Tuesday, August 20, 2024
Asep Chaerulloh Sunda Jaganing Geto (Foto Istimewa)
Peluncuran dilakukan langsung oleh Pendiri Gema Persaudaraan Sunda Nusantara (Gesantara) Hendra Gunawan, di Sera Cafe Bandung (19/8/2024). Hadir dalam acara tersebut 40 orang dari berbagai kalangan. Termasuk seniman-budayawan, dan tokoh-tokoh kasundaan.
Hendra Gunawan yang juga seorang tokoh seni-budaya Jawa Barat menjelaskan, bahwa tujuan dibentuknya Ormas Gesantara adalah untuk menciptakan hubungan yang baik dengan organisasi kemasyarakatan lain yang memiliki kesamaan nilai dasar dan kesejarahan. Selain itu, organisasi ini juga berupaya mengembangkan dirinya sebagai kekuatan penggerak dan pelopor dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Hendra Gunawan, Gesantara Pelopor Dalam Membangun Masayarakat Yang Adil, Makmur, Sejahtera (Foto Istimewa)
Dalam acara peluncuran ini, Hendra mengundang Asep Chaerulloh, seorang seniman dan aktivis yang dikenal sebagai penggagas konsep visium, untuk menjadi pembicara utama. Tema yang diangkat dalam peluncuran ini adalah "Sunda Jaganing Geto," yang mengusung semangat untuk menjaga dan menghidupkan kembali budaya Sunda.
Asep Chaerulloh dalam pemaparannya menekankan bahwa budaya bukan hanya sekadar masa lalu, tetapi juga terkait erat dengan masa kini dan masa depan. Menurutnya, budaya yang tidak diamalkan hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan di museum. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk memahami bahwa nilai-nilai budaya harus dikaitkan dengan keunggulan agar dapat bertahan dan mempengaruhi masa depan.
Lebih lanjut, Asep menyarankan perlunya pendekatan "learning from the past" (belajar dari pengalaman) dan "learning from the future" (belajar dari masa depan) dalam menjaga keberlangsungan budaya. Pendekatan ini, menurutnya, akan membuat budaya tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi kekuatan yang dapat mengarahkan masa depan.
Respon positif mengalir dari para peserta terhadap paparan Asep. Banyak yang setuju bahwa pemikiran seperti ini sangat dibutuhkan untuk memastikan budaya Sunda tidak hanya tetap hidup, tetapi juga berkembang di tengah arus modernitas.
Hendra Gunawan menyampaikan bahwa acara launching ini juga merupakan forum diskusi terbatas (FGD) yang akan berlanjut dalam beberapa pertemuan ke depan. FGD ini diharapkan dapat menjadi ruang bagi para pemangku kepentingan budaya Sunda untuk terus berbagi ide dan merumuskan langkah-langkah konkret.
Dengan diluncurkannya Ormas Gesantara, diharapkan organisasi ini bisa menjadi garda terdepan dalam upaya menjaga dan mengembangkan budaya Sunda, sehingga nilai-nilai budaya tersebut tetap relevan dan berdaya guna bagi masyarakat masa kini dan masa depan. (Rls/NSR/AGP)***
Ormas Gesantara Lahir Untuk Hidupkan Budaya Sunda di Masa Depan
Asep Chaerulloh Sunda Jaganing Geto (Foto Istimewa)
Peluncuran dilakukan langsung oleh Pendiri Gema Persaudaraan Sunda Nusantara (Gesantara) Hendra Gunawan, di Sera Cafe Bandung (19/8/2024). Hadir dalam acara tersebut 40 orang dari berbagai kalangan. Termasuk seniman-budayawan, dan tokoh-tokoh kasundaan.
Hendra Gunawan yang juga seorang tokoh seni-budaya Jawa Barat menjelaskan, bahwa tujuan dibentuknya Ormas Gesantara adalah untuk menciptakan hubungan yang baik dengan organisasi kemasyarakatan lain yang memiliki kesamaan nilai dasar dan kesejarahan. Selain itu, organisasi ini juga berupaya mengembangkan dirinya sebagai kekuatan penggerak dan pelopor dalam membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Hendra Gunawan, Gesantara Pelopor Dalam Membangun Masayarakat Yang Adil, Makmur, Sejahtera (Foto Istimewa)
Dalam acara peluncuran ini, Hendra mengundang Asep Chaerulloh, seorang seniman dan aktivis yang dikenal sebagai penggagas konsep visium, untuk menjadi pembicara utama. Tema yang diangkat dalam peluncuran ini adalah "Sunda Jaganing Geto," yang mengusung semangat untuk menjaga dan menghidupkan kembali budaya Sunda.
Asep Chaerulloh dalam pemaparannya menekankan bahwa budaya bukan hanya sekadar masa lalu, tetapi juga terkait erat dengan masa kini dan masa depan. Menurutnya, budaya yang tidak diamalkan hanya akan menjadi sejarah yang tersimpan di museum. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk memahami bahwa nilai-nilai budaya harus dikaitkan dengan keunggulan agar dapat bertahan dan mempengaruhi masa depan.
Lebih lanjut, Asep menyarankan perlunya pendekatan "learning from the past" (belajar dari pengalaman) dan "learning from the future" (belajar dari masa depan) dalam menjaga keberlangsungan budaya. Pendekatan ini, menurutnya, akan membuat budaya tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi kekuatan yang dapat mengarahkan masa depan.
Respon positif mengalir dari para peserta terhadap paparan Asep. Banyak yang setuju bahwa pemikiran seperti ini sangat dibutuhkan untuk memastikan budaya Sunda tidak hanya tetap hidup, tetapi juga berkembang di tengah arus modernitas.
Hendra Gunawan menyampaikan bahwa acara launching ini juga merupakan forum diskusi terbatas (FGD) yang akan berlanjut dalam beberapa pertemuan ke depan. FGD ini diharapkan dapat menjadi ruang bagi para pemangku kepentingan budaya Sunda untuk terus berbagi ide dan merumuskan langkah-langkah konkret.
Dengan diluncurkannya Ormas Gesantara, diharapkan organisasi ini bisa menjadi garda terdepan dalam upaya menjaga dan mengembangkan budaya Sunda, sehingga nilai-nilai budaya tersebut tetap relevan dan berdaya guna bagi masyarakat masa kini dan masa depan. (Rls/NSR/AGP)***
No comments :
Post a Comment