Tuesday, May 31, 2022
Nama warung kopi itu adalah Warung Kopi Garasi Seni 10
Garasi Seni 10 bagi masyarakat Seni di tanah air sudah tidak asing lagi. Kini kandang mobil yang berubah fungsi jadi Galeri/Padepokan Seni milik Prof. Setiawan Sabana di Jl. Rebana 10 Turangga Bandung itu terus dikembangkan. Kang Wawan (sapaan akrabnya) memang terkenal motekar (kreatif, inovatif) dan tak pernah diam. Padahal usia Mantan Dekan dan Guru Besar FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB itu sudah lansia (71 tahun). Tapi tambah tua tambah gaek. Berkat tangan dinginnya Garasi Seni yang selama ini (dari 2010) berkembang jadi tempat diskusi, jadi kelas-kelas kegiatan non formal, tempat pergelaran musik, pameran, bazaar, pemutaran film independen, dsb, dan sudah terkenal hingga ke mancanegara itu, kini kian “asik” dengan adanya “Warung Kopi Garasi Seni 10”.
Ya Warung Kopi itu letaknya di beranda rumahnya, yang dulu difungsikan sebagai taman berhiaskan pernak-pernik seni termasuk sepeda ontel, beragam Kukuk (labu kering tempat air minum) yang digantung, gantungan lonceng angin. Lisung (lesung), dan sebuah Kohkol (kentongan) besar. Kini ruang terbuka itu beratapkan kanopi penahan hujan dan terdapat beberapa meja dan kursi yang biasa ada di kafe. Di sana juga ada meja pingpong kecil dan sepeda statis untuk olahraga.
“Dengan begini, buruan (beranda) teh tidak akan kahujanan, ini bisa jadi pengembangan out door nya garasi seni. Kalau di garasi tempat pameran di sini bisa untuk pameran instalasi,“ kata Kang Wawan sambil menunjukan instalasi seninya yang terbuat dari kertas koran di atas meja. Diremasnya kertas Koran yang sudah sedikit dipoles warna dan dicampur kain kasa itu, dia taruh lagi di atas meja, jadilah karya 3 dimensi nan artistik. Ah dasar… Sang Maestro Kertas.
Tak lama muncul istrinya Lilis Nuryati (seniman cetak daun/ecoprint dan pemain pingpong yang cukup handal), membawakan dua gelas kopi dan kudapan. “Silakan dinikmati ini Kopi Atomi dari Korea”, katanya ramah. Lilis rupanya salah seorang anggota pemasaran produk Atomi dari negeri Ginseng itu, diantaranya kopi. Kata Kang Wawan kopi itu ada manfaatnya untuk kesehatan tubuh, tentu dengan dosis yang teratur dan tanpa gula.
Lalu dia permisi beringsut ke dekat pintu memijit knop alat kotak berwarna hijau dan tak lama terdengar kicau burung, indah sekali. Ah suara burung elektronik rupanya. Ketika balik lagi kemeja Kang Wawan mengutak-atik hape androidnya lalu terdengar suara musik gamelan Degung mendayu dayu… ”Mangga dileueut (silakan diminum) kopina,“ katanya. Ah sungguh nikmat mana lagi yang kau dustakan, kompleks elit Turangga yang sunyi sepi pun jadi merekah oleh secangkir kopi, suara burung, dan musik degung, juga cerita sang seniman dan akademisi ulung.
Yang pernah menikmati suasana warung kopi ini diantaranya dosen FSRD ISBI, FSRD ITB, dan kelompok KPAS (Komunitas Peduli Anak Special, Kang Wawan penasihatnya ). Tapi pada prinsipnya siapapun boleh datang ke sini katanya, tapi bukan untuk orang yang selewatan. Mahasiswa (fakultas seni dan budaya) juga boleh ke sini asal janjian dulu, mau konsultasi seni atau membaca buku dan disertasi banyak menumpuk. “Mangga hayu da Garasi Seni mah sebuah institusi seni dan pendidikan seni dan kebudayaan Nusantara,“ ajaknya serius.
Kang Wawan berharap intinya dari pengembangan garasi menjadi Warung Kopi Garasi Seni 10 ini, ingin berbuat sesuatu kepada umat seni/publik seni kebudayaan dan kemanusiaan. “Siapa tau ada manfaatnya buat orang lain dari generasi ke generasi baik itu akademisi maupun otodidak. Ya intinya mah untuk siapa saja yang suka akan seni-budaya. Karena disini juga banyak buku dan disertasi yang bisa dibaca dan diteliti,“ katanya sambil mempersilakan para mahasiswa S3 yang baru saja datang kesana meminta bimbingannya.
Tak Berhenti Bergerak dan Berkarya
Ditanya sampai kapan akan berkiprah di dunia seni? Jawabnya seperti dulu, “Berkarya itu harus seperti helaan napas, berhenti ketika mati!”
Kang Wawan memang tak pernah berhenti berkarya. Karya-karya barunya bisa dilihat di Garasi Seni dan banyak mahasiswa bimbingannya yang mengapresiasi karyanya. Selama 2 tahun pandemi ia pun terus mengisi berbagai kegiatan seninya dengan webinar. Hingga yang terakhir kemarin merayakan ulang tahunnya yang ke-71 pada 10 Mei 2021 ditambah beberapa kegiatan lagi.
Selain itu Kang Wawan juga membuat WAG (grup WA) Lansia Nusantara dan anggotanya beragam sudah ada 12 orang, diantaranya ada Guru Besar ISBI Bandung Prof. Endang Caturwati, Prof. Rudy Harjanto (Rektor Univ. Moestopo), Prof. Tjetjep Rohendi (Guru Besar UNNES- Semarang), ada juga pelukis aktif dari Semarang (non akademisi) dan dari Cirebon, dsb. Selain itu ada juga dosen-dosen yang belum lansia Adikara dari FSRD Trisakti yang ingin bergabung menimba pengalaman dari para lansia motekar (kreatif) dan garaya (gaya, necis) ini dan dipersilakan bergabung, termasuk dari Bali dan Tomohon – Sulawesi Utara. Para lansia ini memang beda dan kata Kang Wawan menurut penelitian di Amerika para manusia lanjut usia ini semakin tua semakin bijak pemikirannya seimbang, punya pertimbangan. Di WAG ini ada kegiatan kreatif para lansia dan video-video yang berguna bagi para lansia misalnya senam lansia.
Selain membuat WAG Garasi Dalam Budaya Kang Wawan juga membuat Grup WA Kriya dan Kuliner Nusantara. Kuliner Nusantara sangat kaya dan beragam. Di jabar saja ada ribuan macam, malah di Bali ada 100 macam ketupat. Di WAG Kuliner ini unik-unik anggotanya ada yang ngirim video/foto tukang sate di Yogya dengan latar lagu Jawa nya. Juga Dekan FRD ISBI Dr. Supriatna banyak mengirim foto-foto pikulan jadul (Sunda, Tanggungan) untuk jualan tahu, tempe, minyak kelapa, cendol, dsb, yang kini sudah berubah digantikan motor dan mobil seiring perkembangan jaman. Dan Kang Wawan bulan Juli nanti akan menggelar webinar Kriya dan Kuliner Nusantara Dulu Kini dan Esok.
Dan sekarang ia pun tengah mengikuti pameran di Serambi Pirous (dalam rangka 90 tahun Abdul Djalil Pirous/AD Pirous), bersama 11 seniman lainnya yang berlangsung sejak 11 Maret 2022 hingga penutupan 11 Juni 2022.
Kang Wawan yang dulunya atlet Pingpong yang cukup terkenal di Jawa Barat ini hingga sekarang pun tak pernah meninggalkan hobinya dari sejak SMP tersebut. Selain rutin berlatih di kawasan Husein Sastranegara dengan grupnya PTM Cakrawala ia pun bergabung dengan salahsatu PTM lainnya di salahsatu universitas swasta di Banudung. Makanya di Garasi dan warung kopinya pun wajib ada meja pingpong.
“Jadi kasibukan teh taya reureuhna (Jadi kegiatan itu tak pernah berhenti). Sekarang makin sadar semakin mengingat Gusti Alloh. Hampir tiap subuh saya rajin ke mesjid jalan kaki bersama istri setelah tengah malamnya solat tahajud. Saya berusaha agar sehat lahir-bathin dunya-aherat,“ katanya sambil mengelus kucingnya Si Eman yang sudah lama menjadi warga Rebana 10 dan sudah beranak-pinak di sana
Makanya Kang Wawan juga suka rutin minum air hangat beberapa teguk ketika bangun tengah malam untuk tahajud merunut kepada para ahli kesehatan, jangan membiarkan organ dalam tubuh kering.
Untuk kesehatan tubuh, ia pun mengingatkan agar setiap orang bergerak terus jangan diam. Selain olahraga, bisa nyapu pekarangan, merepleksi kaki dan tangan, jalan kaki, mencuci, dsb, apa pun gerakan yang ringan-ringan yang bisa dikerjakan dan tentu saja semua itu harus diimbangi dengan makanan sehat dan beribadah kepada Sang Maha Pencipta. (Asep GP)***
Asik Euy! Di Garasi Seni 10 Kini Ada Warung Kopi
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, May 31, 2022
Nama warung kopi itu adalah Warung Kopi Garasi Seni 10
Garasi Seni 10 bagi masyarakat Seni di tanah air sudah tidak asing lagi. Kini kandang mobil yang berubah fungsi jadi Galeri/Padepokan Seni milik Prof. Setiawan Sabana di Jl. Rebana 10 Turangga Bandung itu terus dikembangkan. Kang Wawan (sapaan akrabnya) memang terkenal motekar (kreatif, inovatif) dan tak pernah diam. Padahal usia Mantan Dekan dan Guru Besar FSRD (Fakultas Seni Rupa dan Desain) ITB itu sudah lansia (71 tahun). Tapi tambah tua tambah gaek. Berkat tangan dinginnya Garasi Seni yang selama ini (dari 2010) berkembang jadi tempat diskusi, jadi kelas-kelas kegiatan non formal, tempat pergelaran musik, pameran, bazaar, pemutaran film independen, dsb, dan sudah terkenal hingga ke mancanegara itu, kini kian “asik” dengan adanya “Warung Kopi Garasi Seni 10”.
Ya Warung Kopi itu letaknya di beranda rumahnya, yang dulu difungsikan sebagai taman berhiaskan pernak-pernik seni termasuk sepeda ontel, beragam Kukuk (labu kering tempat air minum) yang digantung, gantungan lonceng angin. Lisung (lesung), dan sebuah Kohkol (kentongan) besar. Kini ruang terbuka itu beratapkan kanopi penahan hujan dan terdapat beberapa meja dan kursi yang biasa ada di kafe. Di sana juga ada meja pingpong kecil dan sepeda statis untuk olahraga.
“Dengan begini, buruan (beranda) teh tidak akan kahujanan, ini bisa jadi pengembangan out door nya garasi seni. Kalau di garasi tempat pameran di sini bisa untuk pameran instalasi,“ kata Kang Wawan sambil menunjukan instalasi seninya yang terbuat dari kertas koran di atas meja. Diremasnya kertas Koran yang sudah sedikit dipoles warna dan dicampur kain kasa itu, dia taruh lagi di atas meja, jadilah karya 3 dimensi nan artistik. Ah dasar… Sang Maestro Kertas.
Tak lama muncul istrinya Lilis Nuryati (seniman cetak daun/ecoprint dan pemain pingpong yang cukup handal), membawakan dua gelas kopi dan kudapan. “Silakan dinikmati ini Kopi Atomi dari Korea”, katanya ramah. Lilis rupanya salah seorang anggota pemasaran produk Atomi dari negeri Ginseng itu, diantaranya kopi. Kata Kang Wawan kopi itu ada manfaatnya untuk kesehatan tubuh, tentu dengan dosis yang teratur dan tanpa gula.
Lalu dia permisi beringsut ke dekat pintu memijit knop alat kotak berwarna hijau dan tak lama terdengar kicau burung, indah sekali. Ah suara burung elektronik rupanya. Ketika balik lagi kemeja Kang Wawan mengutak-atik hape androidnya lalu terdengar suara musik gamelan Degung mendayu dayu… ”Mangga dileueut (silakan diminum) kopina,“ katanya. Ah sungguh nikmat mana lagi yang kau dustakan, kompleks elit Turangga yang sunyi sepi pun jadi merekah oleh secangkir kopi, suara burung, dan musik degung, juga cerita sang seniman dan akademisi ulung.
Yang pernah menikmati suasana warung kopi ini diantaranya dosen FSRD ISBI, FSRD ITB, dan kelompok KPAS (Komunitas Peduli Anak Special, Kang Wawan penasihatnya ). Tapi pada prinsipnya siapapun boleh datang ke sini katanya, tapi bukan untuk orang yang selewatan. Mahasiswa (fakultas seni dan budaya) juga boleh ke sini asal janjian dulu, mau konsultasi seni atau membaca buku dan disertasi banyak menumpuk. “Mangga hayu da Garasi Seni mah sebuah institusi seni dan pendidikan seni dan kebudayaan Nusantara,“ ajaknya serius.
Kang Wawan berharap intinya dari pengembangan garasi menjadi Warung Kopi Garasi Seni 10 ini, ingin berbuat sesuatu kepada umat seni/publik seni kebudayaan dan kemanusiaan. “Siapa tau ada manfaatnya buat orang lain dari generasi ke generasi baik itu akademisi maupun otodidak. Ya intinya mah untuk siapa saja yang suka akan seni-budaya. Karena disini juga banyak buku dan disertasi yang bisa dibaca dan diteliti,“ katanya sambil mempersilakan para mahasiswa S3 yang baru saja datang kesana meminta bimbingannya.
Tak Berhenti Bergerak dan Berkarya
Ditanya sampai kapan akan berkiprah di dunia seni? Jawabnya seperti dulu, “Berkarya itu harus seperti helaan napas, berhenti ketika mati!”
Kang Wawan memang tak pernah berhenti berkarya. Karya-karya barunya bisa dilihat di Garasi Seni dan banyak mahasiswa bimbingannya yang mengapresiasi karyanya. Selama 2 tahun pandemi ia pun terus mengisi berbagai kegiatan seninya dengan webinar. Hingga yang terakhir kemarin merayakan ulang tahunnya yang ke-71 pada 10 Mei 2021 ditambah beberapa kegiatan lagi.
Selain itu Kang Wawan juga membuat WAG (grup WA) Lansia Nusantara dan anggotanya beragam sudah ada 12 orang, diantaranya ada Guru Besar ISBI Bandung Prof. Endang Caturwati, Prof. Rudy Harjanto (Rektor Univ. Moestopo), Prof. Tjetjep Rohendi (Guru Besar UNNES- Semarang), ada juga pelukis aktif dari Semarang (non akademisi) dan dari Cirebon, dsb. Selain itu ada juga dosen-dosen yang belum lansia Adikara dari FSRD Trisakti yang ingin bergabung menimba pengalaman dari para lansia motekar (kreatif) dan garaya (gaya, necis) ini dan dipersilakan bergabung, termasuk dari Bali dan Tomohon – Sulawesi Utara. Para lansia ini memang beda dan kata Kang Wawan menurut penelitian di Amerika para manusia lanjut usia ini semakin tua semakin bijak pemikirannya seimbang, punya pertimbangan. Di WAG ini ada kegiatan kreatif para lansia dan video-video yang berguna bagi para lansia misalnya senam lansia.
Selain membuat WAG Garasi Dalam Budaya Kang Wawan juga membuat Grup WA Kriya dan Kuliner Nusantara. Kuliner Nusantara sangat kaya dan beragam. Di jabar saja ada ribuan macam, malah di Bali ada 100 macam ketupat. Di WAG Kuliner ini unik-unik anggotanya ada yang ngirim video/foto tukang sate di Yogya dengan latar lagu Jawa nya. Juga Dekan FRD ISBI Dr. Supriatna banyak mengirim foto-foto pikulan jadul (Sunda, Tanggungan) untuk jualan tahu, tempe, minyak kelapa, cendol, dsb, yang kini sudah berubah digantikan motor dan mobil seiring perkembangan jaman. Dan Kang Wawan bulan Juli nanti akan menggelar webinar Kriya dan Kuliner Nusantara Dulu Kini dan Esok.
Dan sekarang ia pun tengah mengikuti pameran di Serambi Pirous (dalam rangka 90 tahun Abdul Djalil Pirous/AD Pirous), bersama 11 seniman lainnya yang berlangsung sejak 11 Maret 2022 hingga penutupan 11 Juni 2022.
Kang Wawan yang dulunya atlet Pingpong yang cukup terkenal di Jawa Barat ini hingga sekarang pun tak pernah meninggalkan hobinya dari sejak SMP tersebut. Selain rutin berlatih di kawasan Husein Sastranegara dengan grupnya PTM Cakrawala ia pun bergabung dengan salahsatu PTM lainnya di salahsatu universitas swasta di Banudung. Makanya di Garasi dan warung kopinya pun wajib ada meja pingpong.
“Jadi kasibukan teh taya reureuhna (Jadi kegiatan itu tak pernah berhenti). Sekarang makin sadar semakin mengingat Gusti Alloh. Hampir tiap subuh saya rajin ke mesjid jalan kaki bersama istri setelah tengah malamnya solat tahajud. Saya berusaha agar sehat lahir-bathin dunya-aherat,“ katanya sambil mengelus kucingnya Si Eman yang sudah lama menjadi warga Rebana 10 dan sudah beranak-pinak di sana
Makanya Kang Wawan juga suka rutin minum air hangat beberapa teguk ketika bangun tengah malam untuk tahajud merunut kepada para ahli kesehatan, jangan membiarkan organ dalam tubuh kering.
Untuk kesehatan tubuh, ia pun mengingatkan agar setiap orang bergerak terus jangan diam. Selain olahraga, bisa nyapu pekarangan, merepleksi kaki dan tangan, jalan kaki, mencuci, dsb, apa pun gerakan yang ringan-ringan yang bisa dikerjakan dan tentu saja semua itu harus diimbangi dengan makanan sehat dan beribadah kepada Sang Maha Pencipta. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment