Home
» Serba-Serbi
» Evha Tiara Oktova, Sarjana Ekonomi Unpad Sukses Bisnis Logam Mulya dan Perhiasan Emas
Wednesday, July 10, 2024
Evha Tiara bersama keluarga (Foto dok. pribadi) |
Emas erat hubungannya dengan manfaat. Emas kerap dipakai alat perlindungan ketika Negara dilanda inflasi dan labilnya ekonomi. Nilai emas yang cenderung stabil dan tahan lama jadi alat investasi utama. Emas juga dianggap bentuk diversifikasi portofolio, yang bisa mengamankan nilai kekayaan dan fluktuasi pasar.
Emas sejak zaman kuno sudah jadi barang yang bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kata para ahli sejarah, sejak 6000 sebelum masehi emas sudah jadi pusat perhatian manusia, dicari, digali, disimpan, diperdagangkan, malah jadi bahan permusuhan dan peperangan.
Berabad-abad emas dijadikan simbol kekayaan di setiap paradaban. Dari mulai peradaban Mesir Kuno di makam firaun, hingga zaman Romawi yang mencetak koin emas untuk alat tukar perdagangan internasional. Emas juga tercatat dalam sejarah peradaban China, India, dan Amerika Latin, sebagai lambang status dan kekuasaan.
Manusia zaman baheula sudah paham akan keunikan dan keindahan emas. Selaku logam mulia yang langka dan awet, emas diajadikan alat tukar, perhiasan, dan investasi/tabungan yang tinggi nilainya.
Pada zaman kiwari pun Emas tetap dijagokan jadi alat investasi yang aman, tidak hanya oleh emak-emak. “Kaum muda, juga sekarang sudah melek emas, banyak yang investasi ke perhiasan logam mulia. Sebab tahan inflasi, kalau uang dari tahun ke tahun cenderung turun niainya, kalau emas naik terus. Jadi Insha Alloh aman lah, kalau kita punya emas, ada keperluan, tinggal bawa aja ke toko emas, langsung cair, dari pada kita nabung di bank,“ demikian kata Evha Tiara Oktova, di sela-sela acara grand opening Toko Emas Manikam, miliknya, di Paskal Hyper Square blok C6, Jalan Pasirkaliki No. 23 Kelurahan Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Sabtu (29 /6/2024).
Toko Emas Manikam yang berlokasi beberapa meter sebelah utara pintu masuk parkir kendaraan Paskal Hypersqure ini, merupakan Toko emasnya yang pertama. Toko Emas ini menyediakan rupa-rupa perhiasan untuk masyarakat Bandung, baik untuk fashion maupun untuk investasi, menabung dengan perhiasan emas.
Macam-macam perhiasan emas, cincin, kalung, giwang, dsb, dari mulai kadar 8 karat, 17 karat hingga 24 karat, ada di sini. Ada emas kuning dan emas putih, bagus-bagus dan indah modelnya. Tapi kata Evha, perhiasan emas putih lebih digandrungi daripada emas kuning atau perak. Sebab, emas putih terbuat dari campuran logam mulia perak, nikel, palladium atau seng, yang dicampur emas murni.
Harganya pun murah sebab tidak dikenakan ongkos jasa pembuatan. Beda dengan toko emas lainnya, serta harga buy back, kalau dijual lagi, harganya mengikuti harga emas saat itu. Jadi bakal terus-terusan naik, akan sangat menguntungkan. Toko Emas Manikam juga memasang harga lebih murah lagi untuk konsumen yang jadi member (anggota) perusahaan.
Punya Toko Emas Manikam bagi Evha adalah penantian panjang. Sebelumnya, alumni Manajemen Akuntansi Unpad (2009) ini dari tahun 2015 mengelola perusahaan keluarga bernama “Manik”, di bisnis logam mulia.
Bersama adik tercinta mengelola bisnis logam mulia (Foto dok. pribadi) |
Sebetulnya usai lulus kuliah, Evha pernah bekerja di Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri, juga di Pertamina. Tapi rasa sukanya terhadap logam sudah tak beringsut dari kehidupannya. Makanya ketika kerja di Pertamina Evha nyambil berdagang logam mulia. Awalnya dia menawarkan ke perorangan, ke teman dekat, lama-lama Alhamdulillah, berkat usaha yang tak kenal lelah, jadi banyak reseller (membeli barang untuk dijual kembali ) yang turut bergabung, Demikian juga yang mengajak jadi mitra distributor di seluruh Indonesia, seperti Sulawesi (Manado, Makasar), Sumatera, Kalimantan, Pulau Jawa (Semarang, Sidorajo-Surabaya). Evha juga join di mini gold, emas-emas kecil, hingga lama-lama hasilnya tambah lumayan.
Logam mulia yang diproduksi Manik berupa custom-custom perusahaan seperti untuk hadiah-hadiah pejabat perusahaan di acara pisah-sambut, plakat lapis emas, kartu nama logo emas, souvenir ulang tahun, souvenir grand opening, ulang tahun perusahaan, dsb. Sekarang pun usaha logam mulianya jalan terus serta banyak yang memesan dari seluruh Indonesia, dikelola secara online, ditambah Toko Emas Manikam, berupa perhiasan yang bisa dibeli masarakat umum secara langsung (offline).
“Alhamdulillah, sambutannya bagus, banyak masyarakat umum yang datang ke toko, bukan hanya member atau reseller dan distributor saja. Alhamdulillah tiap hari juga ada yang datang berkunjung ke toko yang buka mulai Pkl. 10 pagi hingga 9 malam,“ kata Evha terlihat bahagia sekali ketika diwawancara wartawan lagi, 6 hari sesudah pembukaan Toko Emas Manikam.
Dimulai dari Hobi Mengumpulkan Emas
Ditanya kenapa Evha tertarik bisnis emas, karena hobi, senang mengumpulkan emas, jawabnya pasti. Orang tuanya pun tidak ada yang berbisnis emas. Bapaknya, Edi Suryadi pensiunan TNI Angkatan Darat dari Kementerian Pertahanan yang ditugaskan di Kodam, ibunya Maria Susanti, ibu rumah tangga biasa. Hanya Evha dan adiknya Alfi Riadi,alumni Fisif HI Unjani, yang berbisnis emas. Putra-putranya pun belum disiapkan untuk meneruskan bisnis emas, hanya si bungsu Ilona Mahaleva adiknya Aufat Manikam, namanya dijadikan brand/merk fashion Mahaleva, dan toko yang menyediakan baju-baju, topi, sepatu model tren anak muda ini sebentar lagi akan launching di kota Bandung.
Launching Toko Emas Manikam bersama keluarga (Foto Asep GP) |
Yang namanya emas kalau disimpan, ditabung, bakalan jadi duit yang berlipat ganda nilainya, apalagi kalau kita dagang emas, bisa menyelamatkan aset (kekayaan) kita. “Itu yang saya alami dan rasakan selama ini. Emas itu gampang dijualnya tidak seperti menjual tanah, rumah, atau investasi uang yang rawan kena inflasi. Tinggal datang aja ke toko emas, langsung cair dibayar, tidak perlu repot-repot menawarkan dulu seperti mau menjual rumah, lahan, tanah, dsb,“ kata Evha pasti.
Berbagai jenis perhiasan di Toko Manikam (Foto Asep GP) |
Jadi Evha memang dari dulu senang menabung emas, dan biasanya yang punya logam mulia kalau punya satu selalu saja mau nambah jadi dua, tiga, dsb, ya semacam koleksi.
Apalagi kalau sudah merasakan harganya yang cenderung naik terus dari waktu ke waktu. Dulu belinya 500 rebu/gram dan sekarang harga emas pergramnya sudah 1,4 juta, jadi untung besar kalau dijual saat ini. Beda lagi dengan uang yang selalu dikuntit inflasi. “Jadi ketika dunia pailit duit, emas justru menampakan powernya. Emas itu mau lagi perang atau musim pandemi, pasti selalu naik harganya,“ demikian kata Evha.
Presentasi di acara Lions Club, emas bagus untuk investasi & anti inflasi (Foto Asep GP) |
Evha mengaku sudah sejak dulu senang emas, bukan emas perhiasan, tapi logam mulianya. Tapi lama-lama seiring berjalannya waktu karena melihat banyak masyarakat sekarang yang suka perhiasan. Maka Evha mendirikan toko emas Manikam di Pascal Hypersquare Bandung. Walau banyak saingan, bagi Evha tidak menjadikannya keder atau berkecil hati, tapi jadi nambah motivasi, berani bersaing dengan toko-toko emas besar yang sudah ada sebelumnya di kawasan tersebut.
Lihatlah motto-nya juga, “Siap meng-Emaskan Dunia!”. Saya berharap anak-anak muda dan semua kalangan melek emas. Emas itu barang yang gampal dijualnya, jadi penolong disaat kita punya kebutuhan, emas anti inflasi dan investasi jangka panjang. Semoga saja pemerintah pun lebih banyak mencetak emas untuk kemakmuran negeri daripada diekspor ke luar negeri,“ demikian pungkas istri Ipda Agil Apriandi yang bertugas di Polda Jabar. (Asep GP)***
Evha Tiara Oktova, Sarjana Ekonomi Unpad Sukses Bisnis Logam Mulya dan Perhiasan Emas
Posted by
Tatarjabar.com on Wednesday, July 10, 2024
Evha Tiara bersama keluarga (Foto dok. pribadi) |
Emas erat hubungannya dengan manfaat. Emas kerap dipakai alat perlindungan ketika Negara dilanda inflasi dan labilnya ekonomi. Nilai emas yang cenderung stabil dan tahan lama jadi alat investasi utama. Emas juga dianggap bentuk diversifikasi portofolio, yang bisa mengamankan nilai kekayaan dan fluktuasi pasar.
Emas sejak zaman kuno sudah jadi barang yang bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kata para ahli sejarah, sejak 6000 sebelum masehi emas sudah jadi pusat perhatian manusia, dicari, digali, disimpan, diperdagangkan, malah jadi bahan permusuhan dan peperangan.
Berabad-abad emas dijadikan simbol kekayaan di setiap paradaban. Dari mulai peradaban Mesir Kuno di makam firaun, hingga zaman Romawi yang mencetak koin emas untuk alat tukar perdagangan internasional. Emas juga tercatat dalam sejarah peradaban China, India, dan Amerika Latin, sebagai lambang status dan kekuasaan.
Manusia zaman baheula sudah paham akan keunikan dan keindahan emas. Selaku logam mulia yang langka dan awet, emas diajadikan alat tukar, perhiasan, dan investasi/tabungan yang tinggi nilainya.
Pada zaman kiwari pun Emas tetap dijagokan jadi alat investasi yang aman, tidak hanya oleh emak-emak. “Kaum muda, juga sekarang sudah melek emas, banyak yang investasi ke perhiasan logam mulia. Sebab tahan inflasi, kalau uang dari tahun ke tahun cenderung turun niainya, kalau emas naik terus. Jadi Insha Alloh aman lah, kalau kita punya emas, ada keperluan, tinggal bawa aja ke toko emas, langsung cair, dari pada kita nabung di bank,“ demikian kata Evha Tiara Oktova, di sela-sela acara grand opening Toko Emas Manikam, miliknya, di Paskal Hyper Square blok C6, Jalan Pasirkaliki No. 23 Kelurahan Arjuna, Kec. Cicendo, Kota Bandung, Sabtu (29 /6/2024).
Toko Emas Manikam yang berlokasi beberapa meter sebelah utara pintu masuk parkir kendaraan Paskal Hypersqure ini, merupakan Toko emasnya yang pertama. Toko Emas ini menyediakan rupa-rupa perhiasan untuk masyarakat Bandung, baik untuk fashion maupun untuk investasi, menabung dengan perhiasan emas.
Macam-macam perhiasan emas, cincin, kalung, giwang, dsb, dari mulai kadar 8 karat, 17 karat hingga 24 karat, ada di sini. Ada emas kuning dan emas putih, bagus-bagus dan indah modelnya. Tapi kata Evha, perhiasan emas putih lebih digandrungi daripada emas kuning atau perak. Sebab, emas putih terbuat dari campuran logam mulia perak, nikel, palladium atau seng, yang dicampur emas murni.
Harganya pun murah sebab tidak dikenakan ongkos jasa pembuatan. Beda dengan toko emas lainnya, serta harga buy back, kalau dijual lagi, harganya mengikuti harga emas saat itu. Jadi bakal terus-terusan naik, akan sangat menguntungkan. Toko Emas Manikam juga memasang harga lebih murah lagi untuk konsumen yang jadi member (anggota) perusahaan.
Punya Toko Emas Manikam bagi Evha adalah penantian panjang. Sebelumnya, alumni Manajemen Akuntansi Unpad (2009) ini dari tahun 2015 mengelola perusahaan keluarga bernama “Manik”, di bisnis logam mulia.
Bersama adik tercinta mengelola bisnis logam mulia (Foto dok. pribadi) |
Sebetulnya usai lulus kuliah, Evha pernah bekerja di Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri, juga di Pertamina. Tapi rasa sukanya terhadap logam sudah tak beringsut dari kehidupannya. Makanya ketika kerja di Pertamina Evha nyambil berdagang logam mulia. Awalnya dia menawarkan ke perorangan, ke teman dekat, lama-lama Alhamdulillah, berkat usaha yang tak kenal lelah, jadi banyak reseller (membeli barang untuk dijual kembali ) yang turut bergabung, Demikian juga yang mengajak jadi mitra distributor di seluruh Indonesia, seperti Sulawesi (Manado, Makasar), Sumatera, Kalimantan, Pulau Jawa (Semarang, Sidorajo-Surabaya). Evha juga join di mini gold, emas-emas kecil, hingga lama-lama hasilnya tambah lumayan.
Logam mulia yang diproduksi Manik berupa custom-custom perusahaan seperti untuk hadiah-hadiah pejabat perusahaan di acara pisah-sambut, plakat lapis emas, kartu nama logo emas, souvenir ulang tahun, souvenir grand opening, ulang tahun perusahaan, dsb. Sekarang pun usaha logam mulianya jalan terus serta banyak yang memesan dari seluruh Indonesia, dikelola secara online, ditambah Toko Emas Manikam, berupa perhiasan yang bisa dibeli masarakat umum secara langsung (offline).
“Alhamdulillah, sambutannya bagus, banyak masyarakat umum yang datang ke toko, bukan hanya member atau reseller dan distributor saja. Alhamdulillah tiap hari juga ada yang datang berkunjung ke toko yang buka mulai Pkl. 10 pagi hingga 9 malam,“ kata Evha terlihat bahagia sekali ketika diwawancara wartawan lagi, 6 hari sesudah pembukaan Toko Emas Manikam.
Dimulai dari Hobi Mengumpulkan Emas
Ditanya kenapa Evha tertarik bisnis emas, karena hobi, senang mengumpulkan emas, jawabnya pasti. Orang tuanya pun tidak ada yang berbisnis emas. Bapaknya, Edi Suryadi pensiunan TNI Angkatan Darat dari Kementerian Pertahanan yang ditugaskan di Kodam, ibunya Maria Susanti, ibu rumah tangga biasa. Hanya Evha dan adiknya Alfi Riadi,alumni Fisif HI Unjani, yang berbisnis emas. Putra-putranya pun belum disiapkan untuk meneruskan bisnis emas, hanya si bungsu Ilona Mahaleva adiknya Aufat Manikam, namanya dijadikan brand/merk fashion Mahaleva, dan toko yang menyediakan baju-baju, topi, sepatu model tren anak muda ini sebentar lagi akan launching di kota Bandung.
Launching Toko Emas Manikam bersama keluarga (Foto Asep GP) |
Yang namanya emas kalau disimpan, ditabung, bakalan jadi duit yang berlipat ganda nilainya, apalagi kalau kita dagang emas, bisa menyelamatkan aset (kekayaan) kita. “Itu yang saya alami dan rasakan selama ini. Emas itu gampang dijualnya tidak seperti menjual tanah, rumah, atau investasi uang yang rawan kena inflasi. Tinggal datang aja ke toko emas, langsung cair dibayar, tidak perlu repot-repot menawarkan dulu seperti mau menjual rumah, lahan, tanah, dsb,“ kata Evha pasti.
Berbagai jenis perhiasan di Toko Manikam (Foto Asep GP) |
Jadi Evha memang dari dulu senang menabung emas, dan biasanya yang punya logam mulia kalau punya satu selalu saja mau nambah jadi dua, tiga, dsb, ya semacam koleksi.
Apalagi kalau sudah merasakan harganya yang cenderung naik terus dari waktu ke waktu. Dulu belinya 500 rebu/gram dan sekarang harga emas pergramnya sudah 1,4 juta, jadi untung besar kalau dijual saat ini. Beda lagi dengan uang yang selalu dikuntit inflasi. “Jadi ketika dunia pailit duit, emas justru menampakan powernya. Emas itu mau lagi perang atau musim pandemi, pasti selalu naik harganya,“ demikian kata Evha.
Presentasi di acara Lions Club, emas bagus untuk investasi & anti inflasi (Foto Asep GP) |
Evha mengaku sudah sejak dulu senang emas, bukan emas perhiasan, tapi logam mulianya. Tapi lama-lama seiring berjalannya waktu karena melihat banyak masyarakat sekarang yang suka perhiasan. Maka Evha mendirikan toko emas Manikam di Pascal Hypersquare Bandung. Walau banyak saingan, bagi Evha tidak menjadikannya keder atau berkecil hati, tapi jadi nambah motivasi, berani bersaing dengan toko-toko emas besar yang sudah ada sebelumnya di kawasan tersebut.
Lihatlah motto-nya juga, “Siap meng-Emaskan Dunia!”. Saya berharap anak-anak muda dan semua kalangan melek emas. Emas itu barang yang gampal dijualnya, jadi penolong disaat kita punya kebutuhan, emas anti inflasi dan investasi jangka panjang. Semoga saja pemerintah pun lebih banyak mencetak emas untuk kemakmuran negeri daripada diekspor ke luar negeri,“ demikian pungkas istri Ipda Agil Apriandi yang bertugas di Polda Jabar. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment