Home
» Seni Budaya
» Hebat, Oktafiany Parasya Puspa, Siswa kelas 5 SD, Karya Gambar Digitalnya Diikutkan di Pameran “Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”
Friday, June 11, 2021
Oktafiany Parasya Puspa, HP lebih baik dipakai untuk berkarya |
Siswa kelas 5 SDN 178 KPAD Gegerkalong Bandung ini dengan memanfaatkan HP Androidnya untuk hal yang positif, karya gambar digitalnya terpilih untuk ikut serta pada “Pameran Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”.
Pada kehidupan sekarang yang serba global, yang namanya gawai/gadget baik berupa smartphone/ android, laptop, tablet, dsb, sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat. Perangkat elektronik alat komunikasi nan canggih dan multi fungsi ini banyak dipakai untuk menopang kegiatan keseharian baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.
Khusus untuk pemakaian gadget untuk anak-anak ini, tentu para orang tua harus ekstra hati-hati dan waspada.
Para ahli psikolog anak pun wanti-wanti, gadget memang bermanfaat untuk perkembangan anak, tapi tidak boleh berlebihan, harus ada aturannya. Sebab kalau berlebihan, dapat menimbulkan masalah kesehatan mental dan perubahan perilaku, hingga depresi. Anak menjadi agresif dan mudah tersinggung jika orang tua tidak memberi mereka akses menggunakan ponsel atau tablet. Intinya bisa berpengaruh langsung pada menatal perkembangan anak hingga anak beranjak dewasa
Tapi sebaliknya bagi orang tua yang mengerti dapat mengatur dan membimbing anak-anaknya dalam pemakain alat canggih ini justru bisa berdampak baik bagi kreatifitas anak.
Contohnya Oktafiany Parasya Puspa. Siswa kelas 5 SDN 178 KPAD Gegerkalong Bandung ini dengan berbekal HP Androidnya karya gambar digitalnya terpilih untuk ikut serta pada “Pameran Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”.
Okta terpilih bersama 80 perupa anak lainnya dari seleksi 120 peserta untuk kategori anak-anak (Children Category) dengan juri dari 3 negara, Ms Elida Maria Matsumoto (Jepang), Anitra Likke, P.Hd (Norwegia), dan Peter Rhian Gunawan, M.Ds (Indonesia).
Karya digital yang mengantar Okta ke pameran tingkat Asean |
Karya digital yang mengantarkannya menjadi pelukis anak Asean adalah wajah Billie Eilish yang dibuat menggunakan aplikasi Ibish Paint dari HP androidnya.
Okta memang sangat mengidolakan Billie Eilish. Menurut Okta, penyanyi pop Amerika ini terutama pribadinya baik terhadap fansnya, peduli terhadap isu sosial dan memperjuangkan hak para wanita dalam kemajuan Negara, serta kedekatan dengan keluarganya/kakaknya. Billie yang berbakat seni, dari kecil mulai bernyanyi dan lahir dari keluarga yang mencintai seni musik dan peran ini, menjadi inspirasi bagi Okta.
Okta pun memang lahir dari keluarga seniman dan pendidik. Ayahnya, Warli Haryana, M.Pd., seorang Perupa dan Dosen Seni Rupa dari Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, terus ibunya Aay Yartika yang Sarjana Ekonomi menyukai seni, cetak dan desain, kakak perempuannya Elfira Ayu Puspaningrum banyak menonjol dalam seni rupa dan musik bahkan sering menjuarai lomba desain poster tingkat lokal dan Nasional juga kakak laki-lakinya Maulana Gandhi Matrama menyukai fotografi dan videografi.
Okta pun sudah belajar menggambar sedari kecil dan ketika sekolah pernah menjadi Juara 1 Lomba Mewarnai di SDN 178 KPAD Bandung dan ikut kesenian Angklung. Dia pun suka nyanyi dan musik hingga sekarang. Biar pun di masa pandemi, Okta tetap belajar dan berkesenian, nyanyi bareng di WA bersama teman-temannya juga belajar menggambar. Cita-citanya menang ingin jadi artis, pelukis, penyanyi, seniman serba bisa.
Karya digitalnya bagus-bagus |
Bagi Okta, “Anak-anak boleh memegang HP asal buat kreativitas dan tak lupa belajar. HP ada positif -negatifnya, teknologi ada positif-negatifnya, tapi bagi saya bisa untuk dipake kreativitas dan memperkenalkan karya kita ke orang lain,“ jelas si bungsu kelahiran Bandung 2 Oktober 2009.
Okta biasa menyelesaikan karya gambar digitalnya dalam 2-3 jam yang inspirasinya diambil dari dunia maya dan lingkungan alam. Okta juga suka dibawa melihat pameran dan diajak ke kampus oleh ayahnya. Makanya Okta suka gambar wajah dan pemandangan.
Selain karya digital, Okta juga membuat karya gambar manual dengan pensil dan cat air. Gambarnya bagus-bagus untuk seusianya. Semua cita-cita dan hobinya didukung orang tuanya.
Seperti diakui Warli Haryana, ayahnya. “Pada awalnya saya melihat anak bungsu saya Oktafiany ini agak kaget, karena selama ini putri saya agak pendiam. Saya malah lebih banyak marah karena dia lebih banyak main HP. Tapi ternyata tanpa saya sadari anak saya juga memanfaatkan fasilitas HP android yang menurut saya selaku dosen. pengajar Pendidikan Seni Rupa di UPI Bandung merasa terharu dan jadi bangga, ternyata anak saya tanpa saya bimbing dia pandai menggambar. Saya tidak tau dia suka gambar itu mulainya dari mana,“ kata Warli, haru campur bahagia.
Karya manual memakai cat air |
Kebetulan pada 25 April 2021 Warli mendapat tawaran untuk mengikuti pameran seni rupa digital Asean, ASEDAS (Asean Digital Art Society). Karena tertarik dia mengikutsertakan putri bungsunya untuk ikut event ini. Dan ketika diumumkan tanggal 1 Juni 2021 kemarin, Oktafiany lolos dalam pameran ini.
“Itu saya bangga! Karena ini pertama kali dia berkesempatan ikut pameran di Asean yang notabene sebelumnya Okta masih malu-malu kalau saya deketin saja kadang-kadang gambarnya langsung ditutup, jangan jelek ayah, katanya…Tapi suatu saat saya dengan sedikit memaksa meyakinkan pada anak saya bahwa karya itu gak ada yang jelek. Maka akhirnya dia berani memperlihatkan hasil karyanya yang ternyata cukup bagus. Saya juga meminta penilaian beberapa teman saya yang notabene seorang praktisi seni/seniman, dan mereka memuji karya anak saya. Makanya saya memberanikan diri untuk mengikitsertakan karyanya di tingkat Asean, mau ga kepilih juga gak apa-apa, eh ternyata alhamdulillah terpilih,” kenang Warli bangga.
Secara kekaryaan Okta yang sering berkarya menggunakan pensil dan cat air, dimata ayahnya secara detil teknik penguasaan alat untuk seusianya sudah cukup bagus. Apalagi Okta tidak pernah dibimbingnya, tidak seperti kakak-kakaknya.
Okta (kedua dari kiri) bersama keluarganya |
“Itu yang saya merasa senang. Hanya saya tekankan ke Okta dan anak-anak yang lain, jangan malu berkarya dan jangan malu berkonsultasi memperlihatkan karya ke ayah - ibunya atau orang lain. Karena karya itu akan menjadi maju dan berkembang bagus apabila sering dikritik, dikritisi diberi masukan orang lain termasuk ayah, ibu dan kakaknya atau siapaun. Karena dalam berkarya itu karya harus di- show up, diperlihatkan. Dan dalam pemeran Asean ini pun menurut saya orang akan mengenal Okta dari karyanya, “ terang Warli.
“Nah mudah-mudahan prestasi Okta hingga bisa berpameran ke tingkat Asean ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak yang lainnya. Supaya memanfaatkan HP android untuk hal yang positif, bukan hanya untuk berlama-lama dipake main game,“ pungkas Warli yang kedepannya akan menyertakan karya ketiga anaknya untuk mendukung pameran tunggalnya. (Asep GP)***
Hebat, Oktafiany Parasya Puspa, Siswa kelas 5 SD, Karya Gambar Digitalnya Diikutkan di Pameran “Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”
Posted by
Tatarjabar.com on Friday, June 11, 2021
Oktafiany Parasya Puspa, HP lebih baik dipakai untuk berkarya |
Siswa kelas 5 SDN 178 KPAD Gegerkalong Bandung ini dengan memanfaatkan HP Androidnya untuk hal yang positif, karya gambar digitalnya terpilih untuk ikut serta pada “Pameran Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”.
Pada kehidupan sekarang yang serba global, yang namanya gawai/gadget baik berupa smartphone/ android, laptop, tablet, dsb, sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat. Perangkat elektronik alat komunikasi nan canggih dan multi fungsi ini banyak dipakai untuk menopang kegiatan keseharian baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.
Khusus untuk pemakaian gadget untuk anak-anak ini, tentu para orang tua harus ekstra hati-hati dan waspada.
Para ahli psikolog anak pun wanti-wanti, gadget memang bermanfaat untuk perkembangan anak, tapi tidak boleh berlebihan, harus ada aturannya. Sebab kalau berlebihan, dapat menimbulkan masalah kesehatan mental dan perubahan perilaku, hingga depresi. Anak menjadi agresif dan mudah tersinggung jika orang tua tidak memberi mereka akses menggunakan ponsel atau tablet. Intinya bisa berpengaruh langsung pada menatal perkembangan anak hingga anak beranjak dewasa
Tapi sebaliknya bagi orang tua yang mengerti dapat mengatur dan membimbing anak-anaknya dalam pemakain alat canggih ini justru bisa berdampak baik bagi kreatifitas anak.
Contohnya Oktafiany Parasya Puspa. Siswa kelas 5 SDN 178 KPAD Gegerkalong Bandung ini dengan berbekal HP Androidnya karya gambar digitalnya terpilih untuk ikut serta pada “Pameran Asean Digital Art Society (ASEDAS) 2021”.
Okta terpilih bersama 80 perupa anak lainnya dari seleksi 120 peserta untuk kategori anak-anak (Children Category) dengan juri dari 3 negara, Ms Elida Maria Matsumoto (Jepang), Anitra Likke, P.Hd (Norwegia), dan Peter Rhian Gunawan, M.Ds (Indonesia).
Karya digital yang mengantar Okta ke pameran tingkat Asean |
Karya digital yang mengantarkannya menjadi pelukis anak Asean adalah wajah Billie Eilish yang dibuat menggunakan aplikasi Ibish Paint dari HP androidnya.
Okta memang sangat mengidolakan Billie Eilish. Menurut Okta, penyanyi pop Amerika ini terutama pribadinya baik terhadap fansnya, peduli terhadap isu sosial dan memperjuangkan hak para wanita dalam kemajuan Negara, serta kedekatan dengan keluarganya/kakaknya. Billie yang berbakat seni, dari kecil mulai bernyanyi dan lahir dari keluarga yang mencintai seni musik dan peran ini, menjadi inspirasi bagi Okta.
Okta pun memang lahir dari keluarga seniman dan pendidik. Ayahnya, Warli Haryana, M.Pd., seorang Perupa dan Dosen Seni Rupa dari Departemen Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, terus ibunya Aay Yartika yang Sarjana Ekonomi menyukai seni, cetak dan desain, kakak perempuannya Elfira Ayu Puspaningrum banyak menonjol dalam seni rupa dan musik bahkan sering menjuarai lomba desain poster tingkat lokal dan Nasional juga kakak laki-lakinya Maulana Gandhi Matrama menyukai fotografi dan videografi.
Okta pun sudah belajar menggambar sedari kecil dan ketika sekolah pernah menjadi Juara 1 Lomba Mewarnai di SDN 178 KPAD Bandung dan ikut kesenian Angklung. Dia pun suka nyanyi dan musik hingga sekarang. Biar pun di masa pandemi, Okta tetap belajar dan berkesenian, nyanyi bareng di WA bersama teman-temannya juga belajar menggambar. Cita-citanya menang ingin jadi artis, pelukis, penyanyi, seniman serba bisa.
Karya digitalnya bagus-bagus |
Bagi Okta, “Anak-anak boleh memegang HP asal buat kreativitas dan tak lupa belajar. HP ada positif -negatifnya, teknologi ada positif-negatifnya, tapi bagi saya bisa untuk dipake kreativitas dan memperkenalkan karya kita ke orang lain,“ jelas si bungsu kelahiran Bandung 2 Oktober 2009.
Okta biasa menyelesaikan karya gambar digitalnya dalam 2-3 jam yang inspirasinya diambil dari dunia maya dan lingkungan alam. Okta juga suka dibawa melihat pameran dan diajak ke kampus oleh ayahnya. Makanya Okta suka gambar wajah dan pemandangan.
Selain karya digital, Okta juga membuat karya gambar manual dengan pensil dan cat air. Gambarnya bagus-bagus untuk seusianya. Semua cita-cita dan hobinya didukung orang tuanya.
Seperti diakui Warli Haryana, ayahnya. “Pada awalnya saya melihat anak bungsu saya Oktafiany ini agak kaget, karena selama ini putri saya agak pendiam. Saya malah lebih banyak marah karena dia lebih banyak main HP. Tapi ternyata tanpa saya sadari anak saya juga memanfaatkan fasilitas HP android yang menurut saya selaku dosen. pengajar Pendidikan Seni Rupa di UPI Bandung merasa terharu dan jadi bangga, ternyata anak saya tanpa saya bimbing dia pandai menggambar. Saya tidak tau dia suka gambar itu mulainya dari mana,“ kata Warli, haru campur bahagia.
Karya manual memakai cat air |
Kebetulan pada 25 April 2021 Warli mendapat tawaran untuk mengikuti pameran seni rupa digital Asean, ASEDAS (Asean Digital Art Society). Karena tertarik dia mengikutsertakan putri bungsunya untuk ikut event ini. Dan ketika diumumkan tanggal 1 Juni 2021 kemarin, Oktafiany lolos dalam pameran ini.
“Itu saya bangga! Karena ini pertama kali dia berkesempatan ikut pameran di Asean yang notabene sebelumnya Okta masih malu-malu kalau saya deketin saja kadang-kadang gambarnya langsung ditutup, jangan jelek ayah, katanya…Tapi suatu saat saya dengan sedikit memaksa meyakinkan pada anak saya bahwa karya itu gak ada yang jelek. Maka akhirnya dia berani memperlihatkan hasil karyanya yang ternyata cukup bagus. Saya juga meminta penilaian beberapa teman saya yang notabene seorang praktisi seni/seniman, dan mereka memuji karya anak saya. Makanya saya memberanikan diri untuk mengikitsertakan karyanya di tingkat Asean, mau ga kepilih juga gak apa-apa, eh ternyata alhamdulillah terpilih,” kenang Warli bangga.
Secara kekaryaan Okta yang sering berkarya menggunakan pensil dan cat air, dimata ayahnya secara detil teknik penguasaan alat untuk seusianya sudah cukup bagus. Apalagi Okta tidak pernah dibimbingnya, tidak seperti kakak-kakaknya.
Okta (kedua dari kiri) bersama keluarganya |
“Itu yang saya merasa senang. Hanya saya tekankan ke Okta dan anak-anak yang lain, jangan malu berkarya dan jangan malu berkonsultasi memperlihatkan karya ke ayah - ibunya atau orang lain. Karena karya itu akan menjadi maju dan berkembang bagus apabila sering dikritik, dikritisi diberi masukan orang lain termasuk ayah, ibu dan kakaknya atau siapaun. Karena dalam berkarya itu karya harus di- show up, diperlihatkan. Dan dalam pemeran Asean ini pun menurut saya orang akan mengenal Okta dari karyanya, “ terang Warli.
“Nah mudah-mudahan prestasi Okta hingga bisa berpameran ke tingkat Asean ini bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak yang lainnya. Supaya memanfaatkan HP android untuk hal yang positif, bukan hanya untuk berlama-lama dipake main game,“ pungkas Warli yang kedepannya akan menyertakan karya ketiga anaknya untuk mendukung pameran tunggalnya. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Alhamdulillah,hebat,bangga dengan prestasi yang di raih Okta,semoga sukses selalu
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteBagus,okta menggunakan handphone untuk menggambar bukan untuk bermain game,okta juga bisa mengisi waktunya dengan menggambar
ReplyDeleteHebat kak okta... Terus belajar dan berkarya
ReplyDeleteHebat kak Okta... Terus belajar dan berkarya
ReplyDeleteSangat menginspirasi,teknologi tidak lah selalu negatif asal kan ada batasan dan di gunakan secara positif untuk hal-hal yang bermanfaat.
ReplyDeleteSangat menginspirasi, penggunaan teknologi secara positif dan bermanfaat untuk menyalurkan hobi.
ReplyDeleteSangat menginspirasi, menggunakan teknologi secara positif dan sekaligus dapat menyalurkan bakat dan hobi.
ReplyDelete