya”, wajahnya kelihatan cerah, bahagia.
“Jadi itulah hikmah dari pameran kali ini (virtual) dari mulai persiapan hingga pelaksanaan itu ada kebersaman meski dalam sikon pandemi, dipisahkan jarak. Ada diskusi, saling memberi info tentang obat-obatan untuk menjaga kesehatan, semuanya saling support memberi semangat, membesarkan hati, padahal semuanya berada di rumahnya masing-masing, tapi disini ada cinta dan kehangatan hingga puasa pun tak terasa haus dahaga malah berasa sehat dan jagjag (bugar), ujug-ujug adzan magrib tanda berbuka puasa, jelas itu yang saya syukuri”, kata Kang Wawan sambil menengadahkan kedua tangannya lalu mengusap wajahnya berucap syukur alhamdulillah.
Kegiatan Harian Bulan Puasa di Masa Pandemi
Rasa bahagia itu kian bertambah ketika hari pertama pembukaan pameran. Usai membuka pameran dan Proklamasi Hari Kertas Sejagat (The World Paper Day), dengan berkostum kertas dan bertopeng kertas, Sang Maestro Kertas ini hari itu juga menjelang magrib, mensyukuri hari kelahirannya yang ke-69 dengan sederhana bersama keluarganya. Maka kue bolu dan tumpeng pun menjadi santapan tajil dan berbuka puasa.
Umur boleh tua dan sebentar lagi akan pensiun, tapi Guru Besar Seni Rupa ITB ini kelihatan bugar. Maklum Kang Wawan disiplin dan rajin berolahraga. Beliau adalah atlet pingpong yang hingga kini aktif berlatih bersama teman-temannya yang tergabung di PTM Veteran Bandung Raya di GOR Puslitbang AURI. Selain itu, Kang Wawan juga pernah jadi atlet karate dan hobi berenang.
Maka dalam kegiatan sehari-harinya pun, yang namanya Gerak Badan/Sport tak pernah ketinggalan. Selain di rumahnya ada meja pingpong dan samsak, atau berjemur matahari pagi dan jalan-jalan di sekitar kompleks, dia juga suka berolahraga ringan jalan jinjit dan push up ke tembok dari mulai menggunakan lima jari hingga satu jempol dan mengepal. Seperti yang diperlihatkan pada wartawan.
Jadi selama masa pandemi dan bulan puasa, mantan Dekan FSRD ITB yang sudah kenyang melanglangbuana berkesenian ini, tetap sehat dan rajin bekerja di rumah (WFH). Tiap pagi bada sahur hingga ke sahur lagi, tak henti banyak yang ngontak dengan berbagai kepentingan. Ada yang harus diteken dan lain sebagainya. Kang Wawan pun tetap mengajar dan melakukan rapat lewat daring. Terkadang membimbing mahasiswanya (S-3) di Garasi 10, dengan protokol kesehatan tentu saja. “Semua berjalan seperti biasa hampir tak mengenal waktu, sesudah solat subuh langsung menghadapi laptop atau membuat karya seni, waktu pun tak terasa sudah menjelang duhur. Ya, gak apa-apa kan untuk kelancaran dan kesuksesan semua orang”, katanya pasti. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment