Monday, August 14, 2023
Kang Opik (tengah) sedang bercerita pada awak media (foto AGP) |
Sebagaimana diketahui pada hari Sabtu, tanggal 5 Agustus 2003, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Saung Angklung Udjo berhasil memecahkan rekor dunia Guinness World Records (GWR) setelah 15.110 peserta memainkan alunan harmonisasi angklung dalam sebuah arrangement indah khas Saung Aklung Udjo pada lagu Berkibarlah Benderaku dan Wind of Change (medley). Ya, cara yang diselenggarakan oleh OASE-KIM ini mampu memecahkan rekor dunia baru bermain angklung terbanyak.
Dengan terlaksananya kegiatan ini pihak Saung Angklung Udjo sangat berterima kasih kepada Ibu Negara Iriana Joko Widodo, OASE-KIM dibawah kepemimpinan Ibu Tri Tito Karnavian, Ibu Franka Makarim, Bapak Nadiem Makarim, KemendikbudRistek, Direktorat Perfilman Musik dan Media, dan para sponsor (Pertamina, Telkom Indonesia, Mind id, BNI, BRI, Mandiri, RANS Entertainment, Pupuk Indonesia, SIG, Astra, Kopi Gadjah, Adaro, PLN, Le Minerale).
Tentu saja ini merupakan titik hari Kebangkitan Saung Angklung Udjo setelah sekian lama terpuruk diterpa badai pandemi Covid-19. Kata Taufik Hidayat Udjo (Kang Opik), GWR ini bukan sekedar acara ceremonial, namun rangkaian kegiatan GWR telah mampu hidup dan menghidupi.
Kegiatan ini mulai direncanakan dan disusun konsep acaranya sejak akhir 2022. Saung Angklung Udjo memiliki peran yang cukup tinggi dibawah arahan Direktur PMM Kemendikbud Ristek Bapak Ahmad Mahendra. Peran Saung Angklung Udjo adalah sebagai konseptor yang menyajikan permainan angklung dengan kategori yang memiliki tingkat keharmonisan yang tinggi secara musikalitas tanpa membebani peserta pelatihan yang sebagian besar bukan pemain angklung terlatih sekali pun.
Saung Angklung Udjo bersama para mitra pengrajin diminta Kemendikbud Ristek untuk menyiapkan 20.000 lebih angklung yang dibagikan kepada peserta, dan ini menjadi kegiatan yang mampu menghidupkan lagi Ekosistem Angklung sehingga para petani bambu hingga puluhan pengrajin angklung dapat menunjukan eksistensinya kembali setelah serangan panjang Covid 19 yang mereka harus kehilangan mata pencahariannya.
“Proses dan hasil kegiatan ini diharapkan akan melekatkan budaya pada generasi bangsa dan menginspirasi dunia dalam menghadapi tantangan global,” kata Kang Opik..
Pertunjukan angklung massal ini diinisiasi langsung oleh Ibu Negara lriana Joko Widodo sebagai salahsatu rangkaian perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Acara ini bukan hanya sekedar menciptakan rekor baru, tetapi juga mengangkat nilai-nilai tradisional Indonesia yang kaya melalui perpaduan musik dan pertunjukan yang mengesankan.
Ketika mengadakan acara dengan para awak media di Saung Angklong Udjo, Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Kang Opik terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya.
Memotong Tumpeng Sukuran (foto AGP) |
“Betapa kami ini merasa bersyukur menjadi pelaku di dalam melaksanakan acara itu dengan segala peliknya persiapan. Mempersiapkan angklung, mengumpulkan dan melatih pelatih-pelatih angklung, dsb. Dan ini bukan hanya sebuah pergelaran musik tetapi ini sebuah semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat yang bisa membuat kita berpikir tentang harmoni, karena saat itu terjadi harmoni yang sangat luar biasa,“ ungkapnya dengan suara terbata-bata.
Ya Opik bercerita betapa sulit dan sibuknya menyiapkan angklung, melatih di berbagai tempat di beberapa kelompok sedangkan pelatihnya terbatas dan lagu-lagunya kadang-kadang berubah karena ada permintaan ingin lagu baru. Tapi positifnya di situ juga jadi banyak pemberdayan guru sekolah juga teknik-teknik. “Ya persiapan dari mulai bikin angklung kurang hingga hari H, lebih dari 6 bulan, jadi kita bulan pertama buat angklung kemudian bikin konsep dan pelatihan,” jelasnya.
Ya, Saung Angklung Udjo juga berperan sebagai tim pelatih yang melatih seluruh peserta dibantu dengan lebih dari 100 orang guru musik, guru musik angklung dan praktisi dari komunitas angklung lainnya yang diposisikan menjadi SPV (supervisor). Proses pelatihan selama 3 bulan ini diharapkan akan membangun kecintaan para peserta terhadap angklung, serta memberdayakan para guru musik serta pelatih angklung agar semakin terlatih dan ter-upgrade. Untuk kemudian diharapkan mampu menjadi pelatih angklung dilingkungannya.
Kang Opik juga berharap para peserta ini secara tidak langsung merasakan bagaimana bentuk toleransi kedisiplinan dan beberapa manfaat lain. Serta muncul dampak berkelanjutan setelah salahsatunya yaitu agar Budaya Indonesia dapat dipromosikan secara Global khususnya agar angklung sebagai warisan budaya khas Indonesia dapat terus lestari dan mencuri perhatian di seluruh dunia.
Akhirnya Kang Opik bertekad dengan bangkitnya Saung Angklung Ujo ini, akan berkaca dari pelajaran covid kemarin. “Kita juga harus lebih menyiapkan segala sesuatunya artinya kita juga melanjutkan dari tugas Saung Angklung Udjo - memelihara yang lama yang penuh nilai-nila dari sisi tradisinya kemudian kita menciptakan berinovasi atau berkreativitas dalam sesuatu yang baru - kebaruan itu ada yang bagaimana ramainya zaman, ramainya pasar tapi kita juga menciptakan sesuatu yang baru,“ tegasnya.
Harapan lainnya dari kang Opik, dengan masuknya angklung ke wilayah kementerian, ibu-ibu nya sadah bermain angklung, angklung itu menjadi hidup terus jangan sampai angklung disimpan di gudang, tapi bisa dimainkan/ditampilkan di tiap upacara, peristiwa internal kementrian atau kenegaraan lainnya. “Itu kan bagus kalau contohnya dimulai dari kementerian,“ tandasnya.
Permintaan dan ajakan menggelar angklung memang kembali berdatangan, diantaranya dari kelompok PKK Jabar. Dan Kang Opik sedang pendekatan ke pihak terkait agar angklung bisa tampil di Milangkala Bandung hingga menjadi Bandung Lautan Angklung. Mugia. Reborn Saung Angklung Udjo. Wilujeng.
**
Saung Angklung Udjo adalah pusat seni dan budaya yang di dirikan oleh Udjo Ngalagena (Almarhum) dengan istrinya Uum Sumiati (Almarhumah). Bapak Udjo Ngalagena merupakan murid dari Bapak Angklung Dunia yaitu Daeng Soetigna (Almarhum) dengan tujuan mempromosikan dan terus melestarikan kekayaan budaya Indonesia sebagai tugas undang-undang dalam pemajuan kebudayaan dan amanat UNESCO bahwa angklung harus terjaga, terpromosikan, dan teregenerasikan karena Angklung merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang diresmikan oleh UNESCO pada tahun 2010. Selama 57 tahun, Saung Angklung Udjo telah menjadi simbol semangat kebersamaan dan cinta terhadap warisan budaya. (AGP - Anto Ramadhan)***
Tatarjabar.com
August 14, 2023
CB Blogger
IndonesiaBangkitnya Saung Angklung Udjo Pasca Pandemi Cetak Rekor Dunia GWR
Posted by
Tatarjabar.com on Monday, August 14, 2023
Kang Opik (tengah) sedang bercerita pada awak media (foto AGP) |
Sebagaimana diketahui pada hari Sabtu, tanggal 5 Agustus 2003, di Gelora Bung Karno, Jakarta, Saung Angklung Udjo berhasil memecahkan rekor dunia Guinness World Records (GWR) setelah 15.110 peserta memainkan alunan harmonisasi angklung dalam sebuah arrangement indah khas Saung Aklung Udjo pada lagu Berkibarlah Benderaku dan Wind of Change (medley). Ya, cara yang diselenggarakan oleh OASE-KIM ini mampu memecahkan rekor dunia baru bermain angklung terbanyak.
Dengan terlaksananya kegiatan ini pihak Saung Angklung Udjo sangat berterima kasih kepada Ibu Negara Iriana Joko Widodo, OASE-KIM dibawah kepemimpinan Ibu Tri Tito Karnavian, Ibu Franka Makarim, Bapak Nadiem Makarim, KemendikbudRistek, Direktorat Perfilman Musik dan Media, dan para sponsor (Pertamina, Telkom Indonesia, Mind id, BNI, BRI, Mandiri, RANS Entertainment, Pupuk Indonesia, SIG, Astra, Kopi Gadjah, Adaro, PLN, Le Minerale).
Tentu saja ini merupakan titik hari Kebangkitan Saung Angklung Udjo setelah sekian lama terpuruk diterpa badai pandemi Covid-19. Kata Taufik Hidayat Udjo (Kang Opik), GWR ini bukan sekedar acara ceremonial, namun rangkaian kegiatan GWR telah mampu hidup dan menghidupi.
Kegiatan ini mulai direncanakan dan disusun konsep acaranya sejak akhir 2022. Saung Angklung Udjo memiliki peran yang cukup tinggi dibawah arahan Direktur PMM Kemendikbud Ristek Bapak Ahmad Mahendra. Peran Saung Angklung Udjo adalah sebagai konseptor yang menyajikan permainan angklung dengan kategori yang memiliki tingkat keharmonisan yang tinggi secara musikalitas tanpa membebani peserta pelatihan yang sebagian besar bukan pemain angklung terlatih sekali pun.
Saung Angklung Udjo bersama para mitra pengrajin diminta Kemendikbud Ristek untuk menyiapkan 20.000 lebih angklung yang dibagikan kepada peserta, dan ini menjadi kegiatan yang mampu menghidupkan lagi Ekosistem Angklung sehingga para petani bambu hingga puluhan pengrajin angklung dapat menunjukan eksistensinya kembali setelah serangan panjang Covid 19 yang mereka harus kehilangan mata pencahariannya.
“Proses dan hasil kegiatan ini diharapkan akan melekatkan budaya pada generasi bangsa dan menginspirasi dunia dalam menghadapi tantangan global,” kata Kang Opik..
Pertunjukan angklung massal ini diinisiasi langsung oleh Ibu Negara lriana Joko Widodo sebagai salahsatu rangkaian perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Acara ini bukan hanya sekedar menciptakan rekor baru, tetapi juga mengangkat nilai-nilai tradisional Indonesia yang kaya melalui perpaduan musik dan pertunjukan yang mengesankan.
Ketika mengadakan acara dengan para awak media di Saung Angklong Udjo, Jl. Padasuka No.118, Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Kang Opik terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan bangganya.
Memotong Tumpeng Sukuran (foto AGP) |
“Betapa kami ini merasa bersyukur menjadi pelaku di dalam melaksanakan acara itu dengan segala peliknya persiapan. Mempersiapkan angklung, mengumpulkan dan melatih pelatih-pelatih angklung, dsb. Dan ini bukan hanya sebuah pergelaran musik tetapi ini sebuah semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat yang bisa membuat kita berpikir tentang harmoni, karena saat itu terjadi harmoni yang sangat luar biasa,“ ungkapnya dengan suara terbata-bata.
Ya Opik bercerita betapa sulit dan sibuknya menyiapkan angklung, melatih di berbagai tempat di beberapa kelompok sedangkan pelatihnya terbatas dan lagu-lagunya kadang-kadang berubah karena ada permintaan ingin lagu baru. Tapi positifnya di situ juga jadi banyak pemberdayan guru sekolah juga teknik-teknik. “Ya persiapan dari mulai bikin angklung kurang hingga hari H, lebih dari 6 bulan, jadi kita bulan pertama buat angklung kemudian bikin konsep dan pelatihan,” jelasnya.
Ya, Saung Angklung Udjo juga berperan sebagai tim pelatih yang melatih seluruh peserta dibantu dengan lebih dari 100 orang guru musik, guru musik angklung dan praktisi dari komunitas angklung lainnya yang diposisikan menjadi SPV (supervisor). Proses pelatihan selama 3 bulan ini diharapkan akan membangun kecintaan para peserta terhadap angklung, serta memberdayakan para guru musik serta pelatih angklung agar semakin terlatih dan ter-upgrade. Untuk kemudian diharapkan mampu menjadi pelatih angklung dilingkungannya.
Kang Opik juga berharap para peserta ini secara tidak langsung merasakan bagaimana bentuk toleransi kedisiplinan dan beberapa manfaat lain. Serta muncul dampak berkelanjutan setelah salahsatunya yaitu agar Budaya Indonesia dapat dipromosikan secara Global khususnya agar angklung sebagai warisan budaya khas Indonesia dapat terus lestari dan mencuri perhatian di seluruh dunia.
Akhirnya Kang Opik bertekad dengan bangkitnya Saung Angklung Ujo ini, akan berkaca dari pelajaran covid kemarin. “Kita juga harus lebih menyiapkan segala sesuatunya artinya kita juga melanjutkan dari tugas Saung Angklung Udjo - memelihara yang lama yang penuh nilai-nila dari sisi tradisinya kemudian kita menciptakan berinovasi atau berkreativitas dalam sesuatu yang baru - kebaruan itu ada yang bagaimana ramainya zaman, ramainya pasar tapi kita juga menciptakan sesuatu yang baru,“ tegasnya.
Harapan lainnya dari kang Opik, dengan masuknya angklung ke wilayah kementerian, ibu-ibu nya sadah bermain angklung, angklung itu menjadi hidup terus jangan sampai angklung disimpan di gudang, tapi bisa dimainkan/ditampilkan di tiap upacara, peristiwa internal kementrian atau kenegaraan lainnya. “Itu kan bagus kalau contohnya dimulai dari kementerian,“ tandasnya.
Permintaan dan ajakan menggelar angklung memang kembali berdatangan, diantaranya dari kelompok PKK Jabar. Dan Kang Opik sedang pendekatan ke pihak terkait agar angklung bisa tampil di Milangkala Bandung hingga menjadi Bandung Lautan Angklung. Mugia. Reborn Saung Angklung Udjo. Wilujeng.
**
Saung Angklung Udjo adalah pusat seni dan budaya yang di dirikan oleh Udjo Ngalagena (Almarhum) dengan istrinya Uum Sumiati (Almarhumah). Bapak Udjo Ngalagena merupakan murid dari Bapak Angklung Dunia yaitu Daeng Soetigna (Almarhum) dengan tujuan mempromosikan dan terus melestarikan kekayaan budaya Indonesia sebagai tugas undang-undang dalam pemajuan kebudayaan dan amanat UNESCO bahwa angklung harus terjaga, terpromosikan, dan teregenerasikan karena Angklung merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang diresmikan oleh UNESCO pada tahun 2010. Selama 57 tahun, Saung Angklung Udjo telah menjadi simbol semangat kebersamaan dan cinta terhadap warisan budaya. (AGP - Anto Ramadhan)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment