Home
» Pendidikan
» Mengintip Tiga Kegiatan UMKM Alumni Unpad Dalam Momen Milangkala Kota Bandung Yang Ke-210
Tuesday, September 29, 2020
Para Pelaku UMKM Alumni Unpad |
Pada hari Jumat, tanggal 25 September 2020, UMKM Alumni Unpad mengadakan acara Diskusi Dengan BPJS Ketenagakerjaan. Acara yang bertajuk “Dari Kita Untuk Kita Bersama” ini berlangsung di Jalan Lombok No. 41 Kota Bandung dan diikuti puluhan pelaku UMKM alumni Unpad.
Hadir pada kesempatan tersebut Wetty Puspitaningsih, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Cilandak - Jakarta, juga Dewi Tenty Pemerhati Koperasi dan UMKM yang juga Penggerak kegiatan UMKM Alumni Unpad.
BPJS Ketenagakerjaan kata Wetty, dulunya PT. Jamsostek sebelumnya BUMN di bawah Kementrian BUMN dan semenjak 2015 bertransformasi menjadi badan hukum publik langsung di bawah presiden dan namanya pun beralih menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK), tapi karena banyak sekali masyarakat mispersepsi (salah mengartikan) ketika kita menjelaskan BPJS Ketenagakerjaan dikiranya BPJS Kesehatan, padahal di indonesia ada dua badan penyelenggara jaminan sosial, ada kesehatan dan ada ketenagakerjaan.
“Maka di tahun 2020 ini panggil kami BPJAMSOSTEK aja biar lebih mudah lagi, supaya familiar. Jadi BPJAMSOSTEK itu BPJS Ketenagakerjaan", demikian jelas Wetty.
Usaha Mikro Kecil Menengah, lanjut Wetty, merupakan pelaku usaha yang tentunya mempunyai risiko dalam bekerja, misalnya ada pelaku UMKM kuliner ketika membeli bahan-bahan ke pasar mendapat kecelakaan, kalau dia ikut BPJS Kesehatan maka dia akan mandapatkan manfaat jaminan kecelakaan kerja, untuk berobat dia bisa langsung masuk ke rumah sakit yang sudah bekerjasama, kalau di Bandung rumah sakit Boromeus, Advent dan Santosa. “Dia tinggal memperlihatkan kartu kepersertaan dan sepanjang dia membayar dengan tertib maka akan langsung dilayani dengan terlebih dahulu konfirmasi dengan BPJS Ketenagakerjaan dimana dia terdaftar, tapi biasanya tidak begitu juga, kita langsung tangani“, terangnya.
BPJS Ketenagakerjaan itu ada 4 (empat) segmen: penerima upah, bukan penerima upah, TKI / PMI (pekerjra migran Indonesia), dan jasa kontruksi.
Dan UMKM itu ada mikro dan kecil, kalau pelaku UMKM punya karyawan dan berbadan hukum maka dia masuk ke mikro dan kecil maka dia akan masuk ke kategori Penerima Upah.
Ketika dia bekerja sendiri misalnya punya bisnis, segalanya dilakukan sendiri termasuk memasak sendiri, maka masuknya ke informal atau Mandiri atau yang biasa disebut Bukan Penerima Upah. Haknya pun sama untuk jaminan kecelakaan kerja atau jamian kematian, termasuk ketiga segmen lainnya, sama jaminannya.
Dan syarat untuk mendapatkan perlindungan itu harus melakukan aktivitas ekonomi atau bekerja dan UMKM itu adalah melakukan aktivitas ekonomi dan bekerja, maka memenuhi syarat untuk mendapat perlindungan kecuali ibu rumah tangga, karena tidak ada kecelakaan kerjanya.
“Jangan lupa produk UMKM yang dibuatnya juga harus tercatat, harus dijelaskan misalnya jenis kulinernya, jenis produksinya apa misalnya sepatu atau apa itu perlu pada saat menentukan kecelakaan kerja, “ kata Wetty gamblang sekali.
Ada pun manfaat yang didapat oleh peserta tersegmentasi 4 (empat) jenis yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pensiun. “Nah biasanya untuk ‘kecil dan mikro’ itu boleh hanya mengikuti 2 (dua) program saja yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian dan itu juga berlaku bagi yang 'bukan penerima upah', yang bekerja sendiri, tapi boleh saja kalau mau ikut Jaminan Hari Tua, ” terangnya.
Ditanya tentang kolaborasi UMKM Alumni Unpad dengan BPJS Ketenagakerjaan, Wetty dengan jujur mengatakan sangat mengapresiasi, luar biasa, katanya, bisa mengumpulkan pelaku UMKM alumni demikian banyaknya, sehingga mereka bisa teredukasi dan terinformasi dengan berbagai manfaat programnya, dan Wetty juga selaku alumni Unpad (Jurusan Matematika 88 - FMIPA) serta alumni Unpad yang lainnya pasti punya keinginan memajukan teman-teman alumni, begitu pula dengan alumni perguruan tinggi lainnya seperti UI dan UGM.
Dewi Tenty (kiri) bersama Wetty memperkenalkan produk UMKM Alumni Unpad |
“Saya terharu, saya juga jadi terdorong untuk memberikan kontribusi juga, tentunya dengan kemampuan saya dan kebetulan pekerjaan saya terkait dengan BPJS Ketenagakerjaan. Maka saya kenalkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan itu memang berguna untuk pelaku UMKM dan wajib dimiliki karena itu program Negara bukan komersil dan UMKM Alumni Unpad ini luar biasa UMKM ini dalam satu komunitas yang kompak dan penuh semangat dan ini butuh penggerak hebat, butuh motor yang luar biasa yang pandai memotivasi sehingga ini akan tumbuh menjadi cikal – bakal UMKM yang akan tumbuh besar, dimana UMKM nanti menjadi penopang ekonomi, “demikian pungkas Wetty.
Iurannya pun sangat murah, kalau dengan dasar upahnya 1 juta untuk yang bukan penerima upah mendapat 2 (dua) program itu hanya Rp.16.800/bulan tetapi karena sekarang ada relaksasi iuran maka Rp.16.800 di bulan September misalnya, dan Rp.16.800 di bulan Oktober, maka di bulan Nopember dan Desember hingga Januari, itu cukup bayar 168 rupiah saja. Jadi hanya dengan 34 ribu bisa terlindungi selama 5 (lima) bulan yang seharusnya membayar 89 ribu.
Itu yang minimalnya dengan dasar upah 1 juta, kalau memang dasar upahnya mau 3 juta, tinggal 1% dari upah yang dilaporkan berarti iurannya 30 ribu dan itu kalau ada relaksasi jadi 3 ribu. Sedangkan kalau untuk jaminan kematian sama saja, mau upah yang dilaporkannya 100 juta sekali pun tetap iurannya 16.800 rupiah.
Sementara itu Dewi Tenty (Teh DeTe), mengatakan bahwa latar belakang menginisiasi Perkumpluan UMKM Alumni Unpad ini belajar dari sejarah di beberapa Negara termasuk Eropa dan Amerika yang berhasil menjadikan UMKM dijadikan jembatan untuk survive (bertahan hidup) di saat Negara sedang krisis.
“Karena pada akhirnya kita tahu garda terdepan dalam penanganan saat Negara kritis adalah masyarakat itu sendiri yang bahu-membahu pertahankan perekonomian Negaranya melalui UMKM, “ jelas Teh DeTe.
Pada resesi ekonomi tahun 98, kata Teh Dete sudah terbukti UMKM jadi penopang ketahanan perkonomian nasional, hanya disayangkan ketika resesi selesai kembali lagi Negara, pemerintahannya ke konglomerasi dan pola itu selalu berulang. “Tapi biarlah, itu urusan pemerintah hanya saja. Kita melihat bahwa UMKM selalu ada tapi kita highlight jangan sampai ada kesan UMKM dianggap ada pada saat keadaaan sudah terpaksa”, katanya kesal.
Malah di Negara-negara lain kata DeTe, ada slogan tidak ada tempat untuk konglomerasi untuk hal-hal yang sifatnya sudah dipenuhi oleh UMKM, seperti Swedia, tidak ada tempat untuk konglomerasi bagi pertanian dan hal yang sifatnya memenuhi hajat hidup orang banyak.
“Nah kenapa di Indonesia yang katanya semangat gotong-royong koperasinya bagus tetapi kesannya UMKM diingat pada saat krisis saja. Nah sekarang kebetulan ini ada krisis kedua (karena pandemi Covid-19) kita akan mulai lagi menggalang, “ katanya pasti.
Teh DeTe bercerita, pada saat krisis 98 tidak separah seperti sekarang karena waktu itu bukan disebabkan pandemi Covid-19. Sekarang lebih parah, orang tidak bisa lagi door to door (dari pintu ke pintu) menjajakan dagangannya atau orang datang meminta diskon karena ada sosial distancing atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat sulit bergerak baik produsen maupun konsumen.
Dari situlah dia terinisiasi untuk mengupayakan UMKM tetap hidup dan alhamdulilah katanya dengan adanya era 4.0 itu menjadi jembatan, jadi social distancing / PSBB, bisa dijembatani dengan teknologi yaitu dilakukan secara online. Tetap kata DeTe online ini mempunyai handicap (rintangan, kesulitan ) yaitu packaging (kemasan), Logistik, kemudian Melek Teknonogi. Kalau Melek Teknologi lumayan karena UMKM alumni universitas, nah masalahnya sekarang tentang logistik dan packaging – karena permintaan itu bisa terpenuhi kalau packagingnya bagus tetapi kalau packagingnya tidak betul belum tentu sampai ke pemesan secara sempurna begitu juga dengan logistik.
“Hal-hal seperti itulah yang membuat kita berpikir, yu kita kumpulin teman untuk membuat market bersama saling memperkenalkan produk diantara teman-teman dan memasarkannya secara online (IG, FB, twiter) kemudian setelah gabung setelah kita lihat ada oportunity, market dari online rupanya tidak semuanya bisa memenuhi packaging dan logistik, nah dari situlah kita mulai harus belajar packaging yang betul atau setelah itu ada bantuan dari pemerintah tetapi harus ada syarat-syarat dan dokumen yang harus dipenuhi, ya kita inisiasi lagi“, jelas DeTe
Jadi kata DeTe, kita berjalan seiring dengan arah Covid ini, kemana kebijaksanaannya kita ikuti dan akhirnya kita bisa merasakan jejaring ini bermanfaat karena menciptakan market dengan semboyan membeli dari alumni, kemudian mengendors barang kawan sendiri (kalau pemerintah menyewa artis) tapi disini harus jujur, kalau tidak jujur malah mematikan barang teman sendiri, produk kuliner tidak enak dibilang enak.
“Dan itu bisa dan menaikan minat pembeli lain, itu sudah terbukti. Kemudian masalah logistik akhirnya malah saling memberi tahu bahwa kalau mau ke luar kota barengan yu, pake ini. Nah untuk packaging saya mau gedor pemerintah karena ngajarin packaging sangat signifikan untuk terjaminnya mutu produk dan Senin (28/9/2020) kita akan dapat pelatihan dalam webinar UMKM Alumni dengan kemenaker, “ katanya.
Jadi kata Teh DeTe yang paling awal harus didahulukan adalah mewadahi orang-orang yang kena PHK yang beralih kerja dari pekerja ke wirausaha,
“Itu yang harus kita utamakan supaya mereka bisa mengemas sesuatu yang simpel yang bisa dia jual ke kostumernya secara online, itu saja yang didulukan yang paling awal, “ pungkasnya.
Komunitas UMKM Alumni Unpad Berkolaborasi Dengan Kadin Bandung
Sementara itu pada hari Sabtu (26/9/2020), dalam momen Milangkala Kota Bandung yang ke-210 UMKM Alumni Unpad melakukan kerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bandung dan kegiatan kerjasama terkait dengan pengembangan UKM ini berlangsung di kantor Kadin Kota Bandung Jalan Talagabodas No. 31, Malabar, Kec. Lengkong Kota Bandung.
Pertemuan tersebut selain dihadiri Ketua Kadin Bandung Iwa Gartiwa, hadir juga Desta Bhakti Komite Franchise dan Ridwan Direktur Eksekutif Kadin Bandung, sedangkan dari pihak UMKM Alumni dihadiri langsung oleh Penggagas UMKM alumni Arry Zulfikar dan Dewi Tenty selaku Penggerak kegiatan UMKM Alumni Unpad, juga saat itu hadir 20 pelaku UMKM alumni Unpad.
Ary Zulfikar (Kang Azoo) menjelaskan, UMKM alumni ini akan tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni yang punya program pembinaan dan pelatihan kepada UMKM Unpad yang saat ini sudah tergabung hampir 750 pelaku UMKM alumni.
UMKM Alumni Unpad berkolaborasi dengan Kadin Kota Bandung |
Hanya kendalanya adalah aspek permodalan, pasar (marketing) dan pembinaan produk (quality assurance). Pembinaan produk ini menurutnya diperlukan untuk menjamin pasokan ke pasar apabila program market place (perantara antara penjual dan pembeli di dunia maya) akan dijalankan. "Jadi jangan sampai sudah ada permintaan, tetapi pasokan barang tidak ada,” katanya.
UMKM Alumni Unpad juga berencana akan membentuk marketplace berbasis komunitas untuk menampung produk dari 750 alumni dengan berbagai produk dan jasa. Diharapkan marketplace ini menjadi sarana transaksi antar alumni. Bahkan ke depan kata Azoo, UMKM Alumni Unpad juga akan menciptakan cluster-cluster alumni yang berasal dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Selain itu UMKM Alumni juga akan membuat marketplace offline dengan membentuk sekretariat dan tempat usaha sebagai etalase produk-produk UMKM Alumni.
Dewi Tenty, selaku penggerak UMKM Alumni mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan pendataan untuk pengelompokan UMKM, agar pelatihan dan pembinaan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Dia juga menerangkan UMKM Alumni telah mendapatkan penawaran kerja sama dari beberapa kementerian, baik itu UMKM dan Koperasi serta Kementerian Ketenagakerjaan.
Ketua Kadin Kota Bandung Iwa Gartiwa pun menyambut baik gagasan kerjasama tersebut sebagai wadah untuk memfasilitasi edukasi bagi para pelaku UMKM yang tergabung dalam Bumi Alumni secara teori maupun praktis bahkan Iwa menyebutkan, “Kami merasa terbantu bagaimana menciptakan para pengusaha baru terutama UMKM. Kami merasa kerepotan dengan database dan ini tugas alumni Unpad membuat database sekalian dengan daftar jenis usaha dari alumni itu sendiri untuk memudahkan pembinaan, termasuk alumni yang baru keluar,” jelasnya.
Penandatanganan Akte Pendirian Perkumpulan Bumi Alumni |
Jadi kata Iwa, intinya bagi kedua pihak kerjasama ini sangat penting apalagi ketika sedang resesi ekonomi di saat pandemi seperti ini. Oleh karena itu Kadin Bandung mendukung upaya pengembangan yang dilakukan UMKM Alumni Unpad, antara Kadin Bandung dan UMKM alumni Unpad dapat berkolaborasi yang berkesinambungan dan kerjasama ini diharapkan dapat mendorong terbukanya akses pasar dan pembinaan produk, dan juga membantu UMKM untuk memperoleh pembiayaan yang dapat mendukung kegiatan usaha UMKM termasuk menembus pasar ekspor.
Sementara Ridwan mengatakan Kadin Bandung akan mengundang UMKM alumni untuk ikut berpartisipasi dalam dalam kegiatan gathering UMKM yang diselenggarakan Kadin dan biasanya mengundang 100 UMKM.
***
Para Pengurus Perkumpulan Bumi Alumni bersama Notaris |
Selesai dari sana dengan bertempat di Hotel Hilton Jalan HOS Tjokroaminoto No. 41-43 (Pasirkaliki), Arjuna, Kec. Cicendo Kota Bandung berlangsung Penandatanganan Akte Pendirian Yayasan dan Perkumpulan “Bumi Alumni” oleh Arry Zulfikar (Ketua), dan para Dewan Pengawas James Ibrahim (Kang Iim), Ferry Mursidan Baldan (FMB) dan Ari Budiman di hadapan Notaris Hilda Sophia Wiradiredja, S.H., MH. Saat itu turut hadir juga Dewi Tenty dan Engkus Kusnadi Anang (Sekretaris).
(AGP)***
Mengintip Tiga Kegiatan UMKM Alumni Unpad Dalam Momen Milangkala Kota Bandung Yang Ke-210
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, September 29, 2020
Para Pelaku UMKM Alumni Unpad |
Pada hari Jumat, tanggal 25 September 2020, UMKM Alumni Unpad mengadakan acara Diskusi Dengan BPJS Ketenagakerjaan. Acara yang bertajuk “Dari Kita Untuk Kita Bersama” ini berlangsung di Jalan Lombok No. 41 Kota Bandung dan diikuti puluhan pelaku UMKM alumni Unpad.
Hadir pada kesempatan tersebut Wetty Puspitaningsih, Kepala Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan Cilandak - Jakarta, juga Dewi Tenty Pemerhati Koperasi dan UMKM yang juga Penggerak kegiatan UMKM Alumni Unpad.
BPJS Ketenagakerjaan kata Wetty, dulunya PT. Jamsostek sebelumnya BUMN di bawah Kementrian BUMN dan semenjak 2015 bertransformasi menjadi badan hukum publik langsung di bawah presiden dan namanya pun beralih menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK), tapi karena banyak sekali masyarakat mispersepsi (salah mengartikan) ketika kita menjelaskan BPJS Ketenagakerjaan dikiranya BPJS Kesehatan, padahal di indonesia ada dua badan penyelenggara jaminan sosial, ada kesehatan dan ada ketenagakerjaan.
“Maka di tahun 2020 ini panggil kami BPJAMSOSTEK aja biar lebih mudah lagi, supaya familiar. Jadi BPJAMSOSTEK itu BPJS Ketenagakerjaan", demikian jelas Wetty.
Usaha Mikro Kecil Menengah, lanjut Wetty, merupakan pelaku usaha yang tentunya mempunyai risiko dalam bekerja, misalnya ada pelaku UMKM kuliner ketika membeli bahan-bahan ke pasar mendapat kecelakaan, kalau dia ikut BPJS Kesehatan maka dia akan mandapatkan manfaat jaminan kecelakaan kerja, untuk berobat dia bisa langsung masuk ke rumah sakit yang sudah bekerjasama, kalau di Bandung rumah sakit Boromeus, Advent dan Santosa. “Dia tinggal memperlihatkan kartu kepersertaan dan sepanjang dia membayar dengan tertib maka akan langsung dilayani dengan terlebih dahulu konfirmasi dengan BPJS Ketenagakerjaan dimana dia terdaftar, tapi biasanya tidak begitu juga, kita langsung tangani“, terangnya.
BPJS Ketenagakerjaan itu ada 4 (empat) segmen: penerima upah, bukan penerima upah, TKI / PMI (pekerjra migran Indonesia), dan jasa kontruksi.
Dan UMKM itu ada mikro dan kecil, kalau pelaku UMKM punya karyawan dan berbadan hukum maka dia masuk ke mikro dan kecil maka dia akan masuk ke kategori Penerima Upah.
Ketika dia bekerja sendiri misalnya punya bisnis, segalanya dilakukan sendiri termasuk memasak sendiri, maka masuknya ke informal atau Mandiri atau yang biasa disebut Bukan Penerima Upah. Haknya pun sama untuk jaminan kecelakaan kerja atau jamian kematian, termasuk ketiga segmen lainnya, sama jaminannya.
Dan syarat untuk mendapatkan perlindungan itu harus melakukan aktivitas ekonomi atau bekerja dan UMKM itu adalah melakukan aktivitas ekonomi dan bekerja, maka memenuhi syarat untuk mendapat perlindungan kecuali ibu rumah tangga, karena tidak ada kecelakaan kerjanya.
“Jangan lupa produk UMKM yang dibuatnya juga harus tercatat, harus dijelaskan misalnya jenis kulinernya, jenis produksinya apa misalnya sepatu atau apa itu perlu pada saat menentukan kecelakaan kerja, “ kata Wetty gamblang sekali.
Ada pun manfaat yang didapat oleh peserta tersegmentasi 4 (empat) jenis yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pensiun. “Nah biasanya untuk ‘kecil dan mikro’ itu boleh hanya mengikuti 2 (dua) program saja yaitu jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian dan itu juga berlaku bagi yang 'bukan penerima upah', yang bekerja sendiri, tapi boleh saja kalau mau ikut Jaminan Hari Tua, ” terangnya.
Ditanya tentang kolaborasi UMKM Alumni Unpad dengan BPJS Ketenagakerjaan, Wetty dengan jujur mengatakan sangat mengapresiasi, luar biasa, katanya, bisa mengumpulkan pelaku UMKM alumni demikian banyaknya, sehingga mereka bisa teredukasi dan terinformasi dengan berbagai manfaat programnya, dan Wetty juga selaku alumni Unpad (Jurusan Matematika 88 - FMIPA) serta alumni Unpad yang lainnya pasti punya keinginan memajukan teman-teman alumni, begitu pula dengan alumni perguruan tinggi lainnya seperti UI dan UGM.
Dewi Tenty (kiri) bersama Wetty memperkenalkan produk UMKM Alumni Unpad |
“Saya terharu, saya juga jadi terdorong untuk memberikan kontribusi juga, tentunya dengan kemampuan saya dan kebetulan pekerjaan saya terkait dengan BPJS Ketenagakerjaan. Maka saya kenalkan bahwa BPJS Ketenagakerjaan itu memang berguna untuk pelaku UMKM dan wajib dimiliki karena itu program Negara bukan komersil dan UMKM Alumni Unpad ini luar biasa UMKM ini dalam satu komunitas yang kompak dan penuh semangat dan ini butuh penggerak hebat, butuh motor yang luar biasa yang pandai memotivasi sehingga ini akan tumbuh menjadi cikal – bakal UMKM yang akan tumbuh besar, dimana UMKM nanti menjadi penopang ekonomi, “demikian pungkas Wetty.
Iurannya pun sangat murah, kalau dengan dasar upahnya 1 juta untuk yang bukan penerima upah mendapat 2 (dua) program itu hanya Rp.16.800/bulan tetapi karena sekarang ada relaksasi iuran maka Rp.16.800 di bulan September misalnya, dan Rp.16.800 di bulan Oktober, maka di bulan Nopember dan Desember hingga Januari, itu cukup bayar 168 rupiah saja. Jadi hanya dengan 34 ribu bisa terlindungi selama 5 (lima) bulan yang seharusnya membayar 89 ribu.
Itu yang minimalnya dengan dasar upah 1 juta, kalau memang dasar upahnya mau 3 juta, tinggal 1% dari upah yang dilaporkan berarti iurannya 30 ribu dan itu kalau ada relaksasi jadi 3 ribu. Sedangkan kalau untuk jaminan kematian sama saja, mau upah yang dilaporkannya 100 juta sekali pun tetap iurannya 16.800 rupiah.
Sementara itu Dewi Tenty (Teh DeTe), mengatakan bahwa latar belakang menginisiasi Perkumpluan UMKM Alumni Unpad ini belajar dari sejarah di beberapa Negara termasuk Eropa dan Amerika yang berhasil menjadikan UMKM dijadikan jembatan untuk survive (bertahan hidup) di saat Negara sedang krisis.
“Karena pada akhirnya kita tahu garda terdepan dalam penanganan saat Negara kritis adalah masyarakat itu sendiri yang bahu-membahu pertahankan perekonomian Negaranya melalui UMKM, “ jelas Teh DeTe.
Pada resesi ekonomi tahun 98, kata Teh Dete sudah terbukti UMKM jadi penopang ketahanan perkonomian nasional, hanya disayangkan ketika resesi selesai kembali lagi Negara, pemerintahannya ke konglomerasi dan pola itu selalu berulang. “Tapi biarlah, itu urusan pemerintah hanya saja. Kita melihat bahwa UMKM selalu ada tapi kita highlight jangan sampai ada kesan UMKM dianggap ada pada saat keadaaan sudah terpaksa”, katanya kesal.
Malah di Negara-negara lain kata DeTe, ada slogan tidak ada tempat untuk konglomerasi untuk hal-hal yang sifatnya sudah dipenuhi oleh UMKM, seperti Swedia, tidak ada tempat untuk konglomerasi bagi pertanian dan hal yang sifatnya memenuhi hajat hidup orang banyak.
“Nah kenapa di Indonesia yang katanya semangat gotong-royong koperasinya bagus tetapi kesannya UMKM diingat pada saat krisis saja. Nah sekarang kebetulan ini ada krisis kedua (karena pandemi Covid-19) kita akan mulai lagi menggalang, “ katanya pasti.
Teh DeTe bercerita, pada saat krisis 98 tidak separah seperti sekarang karena waktu itu bukan disebabkan pandemi Covid-19. Sekarang lebih parah, orang tidak bisa lagi door to door (dari pintu ke pintu) menjajakan dagangannya atau orang datang meminta diskon karena ada sosial distancing atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) membuat sulit bergerak baik produsen maupun konsumen.
Dari situlah dia terinisiasi untuk mengupayakan UMKM tetap hidup dan alhamdulilah katanya dengan adanya era 4.0 itu menjadi jembatan, jadi social distancing / PSBB, bisa dijembatani dengan teknologi yaitu dilakukan secara online. Tetap kata DeTe online ini mempunyai handicap (rintangan, kesulitan ) yaitu packaging (kemasan), Logistik, kemudian Melek Teknonogi. Kalau Melek Teknologi lumayan karena UMKM alumni universitas, nah masalahnya sekarang tentang logistik dan packaging – karena permintaan itu bisa terpenuhi kalau packagingnya bagus tetapi kalau packagingnya tidak betul belum tentu sampai ke pemesan secara sempurna begitu juga dengan logistik.
“Hal-hal seperti itulah yang membuat kita berpikir, yu kita kumpulin teman untuk membuat market bersama saling memperkenalkan produk diantara teman-teman dan memasarkannya secara online (IG, FB, twiter) kemudian setelah gabung setelah kita lihat ada oportunity, market dari online rupanya tidak semuanya bisa memenuhi packaging dan logistik, nah dari situlah kita mulai harus belajar packaging yang betul atau setelah itu ada bantuan dari pemerintah tetapi harus ada syarat-syarat dan dokumen yang harus dipenuhi, ya kita inisiasi lagi“, jelas DeTe
Jadi kata DeTe, kita berjalan seiring dengan arah Covid ini, kemana kebijaksanaannya kita ikuti dan akhirnya kita bisa merasakan jejaring ini bermanfaat karena menciptakan market dengan semboyan membeli dari alumni, kemudian mengendors barang kawan sendiri (kalau pemerintah menyewa artis) tapi disini harus jujur, kalau tidak jujur malah mematikan barang teman sendiri, produk kuliner tidak enak dibilang enak.
“Dan itu bisa dan menaikan minat pembeli lain, itu sudah terbukti. Kemudian masalah logistik akhirnya malah saling memberi tahu bahwa kalau mau ke luar kota barengan yu, pake ini. Nah untuk packaging saya mau gedor pemerintah karena ngajarin packaging sangat signifikan untuk terjaminnya mutu produk dan Senin (28/9/2020) kita akan dapat pelatihan dalam webinar UMKM Alumni dengan kemenaker, “ katanya.
Jadi kata Teh DeTe yang paling awal harus didahulukan adalah mewadahi orang-orang yang kena PHK yang beralih kerja dari pekerja ke wirausaha,
“Itu yang harus kita utamakan supaya mereka bisa mengemas sesuatu yang simpel yang bisa dia jual ke kostumernya secara online, itu saja yang didulukan yang paling awal, “ pungkasnya.
Komunitas UMKM Alumni Unpad Berkolaborasi Dengan Kadin Bandung
Sementara itu pada hari Sabtu (26/9/2020), dalam momen Milangkala Kota Bandung yang ke-210 UMKM Alumni Unpad melakukan kerjasama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Bandung dan kegiatan kerjasama terkait dengan pengembangan UKM ini berlangsung di kantor Kadin Kota Bandung Jalan Talagabodas No. 31, Malabar, Kec. Lengkong Kota Bandung.
Pertemuan tersebut selain dihadiri Ketua Kadin Bandung Iwa Gartiwa, hadir juga Desta Bhakti Komite Franchise dan Ridwan Direktur Eksekutif Kadin Bandung, sedangkan dari pihak UMKM Alumni dihadiri langsung oleh Penggagas UMKM alumni Arry Zulfikar dan Dewi Tenty selaku Penggerak kegiatan UMKM Alumni Unpad, juga saat itu hadir 20 pelaku UMKM alumni Unpad.
Ary Zulfikar (Kang Azoo) menjelaskan, UMKM alumni ini akan tergabung dalam Perkumpulan Bumi Alumni yang punya program pembinaan dan pelatihan kepada UMKM Unpad yang saat ini sudah tergabung hampir 750 pelaku UMKM alumni.
UMKM Alumni Unpad berkolaborasi dengan Kadin Kota Bandung |
Hanya kendalanya adalah aspek permodalan, pasar (marketing) dan pembinaan produk (quality assurance). Pembinaan produk ini menurutnya diperlukan untuk menjamin pasokan ke pasar apabila program market place (perantara antara penjual dan pembeli di dunia maya) akan dijalankan. "Jadi jangan sampai sudah ada permintaan, tetapi pasokan barang tidak ada,” katanya.
UMKM Alumni Unpad juga berencana akan membentuk marketplace berbasis komunitas untuk menampung produk dari 750 alumni dengan berbagai produk dan jasa. Diharapkan marketplace ini menjadi sarana transaksi antar alumni. Bahkan ke depan kata Azoo, UMKM Alumni Unpad juga akan menciptakan cluster-cluster alumni yang berasal dari berbagai universitas yang ada di Indonesia. Selain itu UMKM Alumni juga akan membuat marketplace offline dengan membentuk sekretariat dan tempat usaha sebagai etalase produk-produk UMKM Alumni.
Dewi Tenty, selaku penggerak UMKM Alumni mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan pendataan untuk pengelompokan UMKM, agar pelatihan dan pembinaan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM. Dia juga menerangkan UMKM Alumni telah mendapatkan penawaran kerja sama dari beberapa kementerian, baik itu UMKM dan Koperasi serta Kementerian Ketenagakerjaan.
Ketua Kadin Kota Bandung Iwa Gartiwa pun menyambut baik gagasan kerjasama tersebut sebagai wadah untuk memfasilitasi edukasi bagi para pelaku UMKM yang tergabung dalam Bumi Alumni secara teori maupun praktis bahkan Iwa menyebutkan, “Kami merasa terbantu bagaimana menciptakan para pengusaha baru terutama UMKM. Kami merasa kerepotan dengan database dan ini tugas alumni Unpad membuat database sekalian dengan daftar jenis usaha dari alumni itu sendiri untuk memudahkan pembinaan, termasuk alumni yang baru keluar,” jelasnya.
Penandatanganan Akte Pendirian Perkumpulan Bumi Alumni |
Jadi kata Iwa, intinya bagi kedua pihak kerjasama ini sangat penting apalagi ketika sedang resesi ekonomi di saat pandemi seperti ini. Oleh karena itu Kadin Bandung mendukung upaya pengembangan yang dilakukan UMKM Alumni Unpad, antara Kadin Bandung dan UMKM alumni Unpad dapat berkolaborasi yang berkesinambungan dan kerjasama ini diharapkan dapat mendorong terbukanya akses pasar dan pembinaan produk, dan juga membantu UMKM untuk memperoleh pembiayaan yang dapat mendukung kegiatan usaha UMKM termasuk menembus pasar ekspor.
Sementara Ridwan mengatakan Kadin Bandung akan mengundang UMKM alumni untuk ikut berpartisipasi dalam dalam kegiatan gathering UMKM yang diselenggarakan Kadin dan biasanya mengundang 100 UMKM.
***
Para Pengurus Perkumpulan Bumi Alumni bersama Notaris |
Selesai dari sana dengan bertempat di Hotel Hilton Jalan HOS Tjokroaminoto No. 41-43 (Pasirkaliki), Arjuna, Kec. Cicendo Kota Bandung berlangsung Penandatanganan Akte Pendirian Yayasan dan Perkumpulan “Bumi Alumni” oleh Arry Zulfikar (Ketua), dan para Dewan Pengawas James Ibrahim (Kang Iim), Ferry Mursidan Baldan (FMB) dan Ari Budiman di hadapan Notaris Hilda Sophia Wiradiredja, S.H., MH. Saat itu turut hadir juga Dewi Tenty dan Engkus Kusnadi Anang (Sekretaris).
(AGP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment