Wednesday, December 15, 2021
Irawati Hermawan, Ketua Umum IKA Unpad |
Pemulihan ekonomi setelah krisis akibat pandemi Covid-19 jangan hanya dilihat dari sekadar angka persentase pertumbuhan secara periodik. Lebih dari itu, pemulihan ekonomi harus berkualitas dengan mengutamakan pertumbuhan berkelanjutan.
Sejumlah tantangan dimasa pemulihan juga masih mengahadang, terutama karena masih lebarnya kesenjangan antara kaum miskin dan golongan kaya. Untuk itu perlu strategi khusus dalam mengembalikan level angka produk domestik bruto (PDB) agar kembali ke tingkat sebelum krisis.
Rekomendasi itu tertuang dalam Sarasehan Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19, bertajuk “Membangun Ekonomi Indonesia Yang Adaptif dan Resiliens”, yang digelar Unpad, IKA Unpad, dan Deloitte pada Sabtu (11/12/2021). Ada dua sesi yang dihadirkan dalam saresehan yang digelar secara virtual ini.
Pada sarasehan yang dibuka oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti itu, hadir nara sumber dari berbagai kalangan di antaranya Ketua Ika Unpad Irawati Hermawan, Erlangga Soeria Atmadja, Deloitte Indonesia Director 3, Guru Besar FEB Unpad Prof. Martha Fani, dan Guru Besar FPIK Zuzy Anna, Prof. Ahmad M. Ramli, Guru Besar Fakultas Hukum Unpad.
Hadir pula dari kalangan dunia usaha yakni Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Dirut MNC Sky Vision Tbk Hari Susanto, dan Direktur Human Capital PT Aviasi Pariwisata Indonesia Herdy Harman.
“Kalau melihat ke depan prospek pertumbuhan ekonomi sebaiknya tidak hanya dilihat untuk tahun ini atau depan, tetapi harus dilihat dalam jangka Panjang,” kata Guru Besar Fakultas Ekononi dan Bisnis Unpad, Prof. Arief Anshory Yusuf.
Arief menambahkan, pandemi telah menimbulkan persoalan karena menambah ketimpangan antara kaum kaya dan kaum miskin. Dimasa pemulihan, golongan kaya mampu pulih lebih cepat dibanding kaum miskin sehingga menjadi persoalan baru yang harus dihadapi.
“Kunci pemulihan ini adalah bagaimana cara recovery yang tepat. Bagaimana kita bisa kembali ke level PDB sebelum pandemi. Bukan pada persentasenya,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan kajian yang dilakukan, setidaknya perlu waktu 3,5 tahun untuk kembali ke level tingkat PDB yang sama seperti sebelum krisis.
Namun demikian, dia tidak menyangkal jika banyak kajian yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diberikan pemerintah selama pandemi efektif menstimulus ekonomi.
"Yang dikatakan pemulihan itu, jika beberapa orang yang kehilangan pekerjaannya mendapat pekerjaannya kembali dan membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang belum mendapatkannya," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum IKA Unpad Irawati Hermawan mengatakan, pemulihan ekonomi bisa difokuskan pada dua indikator. Pertama pada sektor UMKM dan ekonomi kreatif. Kedua sektor ini di masa pandemi memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa mewarnai kegiatan ekonomi.
"UMKM lahir dalam jumlah yang besar di Indonesia. Diharapkan ada dukungan pemerintah untuk UMKM, terlebih dalam hal pendanaaan serta literasi digital. Dengan begitu, UMKM dan ekonomi kreatif bisa menjadi kekuatan untuk mengangkat perekonomian kita," katanya.
Kedua, mendorong BUMN menjadi pimpinan untuk go global sehingga mampu memberikan kekuatan secara sepenuhnya untuk semua kegiatan ekonomi di Indonesia. Yang tak kalah penting adalah penyelamatan sektor swasta karena sektor ini terdampak cukup parah bahkan bisnisnya tidak sedikit yang terjun bebas.
“Cara lainnya adalah mengembangkan industri halal di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar ini harus menjadi perhatian utama," kata Ira.
Sementara itu, saat membuka acara sarasehan, Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti mengungkapkan bahwa Unpad tidak pernah berhenti mengembangkan inovasi-inovasi agar menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu dia mengajak semua pihak dari berbagai disiplin ilmu untuk berkontribusi bagi pendidikan.
“Sepekan ke depan kami akan menyampaikan gagasan-gagasan ini kepada stakeholder dan pemerintah,” pungkasnya. (Rls/Asep GP)***
Pemulihan Ekonomi Pascakrisis Akibat Pandemi Covid-19 Harus Berkelanjutan
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, December 15, 2021
Irawati Hermawan, Ketua Umum IKA Unpad |
Pemulihan ekonomi setelah krisis akibat pandemi Covid-19 jangan hanya dilihat dari sekadar angka persentase pertumbuhan secara periodik. Lebih dari itu, pemulihan ekonomi harus berkualitas dengan mengutamakan pertumbuhan berkelanjutan.
Sejumlah tantangan dimasa pemulihan juga masih mengahadang, terutama karena masih lebarnya kesenjangan antara kaum miskin dan golongan kaya. Untuk itu perlu strategi khusus dalam mengembalikan level angka produk domestik bruto (PDB) agar kembali ke tingkat sebelum krisis.
Rekomendasi itu tertuang dalam Sarasehan Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19, bertajuk “Membangun Ekonomi Indonesia Yang Adaptif dan Resiliens”, yang digelar Unpad, IKA Unpad, dan Deloitte pada Sabtu (11/12/2021). Ada dua sesi yang dihadirkan dalam saresehan yang digelar secara virtual ini.
Pada sarasehan yang dibuka oleh Rektor Unpad Rina Indiastuti itu, hadir nara sumber dari berbagai kalangan di antaranya Ketua Ika Unpad Irawati Hermawan, Erlangga Soeria Atmadja, Deloitte Indonesia Director 3, Guru Besar FEB Unpad Prof. Martha Fani, dan Guru Besar FPIK Zuzy Anna, Prof. Ahmad M. Ramli, Guru Besar Fakultas Hukum Unpad.
Hadir pula dari kalangan dunia usaha yakni Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Dirut MNC Sky Vision Tbk Hari Susanto, dan Direktur Human Capital PT Aviasi Pariwisata Indonesia Herdy Harman.
“Kalau melihat ke depan prospek pertumbuhan ekonomi sebaiknya tidak hanya dilihat untuk tahun ini atau depan, tetapi harus dilihat dalam jangka Panjang,” kata Guru Besar Fakultas Ekononi dan Bisnis Unpad, Prof. Arief Anshory Yusuf.
Arief menambahkan, pandemi telah menimbulkan persoalan karena menambah ketimpangan antara kaum kaya dan kaum miskin. Dimasa pemulihan, golongan kaya mampu pulih lebih cepat dibanding kaum miskin sehingga menjadi persoalan baru yang harus dihadapi.
“Kunci pemulihan ini adalah bagaimana cara recovery yang tepat. Bagaimana kita bisa kembali ke level PDB sebelum pandemi. Bukan pada persentasenya,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan kajian yang dilakukan, setidaknya perlu waktu 3,5 tahun untuk kembali ke level tingkat PDB yang sama seperti sebelum krisis.
Namun demikian, dia tidak menyangkal jika banyak kajian yang menyatakan bahwa bantuan sosial yang diberikan pemerintah selama pandemi efektif menstimulus ekonomi.
"Yang dikatakan pemulihan itu, jika beberapa orang yang kehilangan pekerjaannya mendapat pekerjaannya kembali dan membuka lapangan pekerjaan untuk mereka yang belum mendapatkannya," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Umum IKA Unpad Irawati Hermawan mengatakan, pemulihan ekonomi bisa difokuskan pada dua indikator. Pertama pada sektor UMKM dan ekonomi kreatif. Kedua sektor ini di masa pandemi memiliki kekuatan yang luar biasa dan bisa mewarnai kegiatan ekonomi.
"UMKM lahir dalam jumlah yang besar di Indonesia. Diharapkan ada dukungan pemerintah untuk UMKM, terlebih dalam hal pendanaaan serta literasi digital. Dengan begitu, UMKM dan ekonomi kreatif bisa menjadi kekuatan untuk mengangkat perekonomian kita," katanya.
Kedua, mendorong BUMN menjadi pimpinan untuk go global sehingga mampu memberikan kekuatan secara sepenuhnya untuk semua kegiatan ekonomi di Indonesia. Yang tak kalah penting adalah penyelamatan sektor swasta karena sektor ini terdampak cukup parah bahkan bisnisnya tidak sedikit yang terjun bebas.
“Cara lainnya adalah mengembangkan industri halal di Indonesia. Sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar ini harus menjadi perhatian utama," kata Ira.
Sementara itu, saat membuka acara sarasehan, Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti mengungkapkan bahwa Unpad tidak pernah berhenti mengembangkan inovasi-inovasi agar menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu dia mengajak semua pihak dari berbagai disiplin ilmu untuk berkontribusi bagi pendidikan.
“Sepekan ke depan kami akan menyampaikan gagasan-gagasan ini kepada stakeholder dan pemerintah,” pungkasnya. (Rls/Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment