Wednesday, June 28, 2023
Meisa Reresimi, Diantara Jemaah Masjid Al Jabbar |
Masjid Raya Al Jabbar di Jalan Cimencrang 14 Gedebage, Kota Bandung, sejak diresmikan 30 Desember 2022, makin hari makin menyedot banyak pengunjung. Syukurlah masjid nan indah dan megah yang berdiri di lahan 26 hektar ini bisa menampung 20 ribu Jemaah di dalam area masjid bahkan 50 ribu Jemaah di seluruh area.
Selain dari kawasan Bandung Raya, kata Humas Al Jabbar Annie Danila, mereka datang hampir dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, malah ada yang datang dari seluruh kawasan Pulau Jawa bahkan luar pulau Jawa seperti dari Sumatera, Sulawesi, dsb. Para pengunjung baik berombongan ataupun secara pribadi bersama keluarga, datang dengan berbagai tujuan ada yang untuk melaksanakan solat, tolabul ilmi, wisata religi atau hanya ingin mengagumi kemegahan Masjid yang diarsiteki Gubernur Jabar Mochamad Ridwan Kamil ini.
Termasuk Meisa Reresimi, wirausahawan muda yang sengaja datang bersama kedua temannya dari Jakarta Viniyati Maftuchach dan Vidayanti Cholifah, mengikuti acara pengajian – Kajian Inspirasi Keluarga “jagalah Hati Setelah Ramadhan“, yang disampaikan Ustadzah Oki Setiana Dewi (14/5/2023). Hadir bersama puluhan ribu jamaah saat itu, Hj. Atalia Praratya (Pembina) dan Irfan Hakim sebagai pembawa acara (MC).
Kata Rere (demikian dia akrab disapa), Masjid Al Jabbar adalah karya terbaik putra Jawa Barat Ridwan Kamil, yang di dalamnya tersimpan perpaduan antara ilmu dan peradabaan. Dengan adanya bangunan Al Jabbar membuktikan bahwa Islam terbuka terhadap perkembangan zaman dan kemajuan ilmu, jadi Islam itu sangat terbuka bukan tertutup.
Di Museum Rasulullah |
Al Jabbar juga punya potensi ekonomi yang kuat. Karena jadi salah satu tujuan wisata religi di tanah air yang banyak menyedot banyak pengunjung dari Jabar dan luar Jabar.
”Ini sangat baik sekali, dengan adanya Al Jabbar ini saya lihat ada magnet ekonominya. Jadi disitu kita lihat dengan adanya wisata rohani yang menyedot banyak pengunjung, tentu mereka membutuhkan kebutuhan dasar seperti makan dan minum, hingga akhirnya terjadi perputaran ekonomi. Masyarakat yang ada di sekitar Al Jabbar juga bisa menjadi penggerak pelaku ekonomi UMKM, yang pernah menjadi penopang di saat kita mengalami krisisi moneter dampak pandemi Covid-19 beberapa tahun silam,“ demikian disampaikan Rere usai pengajian, kepada wartawan.
Jemaah Al Jabbar Puluhan Ribu Datang Dari Penjuru Tanah Air (Foto Asep GP) |
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini lanjut Rere, adalah sarana yang tepat untuk menopang kehidupan negara ini, karena kita masih kuat ekonominya, UMKMnya kuat beda dengan Negara lainnya. “ini yang harus kita jaga terus, kita tingkatkan, melalui Al Jabbar ini sebagai pusat ukhuwah tempat bersatunya umat muslim untuk saling mengasah, mengasih, dan mengasuh,” katanya.
Dan semua ini kata Rere perlu penataan yang lebih baik lagi dalam pengelolaannya, bisa menggerakan para petugas ataupun pengurus dan remaja masjid, dengan begitu anak-anak muda bisa belajar dan mendapatkan ilmu manajemen secara gratis dari ikut aktif mengelola Al Jabbar.
Rere juga mengusulkan agar segera melengkapi fasilitas penitipan sandal/sepatu untuk menghindari najis masuk ke dalam masjid. Karena menurutnya percuma juga mesjidnya bagus tapi orang bebas membawa sandal ke masjid yang bisa saja terjadi kelalaian sandal/sepatunya jatuh meninggalkan najis di area untuk solat.
Masjid Al Jabbar Nan Indah Dan Megah Itu Karya Anak Bangsa (Foto Asep GP) |
“Jadi kalau tempat ibadah kena najis bisa mengurangi bahkan menggugurkan nilai ibadah. Jadi kalau bisa untuk hal-hal konsentrasi penitipan sandal dipercepat lagi keberadaanya fasilitasnya. Atau kita gerakan bersifat koperasi untuk remaja sekitar masjid, sehingga uangnya nanti bisa dioptimalkan untuk taman-taman di sekiatar masjid. Atau lebih baik lagi menggerakkan remaja sekitar masjid yang belum dapat kerjaan untuk menjaga sandal/sepatu, ini bisa dioptimalkan dari segi keamanannya,“ tegas Rere.
Hj. Atalia Praratya Dan Irfan Hakim Menyemarakan Suasana Silaturahim Di Al Jabbar (Foto Asep GP) |
Pengelola Al Jabbar juga kata Rere harus tetap belajar manajemen manajerialnya dari masjid-masjid lainnya seperti Istiqlal. Karena sayang katanya kalau tidak diantisipasi dari sekarang dikhawatirkan terjadi gap dan berimbas pada penurunan jumlah pengunjung, karena tidak merasa nyaman.
Foto Asep GP |
Al Jabbar ini magnet bagi para muslim untuk hadir melihat keajaiban kemegahan bangunannya – artinya ini tempat berkumpulnya semua kekuatan – ada kekauatan lemah ada kekauatan kuat. “Nah disinilah kita butuhkan Al Jabbar ini sebagai pusat Ukhuwah pusat bersatunya umat Islam. Kalau bisa nanti selain Museum, mungkin ada satu ruangan untuk pengembangan ekonomi, ada ruangan pelatihan untuk mendidik atau menciptakan pengusaha-pengusaha muda yang islami secara gratis. Al Jabbar bisa melibatkan para ahlinya yang ada di perguruan-perguruan tinggi ternama di Bandung. Jadi kalau skillnya naik otomatis perdagangannya dan pendapatan daerahnya pun (PAD) akan meningkat, “ pungkasnya.
***
Rere adalah seorang pelaku importir teknologi untuk pengembangan teknologi di industri wilayah Indonesia, juga sebagai pelaku bisnis untuk pendistribusian energi (minyak) dan juga pelaku ekspor untuk energi (terbarukan Cangkang Sawit/Biomassa) serta travel umrah.
Direktur di beberapa perusahaan dan CEO di beberapa corporate ini awal karirnya dimulai sejak lulus dari STIE di Bekasi (S1 tahun 2015 – S2 2017) dan sekarang Rere tengah menempuh Program Doktoralnya di Pemasaran Bisnis – Ilmu Manajemen, Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan - Bogor. (Asep GP)***
Kata Pengusaha Muda Meisa Reresimi, SE., MM : Ada Magnet Ekonomi di Al Jabbar
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, June 28, 2023
Meisa Reresimi, Diantara Jemaah Masjid Al Jabbar |
Masjid Raya Al Jabbar di Jalan Cimencrang 14 Gedebage, Kota Bandung, sejak diresmikan 30 Desember 2022, makin hari makin menyedot banyak pengunjung. Syukurlah masjid nan indah dan megah yang berdiri di lahan 26 hektar ini bisa menampung 20 ribu Jemaah di dalam area masjid bahkan 50 ribu Jemaah di seluruh area.
Selain dari kawasan Bandung Raya, kata Humas Al Jabbar Annie Danila, mereka datang hampir dari 27 kabupaten/kota di Jawa Barat, malah ada yang datang dari seluruh kawasan Pulau Jawa bahkan luar pulau Jawa seperti dari Sumatera, Sulawesi, dsb. Para pengunjung baik berombongan ataupun secara pribadi bersama keluarga, datang dengan berbagai tujuan ada yang untuk melaksanakan solat, tolabul ilmi, wisata religi atau hanya ingin mengagumi kemegahan Masjid yang diarsiteki Gubernur Jabar Mochamad Ridwan Kamil ini.
Termasuk Meisa Reresimi, wirausahawan muda yang sengaja datang bersama kedua temannya dari Jakarta Viniyati Maftuchach dan Vidayanti Cholifah, mengikuti acara pengajian – Kajian Inspirasi Keluarga “jagalah Hati Setelah Ramadhan“, yang disampaikan Ustadzah Oki Setiana Dewi (14/5/2023). Hadir bersama puluhan ribu jamaah saat itu, Hj. Atalia Praratya (Pembina) dan Irfan Hakim sebagai pembawa acara (MC).
Kata Rere (demikian dia akrab disapa), Masjid Al Jabbar adalah karya terbaik putra Jawa Barat Ridwan Kamil, yang di dalamnya tersimpan perpaduan antara ilmu dan peradabaan. Dengan adanya bangunan Al Jabbar membuktikan bahwa Islam terbuka terhadap perkembangan zaman dan kemajuan ilmu, jadi Islam itu sangat terbuka bukan tertutup.
Di Museum Rasulullah |
Al Jabbar juga punya potensi ekonomi yang kuat. Karena jadi salah satu tujuan wisata religi di tanah air yang banyak menyedot banyak pengunjung dari Jabar dan luar Jabar.
”Ini sangat baik sekali, dengan adanya Al Jabbar ini saya lihat ada magnet ekonominya. Jadi disitu kita lihat dengan adanya wisata rohani yang menyedot banyak pengunjung, tentu mereka membutuhkan kebutuhan dasar seperti makan dan minum, hingga akhirnya terjadi perputaran ekonomi. Masyarakat yang ada di sekitar Al Jabbar juga bisa menjadi penggerak pelaku ekonomi UMKM, yang pernah menjadi penopang di saat kita mengalami krisisi moneter dampak pandemi Covid-19 beberapa tahun silam,“ demikian disampaikan Rere usai pengajian, kepada wartawan.
Jemaah Al Jabbar Puluhan Ribu Datang Dari Penjuru Tanah Air (Foto Asep GP) |
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini lanjut Rere, adalah sarana yang tepat untuk menopang kehidupan negara ini, karena kita masih kuat ekonominya, UMKMnya kuat beda dengan Negara lainnya. “ini yang harus kita jaga terus, kita tingkatkan, melalui Al Jabbar ini sebagai pusat ukhuwah tempat bersatunya umat muslim untuk saling mengasah, mengasih, dan mengasuh,” katanya.
Dan semua ini kata Rere perlu penataan yang lebih baik lagi dalam pengelolaannya, bisa menggerakan para petugas ataupun pengurus dan remaja masjid, dengan begitu anak-anak muda bisa belajar dan mendapatkan ilmu manajemen secara gratis dari ikut aktif mengelola Al Jabbar.
Rere juga mengusulkan agar segera melengkapi fasilitas penitipan sandal/sepatu untuk menghindari najis masuk ke dalam masjid. Karena menurutnya percuma juga mesjidnya bagus tapi orang bebas membawa sandal ke masjid yang bisa saja terjadi kelalaian sandal/sepatunya jatuh meninggalkan najis di area untuk solat.
Masjid Al Jabbar Nan Indah Dan Megah Itu Karya Anak Bangsa (Foto Asep GP) |
“Jadi kalau tempat ibadah kena najis bisa mengurangi bahkan menggugurkan nilai ibadah. Jadi kalau bisa untuk hal-hal konsentrasi penitipan sandal dipercepat lagi keberadaanya fasilitasnya. Atau kita gerakan bersifat koperasi untuk remaja sekitar masjid, sehingga uangnya nanti bisa dioptimalkan untuk taman-taman di sekiatar masjid. Atau lebih baik lagi menggerakkan remaja sekitar masjid yang belum dapat kerjaan untuk menjaga sandal/sepatu, ini bisa dioptimalkan dari segi keamanannya,“ tegas Rere.
Hj. Atalia Praratya Dan Irfan Hakim Menyemarakan Suasana Silaturahim Di Al Jabbar (Foto Asep GP) |
Pengelola Al Jabbar juga kata Rere harus tetap belajar manajemen manajerialnya dari masjid-masjid lainnya seperti Istiqlal. Karena sayang katanya kalau tidak diantisipasi dari sekarang dikhawatirkan terjadi gap dan berimbas pada penurunan jumlah pengunjung, karena tidak merasa nyaman.
Foto Asep GP |
Al Jabbar ini magnet bagi para muslim untuk hadir melihat keajaiban kemegahan bangunannya – artinya ini tempat berkumpulnya semua kekuatan – ada kekauatan lemah ada kekauatan kuat. “Nah disinilah kita butuhkan Al Jabbar ini sebagai pusat Ukhuwah pusat bersatunya umat Islam. Kalau bisa nanti selain Museum, mungkin ada satu ruangan untuk pengembangan ekonomi, ada ruangan pelatihan untuk mendidik atau menciptakan pengusaha-pengusaha muda yang islami secara gratis. Al Jabbar bisa melibatkan para ahlinya yang ada di perguruan-perguruan tinggi ternama di Bandung. Jadi kalau skillnya naik otomatis perdagangannya dan pendapatan daerahnya pun (PAD) akan meningkat, “ pungkasnya.
***
Rere adalah seorang pelaku importir teknologi untuk pengembangan teknologi di industri wilayah Indonesia, juga sebagai pelaku bisnis untuk pendistribusian energi (minyak) dan juga pelaku ekspor untuk energi (terbarukan Cangkang Sawit/Biomassa) serta travel umrah.
Direktur di beberapa perusahaan dan CEO di beberapa corporate ini awal karirnya dimulai sejak lulus dari STIE di Bekasi (S1 tahun 2015 – S2 2017) dan sekarang Rere tengah menempuh Program Doktoralnya di Pemasaran Bisnis – Ilmu Manajemen, Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pakuan - Bogor. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment