Home
» Jawa Barat
» Presiden Gerpis, Andri Perkasa Kantaprawira : Setelah Sukses Dengan Teknik Salibu, Gerpis Akan Kembangkan Padi Merah Putih Dan Varietas Padi Langka Yang Ada Di Baduy Dan Kampung Adat
Sunday, April 4, 2021
Andri Kantaprawira di sawah garapan Pokja Pertanian Gerpis, Ciherang Jalan Raya Soreang Banjaran Kab. Bandung |
Kita ingin nanti bersama Kang Emil benar-benar numpeng padi/beras Merah Putih dalam peringatan Indonesia Merdeka 17 Agustus 2021
Begitulah Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), sejak Gerpis dideklarasikan bersamaan waktunya dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ke-68, tanggal 27 Desember 2017 di Monumen Perjuangan Rayat Jawa Barat, hingga Pokja Agraria nya tanggal 11 Maret 2021 yang lalu, bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 12 Rajab 1442H, menggelar acara seremonial panen padi hasil teknik salibu yang bisa panen 5 kali dalam sekali tanam/tandur, dari sawah garapannya di Ciherang Jalan Raya Soreang-Banjaran Kabupaten Bandung (Kolam Renang Islam Ciherang Indah, kini terus berkomitmen untuk berbuat sesuatu kebaikan demi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya).
Dalam sektor agraria, terutama beras, Ketua Pokja Agraria Haji Endang Sulaeman Atmasasmita (Pak HES), terus berpikir keras agar pertanian di Indonesia khususnya di Jabar bisa menjadi sebuah bidang ekonomi yang menguntungkan dan menyejahterakan para petani.
“Dan produk yang ditawarkan, didiskursuskan, dan disosialisasikan kepada publik termasuk sesama petani dan pemerintah adalah teknik Salibu, yaitu cara tanam padi warisan leluhur dalam sekali tanam/ tandur bisa 4-5 kali panen dalam setahunnya. Ini kan efisensi tenaga kerja, karena sistemnya dari padi yang sudah jadi/vegetative, maka waktu panennya pun lebih cepat,“ kata Andri Kantaprawira dalam kesempatan ngawangkong dengan wartawan di kantor DPD RI Provinsi Jawa Barat, Jalan Mundinglaya 12 Kota Bandung.
Artinya kalau bisa panen 4-5 dengan sistem pengairan yang baik dll, tingkat produktivitasnya meningkat. “Kalau tingkat produktivitasnya meningkat kita kan tidak usah impor. Jadi persoalan impor itu bisa dijawab dengan sebuah teknik salibu ini harga beras meningkat, tingkat kesejahteraan petani pun meningkat,“ tambah Andri.
Andri menyitir kata-kata Pak HES, menurut ayat Al Qur‘an tidak ada jenis usaha yang keuntungannya setahun bisa lebih dari 100% selain sektor pertanian. Makanya dikenakan zakat harta 5% dan 10% kalau tidak beririgasi. Dengan lahan 2 hektar petani bisa punya penghasilan sampai 25-35-40 juta/ bulan dengan tingkat kerja yang minimal karena pertanian bisa ditinggal. Belum dari hasil pertanian yang lain. Berarti di kita pun harusnya pertanian sawah itu menjadi sebuah sektor yang menguntungkan secara kalkulasi ekonomi.
Haji Endang Sulaeman (Pak HES), sekali tandur bisa 5 kali panen |
Nah, kata Andri, apakah konsepsi ini sudah dilaksanakan, sementara di Pulau Jawa masih banyak tanah-tanah terlantar, HGU-HGU terlantar, serta tanah-tanah yang dijadikan spekulasi. “Kalau hanya bagi-bagi sertifikat tanpa membangun koperasinya, kerjasama antar petaninya, ya subsistem konsepnya tetap marhaen. Mereka hanya cukup bisa makan, mempertahankan kemiskinan, dan akhirnya kalau kepepet tanahnya dijual lagi pada kapitalis. Ya, tidak memecahkan masalah,” katanya.
“Menurut saya walau bukan orang pertanian, saya tidak melihat konsepsi-konsepsi besar sebagaimana yang dipikirkan kakek saya Iyeh Kantaprawira yang menjadikan pertanian ini Primary Industri- Industri pertama. Karena industri pertanian ini menyeluruh, banyak bidang lain yang terkait ke dalamnya seperti tekstil, makanan, pengolahan, dsb, dan tentu sektor pertanian ini memberikan pondasi pertama pada supply chain kebutuhan-kebutuhan industrial. Untuk ini kan harus jadi sangat efisien-produktif, “ tegasnya.
Seperti diketahui, Iyeh Kantaprawira adalah pelopor pertanian terintegrasi ketika jadi Kepala Dinas Pertanian (mengacu pada pertanian modern pake semprot pesawat, ada bank tanah, dsb). Iyeh adalah lulusan SPMA - Sekolah Pertanian Menengah Atas Bogor angkatan kedua dan juga pernah jadi juru tulis/sekretaris Pak Sadikin (bapaknya Bang Ali Sadikin) jadi kakeknya bisa disebut sebagai pakar pertanian primer industri pada masa awal kemerdekaan.
“Kalau saya sendiri mungkin saya baru sadar, ini tugas lanjutan/estafet lanjutan kakek nenek saya yang petani,” katanya pasti.
Mengembangkan Padi Merah Putih
Pak HES selalu berkata bahwa sektor pertanian, misalnya padi ini punya 3 posisi strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai bidang yang padat tenaga kerja, padat modal dan punya tempat untuk konservasi-bersifat ekologi sesuai dengan pemahaman-pemahaman dunia global. Seperti Tanaman Teh punya makna ekologis yang besar, dan itu sebabnya kenapa pemerintah Belanda dan VOC menempatkan Teh sebagai bidang yang penting pada masa penjahan.
Untuk sektor padi, Gerpis pun ingin merujuk pada hal itu, lagipula kebudayaan Sunda/agemaning Sunda itu punya 2 dasar yaitu agemaning pare – agemaning patanjala (air). “Agemaning itu pegangan hidup, filsafat hidup atau praktik budaya, budaya pare dan budaya patanjala/air itu yang akan kita praktikan,” kata Andri.
Selain teknik Salibu dengan Sri, Pak Endang juga menawarkan teknik salibu dengan sistem Hazton, yaitu dengan cara menanam benih tua 20 tangkai, kalau Sri kan cuman satu disuruh beranak. Nah, dengan teknik Hazton walau hambur bibit karena memakai 20 bibit, tapi sangat efisien dan efektif –hasilnya semua jadi malay, hanya yang ditengahnya saja yang tidak tumbuhnya bersamaan, beda dengan Sri beranaknya tidak bersamaan/sistem satu padi satu anak. “Jadi ini sebenarnnya teknik-teknik sederhana, tapi kalau sistem ini dilaksanakan akan menambah pada ketahanan pangan negeri. Nah, ini yang akan kita tawarkan dan kembangkan,“ jelas Andri.
Bersama Kang Obirin ngalongok sawah |
Selain itu andri juga ingin Pokja Gerpis mengembangkan Padi Merah-Putih, kabita Padi Merah Putih yang diterimanya dari Dani Rismayadi, katanya. Tapi Alhamdulillah ternyata Ir. Dadang Muhammad yang juga Pokja Gerpis ternyata tengah mengembangkan padi unik tersebut. Dan Andri berencana kalau berhasil, dia ingin mengajak Kang Emil (Gubernur Jabar) numpeng Padi Merah-Putih dalam syukuran Agustusan, memperingati Hari Kemerdekan RI tangal 17 Agustus 2021, nanti.
“Pak Endang juga mengajak kita ke Baduy, ternyata di sana ada padi hitam, kuning, hijau dan merah-putih, jadi kita juga ingin yang unik-unik padi itu kita kembangkan. Ternyata di Baduy, Ciptagelar dan Sirnaresmi juga banyak kekayaan padi kita dalam berbagai jenis varietas (di Sirnaresmi saja ada 68 jenis padi lokal). Sayang kalau tidak disupport dan dikembangkan, jangan kita abai sebagai pemerintah/ Negara terhadap kekayaan hayati bangsa sendiri,“ katanya serius.
Selain itu Pak HES juga kata Andri, akan mengembangkan Pare Gerpis 01- yang mana satu rumpunnya itu berisi 800 biji padi. “Rata-rata kemarin yang paling tinggi kang Alif Sutaryat 270-satu malay (tangkai) itu isi padinya 200 butir. Kita ingin kembangkan yang 600 sampai 800 dalam satu malaynya. di tahun 2022 ini,“ katanya pasti.
Pihak Gerpis juga ingin berkomunikasi supaya Kang Emil yang ingin menjadi pimpinan nasional berdiskursus dengan Pokja Agraria -Gerpis. Andri juga akan mengajak Kurnia Fajar dari Agro Jabar untuk berdiskusi .
“Mari kita berdiskursus berpikir berinovasi mengenai pertanian tentang padi maupun tanaman lain dengan manajemen modern maupun kebijakan-kebijakan yang lebih visioner. Mudah-mudahan ini membawa kebaikan kepada tahun 2022 - Kang Emil juga bisa mensosialisasikan inovasi-inovasi para warganya baik yang tua dan milenial di segala bidang. Kita ajak pemprov, karena orang-orang pemerintah pusat sudah banyak yang mendatangi Pak HES ngobrol-ngobrol tentang padi, jadi ya kita membuka diri lah untuk kebaikan Sunda Mulya dan Nusantara Jaya,“ pungkas Andri. (Asep GP)***
Presiden Gerpis, Andri Perkasa Kantaprawira : Setelah Sukses Dengan Teknik Salibu, Gerpis Akan Kembangkan Padi Merah Putih Dan Varietas Padi Langka Yang Ada Di Baduy Dan Kampung Adat
Posted by
Tatarjabar.com on Sunday, April 4, 2021
Andri Kantaprawira di sawah garapan Pokja Pertanian Gerpis, Ciherang Jalan Raya Soreang Banjaran Kab. Bandung |
Kita ingin nanti bersama Kang Emil benar-benar numpeng padi/beras Merah Putih dalam peringatan Indonesia Merdeka 17 Agustus 2021
Begitulah Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), sejak Gerpis dideklarasikan bersamaan waktunya dengan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ke-68, tanggal 27 Desember 2017 di Monumen Perjuangan Rayat Jawa Barat, hingga Pokja Agraria nya tanggal 11 Maret 2021 yang lalu, bersamaan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 12 Rajab 1442H, menggelar acara seremonial panen padi hasil teknik salibu yang bisa panen 5 kali dalam sekali tanam/tandur, dari sawah garapannya di Ciherang Jalan Raya Soreang-Banjaran Kabupaten Bandung (Kolam Renang Islam Ciherang Indah, kini terus berkomitmen untuk berbuat sesuatu kebaikan demi Sunda Mulya dan Nusantara Jaya).
Dalam sektor agraria, terutama beras, Ketua Pokja Agraria Haji Endang Sulaeman Atmasasmita (Pak HES), terus berpikir keras agar pertanian di Indonesia khususnya di Jabar bisa menjadi sebuah bidang ekonomi yang menguntungkan dan menyejahterakan para petani.
“Dan produk yang ditawarkan, didiskursuskan, dan disosialisasikan kepada publik termasuk sesama petani dan pemerintah adalah teknik Salibu, yaitu cara tanam padi warisan leluhur dalam sekali tanam/ tandur bisa 4-5 kali panen dalam setahunnya. Ini kan efisensi tenaga kerja, karena sistemnya dari padi yang sudah jadi/vegetative, maka waktu panennya pun lebih cepat,“ kata Andri Kantaprawira dalam kesempatan ngawangkong dengan wartawan di kantor DPD RI Provinsi Jawa Barat, Jalan Mundinglaya 12 Kota Bandung.
Artinya kalau bisa panen 4-5 dengan sistem pengairan yang baik dll, tingkat produktivitasnya meningkat. “Kalau tingkat produktivitasnya meningkat kita kan tidak usah impor. Jadi persoalan impor itu bisa dijawab dengan sebuah teknik salibu ini harga beras meningkat, tingkat kesejahteraan petani pun meningkat,“ tambah Andri.
Andri menyitir kata-kata Pak HES, menurut ayat Al Qur‘an tidak ada jenis usaha yang keuntungannya setahun bisa lebih dari 100% selain sektor pertanian. Makanya dikenakan zakat harta 5% dan 10% kalau tidak beririgasi. Dengan lahan 2 hektar petani bisa punya penghasilan sampai 25-35-40 juta/ bulan dengan tingkat kerja yang minimal karena pertanian bisa ditinggal. Belum dari hasil pertanian yang lain. Berarti di kita pun harusnya pertanian sawah itu menjadi sebuah sektor yang menguntungkan secara kalkulasi ekonomi.
Haji Endang Sulaeman (Pak HES), sekali tandur bisa 5 kali panen |
Nah, kata Andri, apakah konsepsi ini sudah dilaksanakan, sementara di Pulau Jawa masih banyak tanah-tanah terlantar, HGU-HGU terlantar, serta tanah-tanah yang dijadikan spekulasi. “Kalau hanya bagi-bagi sertifikat tanpa membangun koperasinya, kerjasama antar petaninya, ya subsistem konsepnya tetap marhaen. Mereka hanya cukup bisa makan, mempertahankan kemiskinan, dan akhirnya kalau kepepet tanahnya dijual lagi pada kapitalis. Ya, tidak memecahkan masalah,” katanya.
“Menurut saya walau bukan orang pertanian, saya tidak melihat konsepsi-konsepsi besar sebagaimana yang dipikirkan kakek saya Iyeh Kantaprawira yang menjadikan pertanian ini Primary Industri- Industri pertama. Karena industri pertanian ini menyeluruh, banyak bidang lain yang terkait ke dalamnya seperti tekstil, makanan, pengolahan, dsb, dan tentu sektor pertanian ini memberikan pondasi pertama pada supply chain kebutuhan-kebutuhan industrial. Untuk ini kan harus jadi sangat efisien-produktif, “ tegasnya.
Seperti diketahui, Iyeh Kantaprawira adalah pelopor pertanian terintegrasi ketika jadi Kepala Dinas Pertanian (mengacu pada pertanian modern pake semprot pesawat, ada bank tanah, dsb). Iyeh adalah lulusan SPMA - Sekolah Pertanian Menengah Atas Bogor angkatan kedua dan juga pernah jadi juru tulis/sekretaris Pak Sadikin (bapaknya Bang Ali Sadikin) jadi kakeknya bisa disebut sebagai pakar pertanian primer industri pada masa awal kemerdekaan.
“Kalau saya sendiri mungkin saya baru sadar, ini tugas lanjutan/estafet lanjutan kakek nenek saya yang petani,” katanya pasti.
Mengembangkan Padi Merah Putih
Pak HES selalu berkata bahwa sektor pertanian, misalnya padi ini punya 3 posisi strategis dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai bidang yang padat tenaga kerja, padat modal dan punya tempat untuk konservasi-bersifat ekologi sesuai dengan pemahaman-pemahaman dunia global. Seperti Tanaman Teh punya makna ekologis yang besar, dan itu sebabnya kenapa pemerintah Belanda dan VOC menempatkan Teh sebagai bidang yang penting pada masa penjahan.
Untuk sektor padi, Gerpis pun ingin merujuk pada hal itu, lagipula kebudayaan Sunda/agemaning Sunda itu punya 2 dasar yaitu agemaning pare – agemaning patanjala (air). “Agemaning itu pegangan hidup, filsafat hidup atau praktik budaya, budaya pare dan budaya patanjala/air itu yang akan kita praktikan,” kata Andri.
Selain teknik Salibu dengan Sri, Pak Endang juga menawarkan teknik salibu dengan sistem Hazton, yaitu dengan cara menanam benih tua 20 tangkai, kalau Sri kan cuman satu disuruh beranak. Nah, dengan teknik Hazton walau hambur bibit karena memakai 20 bibit, tapi sangat efisien dan efektif –hasilnya semua jadi malay, hanya yang ditengahnya saja yang tidak tumbuhnya bersamaan, beda dengan Sri beranaknya tidak bersamaan/sistem satu padi satu anak. “Jadi ini sebenarnnya teknik-teknik sederhana, tapi kalau sistem ini dilaksanakan akan menambah pada ketahanan pangan negeri. Nah, ini yang akan kita tawarkan dan kembangkan,“ jelas Andri.
Bersama Kang Obirin ngalongok sawah |
Selain itu andri juga ingin Pokja Gerpis mengembangkan Padi Merah-Putih, kabita Padi Merah Putih yang diterimanya dari Dani Rismayadi, katanya. Tapi Alhamdulillah ternyata Ir. Dadang Muhammad yang juga Pokja Gerpis ternyata tengah mengembangkan padi unik tersebut. Dan Andri berencana kalau berhasil, dia ingin mengajak Kang Emil (Gubernur Jabar) numpeng Padi Merah-Putih dalam syukuran Agustusan, memperingati Hari Kemerdekan RI tangal 17 Agustus 2021, nanti.
“Pak Endang juga mengajak kita ke Baduy, ternyata di sana ada padi hitam, kuning, hijau dan merah-putih, jadi kita juga ingin yang unik-unik padi itu kita kembangkan. Ternyata di Baduy, Ciptagelar dan Sirnaresmi juga banyak kekayaan padi kita dalam berbagai jenis varietas (di Sirnaresmi saja ada 68 jenis padi lokal). Sayang kalau tidak disupport dan dikembangkan, jangan kita abai sebagai pemerintah/ Negara terhadap kekayaan hayati bangsa sendiri,“ katanya serius.
Selain itu Pak HES juga kata Andri, akan mengembangkan Pare Gerpis 01- yang mana satu rumpunnya itu berisi 800 biji padi. “Rata-rata kemarin yang paling tinggi kang Alif Sutaryat 270-satu malay (tangkai) itu isi padinya 200 butir. Kita ingin kembangkan yang 600 sampai 800 dalam satu malaynya. di tahun 2022 ini,“ katanya pasti.
Pihak Gerpis juga ingin berkomunikasi supaya Kang Emil yang ingin menjadi pimpinan nasional berdiskursus dengan Pokja Agraria -Gerpis. Andri juga akan mengajak Kurnia Fajar dari Agro Jabar untuk berdiskusi .
“Mari kita berdiskursus berpikir berinovasi mengenai pertanian tentang padi maupun tanaman lain dengan manajemen modern maupun kebijakan-kebijakan yang lebih visioner. Mudah-mudahan ini membawa kebaikan kepada tahun 2022 - Kang Emil juga bisa mensosialisasikan inovasi-inovasi para warganya baik yang tua dan milenial di segala bidang. Kita ajak pemprov, karena orang-orang pemerintah pusat sudah banyak yang mendatangi Pak HES ngobrol-ngobrol tentang padi, jadi ya kita membuka diri lah untuk kebaikan Sunda Mulya dan Nusantara Jaya,“ pungkas Andri. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment