Home
» Seni Budaya
» Ini, Maksud Disbudpar Kota Bandung menjalin Kerjasama Dengan ISBI dan UPI Bandung
Tuesday, July 26, 2022
Kadisbudpar Kota Bandung (tengah) bersama Rektor ISBI Bandung (kiri) dan Dekan FPIPS UPI Bandung, siap kentalkan suasana Bandung dengan seni budaya tradisi (FotoAsep GP) |
Sebab ISBI merupakan perguruan tinggi seni satu-satunya di Jawa Barat yang bertugas menjaga dan melestarikan seni budaya tradisi Jawa Barat (Sunda). Begitu juga dengan UPI Bandung, ada Prodi Pariwisata di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Nah kedua perguruan tinggi ini akan diajak berkolaborasi untuk mengenalkan seni tradisi kepada kaum milenial dan menjaring wisatawan.
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dengan ISBI Bandung dan UPI Tersebut berlangsung Rabu, 20/7/2022 di Ballroom Hotel Amarossa, Jalan Aceh No.71 A Kota Bandung.
Kepala Dinas kebudayan dan Pariwisata Kota Bandung, Drs. Arif Saifudin,S.H., M.Par, mengatakan Kerjasama dengan ISBI dan UPI ini menurutnya sudah lama dan sekarang ada perpanjangan. Selama ini ada kajian, pelatihan dsb. “Tapi saya sekarang ngajak ke ISBI dan UPI yang implementatif karena sudah waktunya menjual karya-karya kita yang luar biasa itu sehingga saya berharap nanti Bandung kita kentalkan betul dengan suasana Sundanya. Ada seni tradisional yang betul-betul kental. Saya mengajak ISBI dan UPI, yu kita ramaikan Kota Bandung dalam rangka melestarikan seni budaya yang ada dan kita perkenalkan kepada kaum milenial yang ada di Kota Bandung. Karena bagaimana pun Bandung ini tidak punya alam, tapi SDM nya punya kualitas yang baik. Jadi saya yakin mulai hari ini seni budaya kita di Bandung ini akan terus membumi karena potensinya sangat banyak,“ katanya semangat.
Menurut Kadisbudpar, Kota Bandung ini sangat kaya, bisa dilihat dari banyaknya komunitas pariwisata yang ratusan, juga komunitas seniman, komunitas budaya, ditambah ratusan komunitas ekraf (ekonomi kreatif) ratusan. Bayangkan kalau semuanya diselesaikan oleh Pemda Kota Bandung tidak akan terselesaikan. Permasalahannya begitu banyak. Sementara anggarannya terbatas hanya untuk 5 item.
Untuk itu Arif terpaksa out the box, dia harus mencari cara lain, dari pembinaan, menjadi pelatihan hingga mencarikan orang tua asuh, sebagaimana yang dilakukan pada KPJ (kelompok Penyanyi Jalanan),
“Saya akan buka pintu-pintu orang tua asuh dan akhirnya saya komunikasi dengan Saung Udjo, dia siapkan setingan alatnya yang khas (angklung, arumba). Dan bahkan siap untuk melatih dan yang akan gelontorkan anggarannya dari Grab,” katanya pasti.
Karena kalau kita buat pembinaan dan pembinaan tanpa ditampilkan, ibarat HP bagus tapi tidak dipakai lalu tiba-tiba ganti HP lagi, atuh bade iraha icalanana, iraha ekonomi bisa terwujud.” Katanya dalam bahasa Sunda yang kental.
Rencana pertunjukan seni itu akan ditempatkan di 5 titik yaitu, kawasan Braga, Dago, Dalem Kaum, Depan Gedong Sate, dan Depan Balai Kota (Balkot). “Saya ingin Bandung kental dengan seni budaya,“ tegasnya.
Selain KPJ yang akan diikutsertakan untuk ngareuah-reuah (menyemarakan) ulang tahun Kota Bandung, dalam 20 hari ini Pak Kadisparbud mulai mendatangi mall-mall dan pihak mall pun siap menampilkan atraksi seni budaya tradisi. Tujuannya mengenalkan seni tradisi kepada milenial di tempat mereka nongkrong dan kongkow-kongkow.
Arif juga akan mencoba menyulap Miko Mall seperti Krisna nya Bali menjadi Sangkuriang dengan dana non APBD. Dipilihnya tempat tersebut karena aksesnya dekat keluar pintu tol dan konsep sangkuriang ini akan lebih lengkap dari Krisna Bali, tidak hanya menjual cinderamata, batik, kaos, kerajinan, dsb. Tapi juga akan disajikan atraksi seni budaya, kuliner tradisional, kerajinan tangan dan ekraf-ekraf yang ada.
Pihaknya juga akan menjadikan setiap ruang kota jadi tempat pertunjukan, mal-mal dan kafe juga bandara serta stasiun adalah panggungnya. “Jangan memikirkan tempat pertunjukan di Bandung, kalau kita buat lagi akan rebutan, lahan juga akan terganggu, sudah sedikit. Kita manfaatkan aja kesempatan yang ada ruang-ruang di kota jadi tempat pertunjukan. Saya berikir kita perlu lempar seni budaya kita di kerumunan orang. Kita ini konsepnya bukan zamannya lagi menutup diri. Kita menjual seni budaya itu selain di sosmed harus di kerumunan orang. Melestarikan seni budaya kalau disumputkeun (ekslusif) di tempat tertutup itu sulit, belum tiketnya yang mahal,“ paparnya.
Intinya, kata Arif ada peluang bagi seniman dan budayawan kita. “Yu kita bikin Bandung jadi ngangenin ketika orang datang ke Bandung, ke bandara dan stasiun ada suasana khas Bandung nya, ini saya harap jadi pengkayaan yang luar biasa,“ pungkasnya.
Mewakali rektor, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, Dekan Fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, menyambut baik kerjasama ini.
Kerjasma ini sudah tentu sangat memberi manfaat pada kami dan kami siap kerjasama dengan Disbudpar Kota Bandung dan untuk kami ke 4 program studi (Pariwisata) yang ada di kami itu akan lebih kepada mungkin melakukan kajian akademik karena bagaimanapun kota bandung ini hampir 10 tahun lebih, menjadi salah satu destinasi wisata.
Agus berharap dengan kerjasama ini mungkin destinasi bisa diperluas. “Semoga kegiatan ini tak hanya sampai di sini/selesai ditandantangan, semoga ada implementasinya dan kami bisa mendukung pengembangan wisata dan budaya di Kota Bandung,“ demikian kata dekan.
Demikian juga Rektor ISBI, Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum, yang hadir komplit beserta para wakil rektor dan dekan serta jajarannya, menyambut baik. Karena Kolaborasi sangat penting dan sebenarnya kata bu rektor, ISBI bandung dengan Disdbudpar sudah banyak kerjasama hanya ada yang secara individu mapun kelembagaan dan yang kelembagaannya yang belum teresialisasi betul. “Oleh sebab dengan adanya penandatanganan MOU dan nanti MOA nya tentu kerjasama ini akan lebih mengikat lagi secara kelembagaan sehingga siapapun kalau ada yang ditugaskan, kalau ada program-program yang berkaitan/diminta Disbudpar kita akan disalurkan siapa yang pantas untuk mengerjakan ini,“ katanya.
Berkaitan dengan hal ini, pihaknya akan mencoba merancang pertunjukan-pertunjukan musik, tari, pameran dan workshop-workshop seperti melukis akan digelar di mal-mal, untuk mengenalkan seni dan budaya tradisi (Sunda) kepada pengunjung terutama kaum milenial. Hingga mereka bias belajar melukis dalam waktu singkat atau mencoba memainkan alat musik Sunda seperti suling atau kecapi dan yang lainnya.
“Kami juga ingin mengundang beliau (Kadisbudpar Kota Bandung) untuk hadir dalam ujian/resital ISBI karena sekarang juga sedang musim ujian. Semoga beliau bisa hadir sehingga rancangan yang sudah tadi coba secara singkat mudah-mudahan bisa dilakukan apalagi tadi beliau akan mengubah Miko Mall yang akan dirubah. Semoga ISBI Bandung bisa ikut berperan disitu,“ harapnya.
Selanjutnya kata Een, dengan Merdeka Belajar Mahasiswa bisa saja pihaknya mengirim mahasiswanya dalam satu semester, untuk rutin mengadakan pertunjukan atau workshop di ruang-ruang kota, dan itu peluang yang bagus untuk dilakukan.
Kampus ISBI Akan Menjadi TIM nya Kota Bandung
ISBI Bandung sudah merancang dalam 25 tahun kedepan akan membangun kampus baru di Cikamuning KBB, sementara kampus di Buahbatu 122 Bandung akan dirubah menjadi tempat show room karya-karya.
“Karena kalau kampus lain punya mall, hotel, rumah sakit, kita akan buat kampus seperti TIM (Taman Ismail Marzuki) nya Bandung. Itu tentu saja perlu kerjasama dengan pemerintah daerah baik pemda maupun pemprov. “Ini kan menjadi keren kalau terwujud bahkan kampus Cikamuning dalam perencanaan kami bukan hanya kampus tempat kuliah saja bahkan menjadi pusat budaya dimana akan ada tempat workshopnya, membuat gamelan, museum gamelan dan alat musik tradisi lainnya. Itu akan menjadi destinasi wisata pendidikan kebudayan. Kalau itu terwujud Jabar itu akan keren,“ katanya pasti.
Een juga menambahakan, bahwa pihaknya bersama kementerian sedang merancang peraturan untuk tenaga kebudayaan. Jadi yang namanya kepala dinas itu akan sangat bagus dengan punya kompetensi kebudayaan.
“Tidak hanya seni, ya misalnya dari permuseuman. Pokoknya yang punya kompetensi sisi-sisi kebudayaan itulah yang harus menjadi kepala dinas kebudayaan dan pariwisata atau pariwisata dan kebudayaan. Sehingga ya seperti tadi kita bisa saksikan bagaimana beliau bisa berkesenian, menyanyi dan bisa menangkap peluang-peluang tanpa menggunakan APBD. Wah itu keren banget. Mudah-mudahan bisa direasialisakan di Kota Bandung,“ pungkasnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISBI Bandung, Dr. Supriatna berpendapat, dengan ditandatanganinya MoU dengan Disparbud Kota Bandung ini khususnya dengan FSRD ISBI dan secara umunya dengan ISBI Bandung, memang sangat menguntungkan pihaknya, dalam arti boleh menggunakan fasilitas pemerintah Kota Bandung dalam kekhususannya yang berkaitan dengan proses pembelajaran ISBI Bandung.
“Tentunya saling menguntungkan, kami bisa mengisi acara-acara di mall Bandung, dan pemerintah Kota Bandung punya jejaring swasta yang bisa diajak kolaborasi. Sehingga nanti bisa dimanfaatkan oleh dua pihak, saling menguntungkan. Misalnya di mall kita berpameran sekaligus mengisi acara dan mall juga terpromosikan. Artinya dengan dijalinnya MoU ini akan semakin memperluas seni rupa tidak hanya di kampus tapi juga kita bisa berbagi baik sisi keilmuan, sisi produk seni, ataupun wacana, tidak di kampus tapi di luar kampus,“ pungkasnya.
Sebagaimana diketahui FSRD ISBI bandung seni rupanya berangkat dari konsep tradisi dalam arti bukan membuat sesuatu yang sudah dikerjakan oleh tradisi, tapi membuat kebaruan, keilmuannya memang dari Barat karena basic seni rupa itu dari Barat tapi bisa menggunakan konten-konten tradisional. Bisa jadi dalam bentuk filosfi/palsapah, bisa jadi dalam bentuk artefak langsung diinterpretasi kembali atau barangkali memang budaya-budaya tradisi yang memang sudah berjalan sedemikian rupa kemudian dituangkan ke dalam seni rupa termasuk juga seni traidisi ditransformasi ke dalam seni rupa modern tetapi ini jaringannya tetap tradisi.
“Dan cara memperkenalkan ke milenial, ke masyarakat umum kan tidak harus dengan modern lagi, modern juga plus tradisi, jadi formasi antara modern dan tradisi,“ demikian kata pak dekan.
Acara diakhiri dengan kaul nya Kadisparbud Kota Bandung tampil didaulat, membawakan beberapa lagu diiringi tim kesenian dari ISBI Bandung yang juga tadi membawakan tari kreasi dalam pembukaan. "Suaranya halimpu pisan (merdu sekali)", kata tamu undangan yang duduk di meja sebelah.
Arif memang jebolan Pop singer HAPMI, pernah menjuarai Festival Pop Singer Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat dan ia sekarang didaulat menjadi ketua HAPMI Kota Bandung (Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia). Kadisbudpar Kota Bandung yang baru saja lulus dari Program Studi Magister Pariwisata – Pascasarjana Unpad serta meraih predikat Cumlaude ini pun sudah lama belajar olah vocal, kursus di Bina Vokalia Pranadjaya (Alm) Agam Ngadimin Gentra Pakuan, Bina Musika serta dilatih vocal Adjie Esa Poetra, sempat juga dilatih Doni Suhendra sebelum gabung di Karakatau. (Asep GP)***
Ini, Maksud Disbudpar Kota Bandung menjalin Kerjasama Dengan ISBI dan UPI Bandung
Posted by
Tatarjabar.com on Tuesday, July 26, 2022
Kadisbudpar Kota Bandung (tengah) bersama Rektor ISBI Bandung (kiri) dan Dekan FPIPS UPI Bandung, siap kentalkan suasana Bandung dengan seni budaya tradisi (FotoAsep GP) |
Sebab ISBI merupakan perguruan tinggi seni satu-satunya di Jawa Barat yang bertugas menjaga dan melestarikan seni budaya tradisi Jawa Barat (Sunda). Begitu juga dengan UPI Bandung, ada Prodi Pariwisata di Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Nah kedua perguruan tinggi ini akan diajak berkolaborasi untuk mengenalkan seni tradisi kepada kaum milenial dan menjaring wisatawan.
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung dengan ISBI Bandung dan UPI Tersebut berlangsung Rabu, 20/7/2022 di Ballroom Hotel Amarossa, Jalan Aceh No.71 A Kota Bandung.
Kepala Dinas kebudayan dan Pariwisata Kota Bandung, Drs. Arif Saifudin,S.H., M.Par, mengatakan Kerjasama dengan ISBI dan UPI ini menurutnya sudah lama dan sekarang ada perpanjangan. Selama ini ada kajian, pelatihan dsb. “Tapi saya sekarang ngajak ke ISBI dan UPI yang implementatif karena sudah waktunya menjual karya-karya kita yang luar biasa itu sehingga saya berharap nanti Bandung kita kentalkan betul dengan suasana Sundanya. Ada seni tradisional yang betul-betul kental. Saya mengajak ISBI dan UPI, yu kita ramaikan Kota Bandung dalam rangka melestarikan seni budaya yang ada dan kita perkenalkan kepada kaum milenial yang ada di Kota Bandung. Karena bagaimana pun Bandung ini tidak punya alam, tapi SDM nya punya kualitas yang baik. Jadi saya yakin mulai hari ini seni budaya kita di Bandung ini akan terus membumi karena potensinya sangat banyak,“ katanya semangat.
Menurut Kadisbudpar, Kota Bandung ini sangat kaya, bisa dilihat dari banyaknya komunitas pariwisata yang ratusan, juga komunitas seniman, komunitas budaya, ditambah ratusan komunitas ekraf (ekonomi kreatif) ratusan. Bayangkan kalau semuanya diselesaikan oleh Pemda Kota Bandung tidak akan terselesaikan. Permasalahannya begitu banyak. Sementara anggarannya terbatas hanya untuk 5 item.
Untuk itu Arif terpaksa out the box, dia harus mencari cara lain, dari pembinaan, menjadi pelatihan hingga mencarikan orang tua asuh, sebagaimana yang dilakukan pada KPJ (kelompok Penyanyi Jalanan),
“Saya akan buka pintu-pintu orang tua asuh dan akhirnya saya komunikasi dengan Saung Udjo, dia siapkan setingan alatnya yang khas (angklung, arumba). Dan bahkan siap untuk melatih dan yang akan gelontorkan anggarannya dari Grab,” katanya pasti.
Karena kalau kita buat pembinaan dan pembinaan tanpa ditampilkan, ibarat HP bagus tapi tidak dipakai lalu tiba-tiba ganti HP lagi, atuh bade iraha icalanana, iraha ekonomi bisa terwujud.” Katanya dalam bahasa Sunda yang kental.
Rencana pertunjukan seni itu akan ditempatkan di 5 titik yaitu, kawasan Braga, Dago, Dalem Kaum, Depan Gedong Sate, dan Depan Balai Kota (Balkot). “Saya ingin Bandung kental dengan seni budaya,“ tegasnya.
Selain KPJ yang akan diikutsertakan untuk ngareuah-reuah (menyemarakan) ulang tahun Kota Bandung, dalam 20 hari ini Pak Kadisparbud mulai mendatangi mall-mall dan pihak mall pun siap menampilkan atraksi seni budaya tradisi. Tujuannya mengenalkan seni tradisi kepada milenial di tempat mereka nongkrong dan kongkow-kongkow.
Arif juga akan mencoba menyulap Miko Mall seperti Krisna nya Bali menjadi Sangkuriang dengan dana non APBD. Dipilihnya tempat tersebut karena aksesnya dekat keluar pintu tol dan konsep sangkuriang ini akan lebih lengkap dari Krisna Bali, tidak hanya menjual cinderamata, batik, kaos, kerajinan, dsb. Tapi juga akan disajikan atraksi seni budaya, kuliner tradisional, kerajinan tangan dan ekraf-ekraf yang ada.
Pihaknya juga akan menjadikan setiap ruang kota jadi tempat pertunjukan, mal-mal dan kafe juga bandara serta stasiun adalah panggungnya. “Jangan memikirkan tempat pertunjukan di Bandung, kalau kita buat lagi akan rebutan, lahan juga akan terganggu, sudah sedikit. Kita manfaatkan aja kesempatan yang ada ruang-ruang di kota jadi tempat pertunjukan. Saya berikir kita perlu lempar seni budaya kita di kerumunan orang. Kita ini konsepnya bukan zamannya lagi menutup diri. Kita menjual seni budaya itu selain di sosmed harus di kerumunan orang. Melestarikan seni budaya kalau disumputkeun (ekslusif) di tempat tertutup itu sulit, belum tiketnya yang mahal,“ paparnya.
Intinya, kata Arif ada peluang bagi seniman dan budayawan kita. “Yu kita bikin Bandung jadi ngangenin ketika orang datang ke Bandung, ke bandara dan stasiun ada suasana khas Bandung nya, ini saya harap jadi pengkayaan yang luar biasa,“ pungkasnya.
Mewakali rektor, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum, Dekan Fakultas pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, menyambut baik kerjasama ini.
Kerjasma ini sudah tentu sangat memberi manfaat pada kami dan kami siap kerjasama dengan Disbudpar Kota Bandung dan untuk kami ke 4 program studi (Pariwisata) yang ada di kami itu akan lebih kepada mungkin melakukan kajian akademik karena bagaimanapun kota bandung ini hampir 10 tahun lebih, menjadi salah satu destinasi wisata.
Agus berharap dengan kerjasama ini mungkin destinasi bisa diperluas. “Semoga kegiatan ini tak hanya sampai di sini/selesai ditandantangan, semoga ada implementasinya dan kami bisa mendukung pengembangan wisata dan budaya di Kota Bandung,“ demikian kata dekan.
Demikian juga Rektor ISBI, Prof. Dr. Een Herdiani, S.Sen., M.Hum, yang hadir komplit beserta para wakil rektor dan dekan serta jajarannya, menyambut baik. Karena Kolaborasi sangat penting dan sebenarnya kata bu rektor, ISBI bandung dengan Disdbudpar sudah banyak kerjasama hanya ada yang secara individu mapun kelembagaan dan yang kelembagaannya yang belum teresialisasi betul. “Oleh sebab dengan adanya penandatanganan MOU dan nanti MOA nya tentu kerjasama ini akan lebih mengikat lagi secara kelembagaan sehingga siapapun kalau ada yang ditugaskan, kalau ada program-program yang berkaitan/diminta Disbudpar kita akan disalurkan siapa yang pantas untuk mengerjakan ini,“ katanya.
Berkaitan dengan hal ini, pihaknya akan mencoba merancang pertunjukan-pertunjukan musik, tari, pameran dan workshop-workshop seperti melukis akan digelar di mal-mal, untuk mengenalkan seni dan budaya tradisi (Sunda) kepada pengunjung terutama kaum milenial. Hingga mereka bias belajar melukis dalam waktu singkat atau mencoba memainkan alat musik Sunda seperti suling atau kecapi dan yang lainnya.
“Kami juga ingin mengundang beliau (Kadisbudpar Kota Bandung) untuk hadir dalam ujian/resital ISBI karena sekarang juga sedang musim ujian. Semoga beliau bisa hadir sehingga rancangan yang sudah tadi coba secara singkat mudah-mudahan bisa dilakukan apalagi tadi beliau akan mengubah Miko Mall yang akan dirubah. Semoga ISBI Bandung bisa ikut berperan disitu,“ harapnya.
Selanjutnya kata Een, dengan Merdeka Belajar Mahasiswa bisa saja pihaknya mengirim mahasiswanya dalam satu semester, untuk rutin mengadakan pertunjukan atau workshop di ruang-ruang kota, dan itu peluang yang bagus untuk dilakukan.
Kampus ISBI Akan Menjadi TIM nya Kota Bandung
ISBI Bandung sudah merancang dalam 25 tahun kedepan akan membangun kampus baru di Cikamuning KBB, sementara kampus di Buahbatu 122 Bandung akan dirubah menjadi tempat show room karya-karya.
“Karena kalau kampus lain punya mall, hotel, rumah sakit, kita akan buat kampus seperti TIM (Taman Ismail Marzuki) nya Bandung. Itu tentu saja perlu kerjasama dengan pemerintah daerah baik pemda maupun pemprov. “Ini kan menjadi keren kalau terwujud bahkan kampus Cikamuning dalam perencanaan kami bukan hanya kampus tempat kuliah saja bahkan menjadi pusat budaya dimana akan ada tempat workshopnya, membuat gamelan, museum gamelan dan alat musik tradisi lainnya. Itu akan menjadi destinasi wisata pendidikan kebudayan. Kalau itu terwujud Jabar itu akan keren,“ katanya pasti.
Een juga menambahakan, bahwa pihaknya bersama kementerian sedang merancang peraturan untuk tenaga kebudayaan. Jadi yang namanya kepala dinas itu akan sangat bagus dengan punya kompetensi kebudayaan.
“Tidak hanya seni, ya misalnya dari permuseuman. Pokoknya yang punya kompetensi sisi-sisi kebudayaan itulah yang harus menjadi kepala dinas kebudayaan dan pariwisata atau pariwisata dan kebudayaan. Sehingga ya seperti tadi kita bisa saksikan bagaimana beliau bisa berkesenian, menyanyi dan bisa menangkap peluang-peluang tanpa menggunakan APBD. Wah itu keren banget. Mudah-mudahan bisa direasialisakan di Kota Bandung,“ pungkasnya.
Sementara itu Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISBI Bandung, Dr. Supriatna berpendapat, dengan ditandatanganinya MoU dengan Disparbud Kota Bandung ini khususnya dengan FSRD ISBI dan secara umunya dengan ISBI Bandung, memang sangat menguntungkan pihaknya, dalam arti boleh menggunakan fasilitas pemerintah Kota Bandung dalam kekhususannya yang berkaitan dengan proses pembelajaran ISBI Bandung.
“Tentunya saling menguntungkan, kami bisa mengisi acara-acara di mall Bandung, dan pemerintah Kota Bandung punya jejaring swasta yang bisa diajak kolaborasi. Sehingga nanti bisa dimanfaatkan oleh dua pihak, saling menguntungkan. Misalnya di mall kita berpameran sekaligus mengisi acara dan mall juga terpromosikan. Artinya dengan dijalinnya MoU ini akan semakin memperluas seni rupa tidak hanya di kampus tapi juga kita bisa berbagi baik sisi keilmuan, sisi produk seni, ataupun wacana, tidak di kampus tapi di luar kampus,“ pungkasnya.
Sebagaimana diketahui FSRD ISBI bandung seni rupanya berangkat dari konsep tradisi dalam arti bukan membuat sesuatu yang sudah dikerjakan oleh tradisi, tapi membuat kebaruan, keilmuannya memang dari Barat karena basic seni rupa itu dari Barat tapi bisa menggunakan konten-konten tradisional. Bisa jadi dalam bentuk filosfi/palsapah, bisa jadi dalam bentuk artefak langsung diinterpretasi kembali atau barangkali memang budaya-budaya tradisi yang memang sudah berjalan sedemikian rupa kemudian dituangkan ke dalam seni rupa termasuk juga seni traidisi ditransformasi ke dalam seni rupa modern tetapi ini jaringannya tetap tradisi.
“Dan cara memperkenalkan ke milenial, ke masyarakat umum kan tidak harus dengan modern lagi, modern juga plus tradisi, jadi formasi antara modern dan tradisi,“ demikian kata pak dekan.
Acara diakhiri dengan kaul nya Kadisparbud Kota Bandung tampil didaulat, membawakan beberapa lagu diiringi tim kesenian dari ISBI Bandung yang juga tadi membawakan tari kreasi dalam pembukaan. "Suaranya halimpu pisan (merdu sekali)", kata tamu undangan yang duduk di meja sebelah.
Arif memang jebolan Pop singer HAPMI, pernah menjuarai Festival Pop Singer Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat dan ia sekarang didaulat menjadi ketua HAPMI Kota Bandung (Himpunan Artis Penyanyi dan Musisi Indonesia). Kadisbudpar Kota Bandung yang baru saja lulus dari Program Studi Magister Pariwisata – Pascasarjana Unpad serta meraih predikat Cumlaude ini pun sudah lama belajar olah vocal, kursus di Bina Vokalia Pranadjaya (Alm) Agam Ngadimin Gentra Pakuan, Bina Musika serta dilatih vocal Adjie Esa Poetra, sempat juga dilatih Doni Suhendra sebelum gabung di Karakatau. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment