Friday, September 4, 2020
Workshop Daring “Ecoprint” yang dibawakan Lilis Nurhayati (31/8/2020), menutup kegiatan Pameran Virtual Buku Seni Jagat Nusantara yang digelar dari tanggal 17-31 Agustus 2020, dalam rangka menyambut hari Kemerdekaan RI yang ke-75.
Sebelumnya, pihak penyelenggara telah menggelar beberapa rangkaian acara seperti: Seminar Daring I (21/8/2020), dengan topik Membaca Buku – Seni Kajian Semiotika dan Artistika. Keynote Speaker: Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA serta Pemateri Dr. Acep Iwan Saidi, S.S., M.Hum. Lalu Seminar Daring II (22/8/2020), dengan Pemateri Hikmat Kurnia (Ketua IKA Unpad – Ketua IKAPI DKI Jakarta) dan Dra. Ira Adriati, S.Sn., M.Sn., serta Artis Talk (23/8/2020), dengan Pemateri Ismet Zainal Effendi, Rotua Magdalena, Dhyani Hendranto dan Lintang Widyokusumo.
Melihat pameran aman dan lancar, tentu saja hal ini membuat bahagia dan bangga pihak panitia serta nu gaduh hajat Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA.
Contoh Ecoprint Kain |
“Terima kasih kepada Ilahi Robbi, saya senang menyimak acara ini, dari awal sampai akhir, sukses dan berhasil. Terima kasih kepada tim kecil tapi kompak sehingga kita dapat menyelesaikan Pameran Virtual “Buku Seni Jagat Nusanata”, jadi selalu pake teks Nusantara agar kita selalu sadar hidup dan berkehidupan di Nusantara, termasuk berkreasi seni", demikian tegas Kang Wawan.
Peristiwa ini, kata dia, betul-betul menjadi peristiwa seni yang memukau ditambah dengan tadi workshop Ecoprint melengkapi dari A hingga Z nya. “Peristiwa ini mudah-mudahan memberi manfaat dan barokah bagi kita semua, pemirsa dan pemerhati acara demi acara di garasi 10 ini,” pungkasnya bahagia bercampur haru.
Ecoprint Berbahan Kertas Nan Estetik
Adalah Lilis Nurhayati, seniman otodidak yang mengkhususkan diri berkreasi membuat Ecoprint (eco: ekosistem/alam dan print: mencetak) yaitu teknik mencetak pola motif dan warna menggunakan bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Saat itu memberikan materinya pada Workshop Daring “Ecoprint” (31/8/2020) dihadapan (layar laptop) puluhan orang seniman-seniwati dari Bandung, Jakarta, Solo dan Bali.
Dengan gamblang dan detilnya Lilis menyampaikan materinya tentang Ecoprint dan menjawab dengan jelas setiap pertanyaan.
Ecoprint Kertas karya Lilis |
Menurutnya, Ecoprint bersifat ramah lingkungan karena limbah yang dihasilkan mudah terurai di alam. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat menjaga kelestarian alam. Menjadikan tren gaya hidup ramah lingkungan semakin digemari dan merambah luas ke berbagai sektor usaha. Tidak terkecuali dengan tren busana batik dan berkembangnya batik ecoprint kontemporer yang menambah khasanah batik etnik disamping batik tulis dan cap.
Adapun tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pola motif dan warna sangat beragam. Antara lain, Daun Jati yang masih muda, Daun Lanang, Daun Kesumba, Daun dan Bunga Truja, Daun Jenitri, Kulit Pohon Mahoni, berbagai jenis Pakis (daun dan batang), dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang digunakan memang biasanya daun, bunga, ranting, kulit pohon, dll.
Menurut Lilis, Ecoprint saat ini telah berkembang. Media yang digunakan pun sangat beragam, mulai dari media kain, kertas, kulit hingga keramik.
Hingga dia pun menyimpulkan, bahwa pembuatan Ecoprint dengan media kertas relatif lebih mudah dibanding memakai media kain. Daun atau bunga yang digunakan hendaknya yang masih segar atau baru dipetik. Komponen paling penting yang digunakan dalam pembuatan Ecoprint adalah Tanin dan hasil karya dari Ecoprint kertas umumnya unik dan memiliki karakteristik yang ekslusif tergantung pada letak geografis asal tanaman.
Pada kesempatan itu Lilis pun menayangkan pembuatan Ecoprint Kertas dengan menggunakan bahan kertas linen, kain katun, teh hijau (sebagai pewarna), plastik putih, serta beberapa macam daun, dan bunga.
Bunga dan buku dari Ecoprint Kertas |
Lilis mulai terjun dalam bidang Ecoprint tahun 2018, setelah sebelumnya selama tiga tahun mendalami Sibhori (membuat motif batik lipet ikat celup), sebuah seni teknik pewarnaan kain dari Jepang (batik versi Jepang). Lilis belajar langsung ke Empunya dari Jepang yang kebetulan datang ke Indonesia dan memberikan pelatihan di Museum Tekstil Tanah Abang -Jakarta. Lilis saat itu dikenalkan pada Shibori oleh Ibu Kustina di BLC (Bisnis Ladies Club) Bandung, perkumpulan istri karyawan Telkom. Disanalah Lilis bersama Ibu Ida Tejaweani belajar Sibhori. Setelah sekian lama aktif dan diposisikan sebagai fasilitator di BLC, barulah pada tahun 2018 Lilis dikenalkan Bunda Ida dengan Ecoprint dan merasa tertarik sekali terutama karena menyangkut lingkungan hidup, bahan-bahannya dari alam, ramah lingkungan.
Lilis pun telah beberapa kali pameran di Bandung seperti di Telkom, kawasan Braga, dan sering memberi pelatihan di Telkom Supratman, termasuk melatih ibu-ibu di masa pandemi secara virtual sebulan sekali, juga membuka toko bersama klub BLC yang digagas Bu Kus, di Handicraft Market, Jalan Jend A. Yani Bandung (kawasan Cicadas dekat Cicaheum) yang diisi semua karya ibu-ibu bimbingan BLC.
“Saya selama tiga bulan disana, alhamdulilah mulai dari pintu ke pintu, lewat telepon, ternyata menambah income keluarga”, katanya bangga.
Nah, setelah berkeluarga dengan Kang Wawan, Lilis digiring ke kertas oleh Maestro Kertas ini. Jadi ecoprint yang tadinya dia buat di media Kain beralih ke media Kertas. Tentu hal ini jadi tantangan baru buat Lilis, harus memeras otak dan pikirannya. Maka, dicobanya membuat ecoprint kertas, mulai dari bahan kertas yang tipis sampai ke kertas semen, terus tak bosan bereksperimen sambil mempelajari sifat-sifat kertas. Akhirnya ketemu juga, ada dua jenis kertas Linen dan Kensen yang bagus dibuat sebagai bahan pembuatan Ecoprint Kertas.
Bersama suami menjelajahi jagat seni |
Hingga sekarang, Lilis telah berhasil membuat ecoprint kertas dalam bentuk buku sekitar 300 buah. Dari mulai buku sebesar jempol ibu jari tangan, hingga yang ukuran standar. Juga hasilnya telah diikutsertakan dalam pameran bertajuk Seni Nusantara Cirebon Ajaib dan Gaib, rangkaian dari gelaran Jelajah Seni Rupa Nusantara, 19 September 2019.
Diarahkan ke Ecoproint kertas, bagi Lilis banyak hikmah yang bisa diambil walau membuat ecoprint kain lebih bebas, mau diremas dilipat, digulung, tak khawatir rusak. Tapi sebaliknya, membuat ecoprint kertas butuh perlakuan khusus, dari mulai cara mencelup ke larutan tujung atau pas menyusun, karena semua basah, kertas rentan robek dalam air. “Tapi setelah semua dipelajari ternyata ada teknik tersendiri, dari mulai cara megang, cara menggulung, cara nyimpen kertas itu benar-benar harus diperhatikan harus memakai rasa. Jadi hikmahnya membuat hati kita semakin lembut antara pegangan sama rasa hati itu benar-benar manyatu, Kang Wawan memang pinter pisan – membuat tontonan jadi tuntuan,” papar seniwati kelahiran Bandung 11 Desember 1970, sambil melirik pada sang suami yang tersenyum penuh arti. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
September 04, 2020
CB Blogger
IndonesiaWorkshop Daring Ecoprint, Menutup Pameran Virtual Buku Seni Jagat Nusantara
Posted by
Tatarjabar.com on Friday, September 4, 2020
Workshop Daring “Ecoprint” yang dibawakan Lilis Nurhayati (31/8/2020), menutup kegiatan Pameran Virtual Buku Seni Jagat Nusantara yang digelar dari tanggal 17-31 Agustus 2020, dalam rangka menyambut hari Kemerdekaan RI yang ke-75.
Sebelumnya, pihak penyelenggara telah menggelar beberapa rangkaian acara seperti: Seminar Daring I (21/8/2020), dengan topik Membaca Buku – Seni Kajian Semiotika dan Artistika. Keynote Speaker: Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA serta Pemateri Dr. Acep Iwan Saidi, S.S., M.Hum. Lalu Seminar Daring II (22/8/2020), dengan Pemateri Hikmat Kurnia (Ketua IKA Unpad – Ketua IKAPI DKI Jakarta) dan Dra. Ira Adriati, S.Sn., M.Sn., serta Artis Talk (23/8/2020), dengan Pemateri Ismet Zainal Effendi, Rotua Magdalena, Dhyani Hendranto dan Lintang Widyokusumo.
Melihat pameran aman dan lancar, tentu saja hal ini membuat bahagia dan bangga pihak panitia serta nu gaduh hajat Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA.
Contoh Ecoprint Kain |
“Terima kasih kepada Ilahi Robbi, saya senang menyimak acara ini, dari awal sampai akhir, sukses dan berhasil. Terima kasih kepada tim kecil tapi kompak sehingga kita dapat menyelesaikan Pameran Virtual “Buku Seni Jagat Nusanata”, jadi selalu pake teks Nusantara agar kita selalu sadar hidup dan berkehidupan di Nusantara, termasuk berkreasi seni", demikian tegas Kang Wawan.
Peristiwa ini, kata dia, betul-betul menjadi peristiwa seni yang memukau ditambah dengan tadi workshop Ecoprint melengkapi dari A hingga Z nya. “Peristiwa ini mudah-mudahan memberi manfaat dan barokah bagi kita semua, pemirsa dan pemerhati acara demi acara di garasi 10 ini,” pungkasnya bahagia bercampur haru.
Ecoprint Berbahan Kertas Nan Estetik
Adalah Lilis Nurhayati, seniman otodidak yang mengkhususkan diri berkreasi membuat Ecoprint (eco: ekosistem/alam dan print: mencetak) yaitu teknik mencetak pola motif dan warna menggunakan bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Saat itu memberikan materinya pada Workshop Daring “Ecoprint” (31/8/2020) dihadapan (layar laptop) puluhan orang seniman-seniwati dari Bandung, Jakarta, Solo dan Bali.
Dengan gamblang dan detilnya Lilis menyampaikan materinya tentang Ecoprint dan menjawab dengan jelas setiap pertanyaan.
Ecoprint Kertas karya Lilis |
Menurutnya, Ecoprint bersifat ramah lingkungan karena limbah yang dihasilkan mudah terurai di alam. Hal ini sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat menjaga kelestarian alam. Menjadikan tren gaya hidup ramah lingkungan semakin digemari dan merambah luas ke berbagai sektor usaha. Tidak terkecuali dengan tren busana batik dan berkembangnya batik ecoprint kontemporer yang menambah khasanah batik etnik disamping batik tulis dan cap.
Adapun tumbuhan yang bisa digunakan sebagai pola motif dan warna sangat beragam. Antara lain, Daun Jati yang masih muda, Daun Lanang, Daun Kesumba, Daun dan Bunga Truja, Daun Jenitri, Kulit Pohon Mahoni, berbagai jenis Pakis (daun dan batang), dan lain-lain. Bagian tumbuhan yang digunakan memang biasanya daun, bunga, ranting, kulit pohon, dll.
Menurut Lilis, Ecoprint saat ini telah berkembang. Media yang digunakan pun sangat beragam, mulai dari media kain, kertas, kulit hingga keramik.
Hingga dia pun menyimpulkan, bahwa pembuatan Ecoprint dengan media kertas relatif lebih mudah dibanding memakai media kain. Daun atau bunga yang digunakan hendaknya yang masih segar atau baru dipetik. Komponen paling penting yang digunakan dalam pembuatan Ecoprint adalah Tanin dan hasil karya dari Ecoprint kertas umumnya unik dan memiliki karakteristik yang ekslusif tergantung pada letak geografis asal tanaman.
Pada kesempatan itu Lilis pun menayangkan pembuatan Ecoprint Kertas dengan menggunakan bahan kertas linen, kain katun, teh hijau (sebagai pewarna), plastik putih, serta beberapa macam daun, dan bunga.
Bunga dan buku dari Ecoprint Kertas |
Lilis mulai terjun dalam bidang Ecoprint tahun 2018, setelah sebelumnya selama tiga tahun mendalami Sibhori (membuat motif batik lipet ikat celup), sebuah seni teknik pewarnaan kain dari Jepang (batik versi Jepang). Lilis belajar langsung ke Empunya dari Jepang yang kebetulan datang ke Indonesia dan memberikan pelatihan di Museum Tekstil Tanah Abang -Jakarta. Lilis saat itu dikenalkan pada Shibori oleh Ibu Kustina di BLC (Bisnis Ladies Club) Bandung, perkumpulan istri karyawan Telkom. Disanalah Lilis bersama Ibu Ida Tejaweani belajar Sibhori. Setelah sekian lama aktif dan diposisikan sebagai fasilitator di BLC, barulah pada tahun 2018 Lilis dikenalkan Bunda Ida dengan Ecoprint dan merasa tertarik sekali terutama karena menyangkut lingkungan hidup, bahan-bahannya dari alam, ramah lingkungan.
Lilis pun telah beberapa kali pameran di Bandung seperti di Telkom, kawasan Braga, dan sering memberi pelatihan di Telkom Supratman, termasuk melatih ibu-ibu di masa pandemi secara virtual sebulan sekali, juga membuka toko bersama klub BLC yang digagas Bu Kus, di Handicraft Market, Jalan Jend A. Yani Bandung (kawasan Cicadas dekat Cicaheum) yang diisi semua karya ibu-ibu bimbingan BLC.
“Saya selama tiga bulan disana, alhamdulilah mulai dari pintu ke pintu, lewat telepon, ternyata menambah income keluarga”, katanya bangga.
Nah, setelah berkeluarga dengan Kang Wawan, Lilis digiring ke kertas oleh Maestro Kertas ini. Jadi ecoprint yang tadinya dia buat di media Kain beralih ke media Kertas. Tentu hal ini jadi tantangan baru buat Lilis, harus memeras otak dan pikirannya. Maka, dicobanya membuat ecoprint kertas, mulai dari bahan kertas yang tipis sampai ke kertas semen, terus tak bosan bereksperimen sambil mempelajari sifat-sifat kertas. Akhirnya ketemu juga, ada dua jenis kertas Linen dan Kensen yang bagus dibuat sebagai bahan pembuatan Ecoprint Kertas.
Bersama suami menjelajahi jagat seni |
Hingga sekarang, Lilis telah berhasil membuat ecoprint kertas dalam bentuk buku sekitar 300 buah. Dari mulai buku sebesar jempol ibu jari tangan, hingga yang ukuran standar. Juga hasilnya telah diikutsertakan dalam pameran bertajuk Seni Nusantara Cirebon Ajaib dan Gaib, rangkaian dari gelaran Jelajah Seni Rupa Nusantara, 19 September 2019.
Diarahkan ke Ecoproint kertas, bagi Lilis banyak hikmah yang bisa diambil walau membuat ecoprint kain lebih bebas, mau diremas dilipat, digulung, tak khawatir rusak. Tapi sebaliknya, membuat ecoprint kertas butuh perlakuan khusus, dari mulai cara mencelup ke larutan tujung atau pas menyusun, karena semua basah, kertas rentan robek dalam air. “Tapi setelah semua dipelajari ternyata ada teknik tersendiri, dari mulai cara megang, cara menggulung, cara nyimpen kertas itu benar-benar harus diperhatikan harus memakai rasa. Jadi hikmahnya membuat hati kita semakin lembut antara pegangan sama rasa hati itu benar-benar manyatu, Kang Wawan memang pinter pisan – membuat tontonan jadi tuntuan,” papar seniwati kelahiran Bandung 11 Desember 1970, sambil melirik pada sang suami yang tersenyum penuh arti. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment