Thursday, August 24, 2023
Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah (Foto Dok. Pribadi) |
Fakta sosial yang berkembang menjadi patologi sosial di masyarakat saat ini adalah munculnya hedonism, rendahnya budaya intelektual dan literasi, politik identitas yang cenderung destruktif, hoax, materialistik dan konflik horizontal di masyarakat.
Di sisi lain saat ini, dunia sedang menghadapi era revolusi industri 4.0. Era ini ditandai dengan munculnya pesawat autopilot, robot pintar, komputer super, neuroteknologi, dan teknologi nano.
Revolusi industri 4.0 merupakan perubahan cara kerja yang berfokus pada pola ekonomi digital, kecerdasan buatan, big data, robotik dan lain-lain. Perubahan ini dikenal sebagai fenomena inovasi disruptif.
Dampak dari industri 4.0 ini akan mempengaruhi banyak hal: Mempengaruhi model layanan dan bisnis, keamanan digital, siklus hidup produk, mengubah bagaimana bisnis bekerja, mengubah supply chain process, mengubah metode pendidikan dan tuntutan skill dari lulusan dunia pendidikan, mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi kita, dan yang tak kalah penting juga mempengaruhi karakter dan kehidupan manusianya.
Di era sekarang ini, kecepatan dan penggunaan teknologi internet dapat mengantarkan siapa saja menjadi pemenang. Namun di sisi lain, menyisakan sederet masalah yaitu tergantikannya peran manusia oleh mesin pintar dan internet.
Era ini juga memunculkan situasi VUCA, yaitu volatility (volatilitas)/cepat berubah, uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Karenanya siapapun dalam situasi ini ditantang untuk bisa adaptif, agile, responsif, sekaligus inovatif.
Karenanya yang tak kalah penting, untuk menghadapi masalah revolusi industri 4.0, perlu disiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi yang mengutamakan kualitas bukan kuantitas. Lembaga yang sangat berperan dalam mempersiapkan sumber daya manusia salah satunya adalah pendidikan, termasuk organisasi perkaderan umat dan kecendekiawanan semacam ICMI dan Masika ICMI.
Pendidikan iptek memberikan kemajuan dalam perkembangan revolusi industri 4.0. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sains mempelajari alam dan aspek-aspeknya yang diterapkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui teknologi.
Teknologi dapat diakses di mana saja dan oleh siapa saja tanpa batas. Teknologi, khususnya dunia digital, saat ini juga memberikan peluang dan tantangan sekaligus. Memberikan dampak positif dan negatif sekaligus. Bagaimana misalnya, anak-anak kita saat ini sudah terbiasa dengan dunia yang serbainternet, di satu sisi membuat mereka lebih cepat dan lebih mudah belajar, sementara di sisi lain kita sebagai orangtua tidak bisa maksimal dalam mengawasinya.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari teknologi, tentu diperlukan pengetahuan dan pemahaman agama yang luas. Islam mendorong pemeluknya untuk maju dan modern. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan eksperimen dalam segala hal termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap sebagai bagian dari ayat-ayat Allah yang perlu dikaji.
Sebab saat ini masih menjadi pertanyaan, benarkah kita sudah siap menghadapinya? Bukankah petani kita, misalnya, masih menggunakan cangkul ketimbang automatisasi melalui teknologi digital? Lantas bagaimana kita bisa mengakselerasi masyarakat Indonesia, misalnya di dunia pertanian tadi, yang konon sebagian besar masih menggunakan pola era 2.0, untuk bisa mencapai 4.0. Bahkan Jepang saja sudah berbicara tentang Society 5.0, yang lebih fokus pada aspek manusianya.
Konsep 5.0 memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot, IoT) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman. Society 5.0 sendiri baru saja diresmikan 2 tahun yang lalu, pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai resolusi atas revolusi industri 4.0.
Society 5.0 adaah era di mana komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi, yang dapat meminimalisir kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi di kemudian hari. Dan inilah yang menjadi tantangan Masika. Pernas kali ini menggagas tema yang diurai secara lebih riil dan rekomendatif.
Pemuda ICMI atau terlahir sebagai Masika (Majelis Sinergi Kalam) ICMI memang belum semapan dan sebesar organisasi kepemudaan lainnya yang sudah berjalan puluhan tahun dan yang aktifitasnya banyak dilirik pihak lain, tapi setidaknya kita sudah berbuat dari hal yang kecil, berhimpun dan melakukan sesuatu. Di sinilah peran kita sebagai cendekiawan muslim, khususnya cendekiawan muda, untuk hadir dan turut mengakselerasi kemampuan bangsa Indonesia dan umat Islam khususnya, agar siap menghadapi kompleksitas tantangan industri 4.0.
Salam hormat & takzim,
Ferry Kurnia Rizkiyansyah ~ FKR
Ketua Umum Masika ICMI 2015 - 2020
Tantangan Society 5.0
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, August 24, 2023
Dr. Ferry Kurnia Rizkiyansyah (Foto Dok. Pribadi) |
Fakta sosial yang berkembang menjadi patologi sosial di masyarakat saat ini adalah munculnya hedonism, rendahnya budaya intelektual dan literasi, politik identitas yang cenderung destruktif, hoax, materialistik dan konflik horizontal di masyarakat.
Di sisi lain saat ini, dunia sedang menghadapi era revolusi industri 4.0. Era ini ditandai dengan munculnya pesawat autopilot, robot pintar, komputer super, neuroteknologi, dan teknologi nano.
Revolusi industri 4.0 merupakan perubahan cara kerja yang berfokus pada pola ekonomi digital, kecerdasan buatan, big data, robotik dan lain-lain. Perubahan ini dikenal sebagai fenomena inovasi disruptif.
Dampak dari industri 4.0 ini akan mempengaruhi banyak hal: Mempengaruhi model layanan dan bisnis, keamanan digital, siklus hidup produk, mengubah bagaimana bisnis bekerja, mengubah supply chain process, mengubah metode pendidikan dan tuntutan skill dari lulusan dunia pendidikan, mempengaruhi kehidupan sosial-ekonomi kita, dan yang tak kalah penting juga mempengaruhi karakter dan kehidupan manusianya.
Di era sekarang ini, kecepatan dan penggunaan teknologi internet dapat mengantarkan siapa saja menjadi pemenang. Namun di sisi lain, menyisakan sederet masalah yaitu tergantikannya peran manusia oleh mesin pintar dan internet.
Era ini juga memunculkan situasi VUCA, yaitu volatility (volatilitas)/cepat berubah, uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas). Karenanya siapapun dalam situasi ini ditantang untuk bisa adaptif, agile, responsif, sekaligus inovatif.
Karenanya yang tak kalah penting, untuk menghadapi masalah revolusi industri 4.0, perlu disiapkan sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi yang mengutamakan kualitas bukan kuantitas. Lembaga yang sangat berperan dalam mempersiapkan sumber daya manusia salah satunya adalah pendidikan, termasuk organisasi perkaderan umat dan kecendekiawanan semacam ICMI dan Masika ICMI.
Pendidikan iptek memberikan kemajuan dalam perkembangan revolusi industri 4.0. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sains mempelajari alam dan aspek-aspeknya yang diterapkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui teknologi.
Teknologi dapat diakses di mana saja dan oleh siapa saja tanpa batas. Teknologi, khususnya dunia digital, saat ini juga memberikan peluang dan tantangan sekaligus. Memberikan dampak positif dan negatif sekaligus. Bagaimana misalnya, anak-anak kita saat ini sudah terbiasa dengan dunia yang serbainternet, di satu sisi membuat mereka lebih cepat dan lebih mudah belajar, sementara di sisi lain kita sebagai orangtua tidak bisa maksimal dalam mengawasinya.
Untuk meminimalisir dampak negatif dari teknologi, tentu diperlukan pengetahuan dan pemahaman agama yang luas. Islam mendorong pemeluknya untuk maju dan modern. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dan eksperimen dalam segala hal termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi dianggap sebagai bagian dari ayat-ayat Allah yang perlu dikaji.
Sebab saat ini masih menjadi pertanyaan, benarkah kita sudah siap menghadapinya? Bukankah petani kita, misalnya, masih menggunakan cangkul ketimbang automatisasi melalui teknologi digital? Lantas bagaimana kita bisa mengakselerasi masyarakat Indonesia, misalnya di dunia pertanian tadi, yang konon sebagian besar masih menggunakan pola era 2.0, untuk bisa mencapai 4.0. Bahkan Jepang saja sudah berbicara tentang Society 5.0, yang lebih fokus pada aspek manusianya.
Konsep 5.0 memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern (AI, Robot, IoT) untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman. Society 5.0 sendiri baru saja diresmikan 2 tahun yang lalu, pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai resolusi atas revolusi industri 4.0.
Society 5.0 adaah era di mana komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi, yang dapat meminimalisir kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi di kemudian hari. Dan inilah yang menjadi tantangan Masika. Pernas kali ini menggagas tema yang diurai secara lebih riil dan rekomendatif.
Pemuda ICMI atau terlahir sebagai Masika (Majelis Sinergi Kalam) ICMI memang belum semapan dan sebesar organisasi kepemudaan lainnya yang sudah berjalan puluhan tahun dan yang aktifitasnya banyak dilirik pihak lain, tapi setidaknya kita sudah berbuat dari hal yang kecil, berhimpun dan melakukan sesuatu. Di sinilah peran kita sebagai cendekiawan muslim, khususnya cendekiawan muda, untuk hadir dan turut mengakselerasi kemampuan bangsa Indonesia dan umat Islam khususnya, agar siap menghadapi kompleksitas tantangan industri 4.0.
Salam hormat & takzim,
Ferry Kurnia Rizkiyansyah ~ FKR
Ketua Umum Masika ICMI 2015 - 2020
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment