|
Pengunjung Pameran Diverity of
Nusantara Art di KJRI New York AS. (dok Pribadi) |
Kegiatan pameran ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), New York Amerika Serikat dan bekerjasama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Pameran Diversity of Nusantara Art "DNA" ini dibuka secara resmi oleh Winanto Adi, Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York City, dan dilanjutkan sambutan oleh Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA., Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pada Minggu, (24/11/ 2024) Pk. 13.00 - 18.00 waktu AS, di KJRI New York USA. Serta ditutup pada hari Rabu (27/11/ 2024), oleh Ilham Sacabrata selaku Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs.
Acara pembukaan pameran tersebut dihadiri oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang berada di New York diantaranya, Fefe Anggono (Taste of Surabaya di New York City), Pelukis Debora dan suami, Makmur Tarigan, Icha dan Supandi (Sunda Kitchen di New Jersey), dan sejumlah mahasiswa dari New York City, serta Mr. Dale Willman seorang jurnalis dan fotografer Newscaster, NPR dari Saratoga Albany New York USA.
|
Suasana Pameran (Dok.Pribadi) |
Tentu saja hal ini merupakan suatu kebahagian tak terhingga bagi Warli dan ia sangat berterima kasih, terutama atas dukungan Konjen RI New York Winanto Adi beserta seluruh jajarannya dan kepada Rektor UPI Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA., Wakil Rektor Bidang Riset, Usaha, dan Kerjasama, Prof. Bunyamin Maftuh, MA, juga tim delegasi UPI yan hadir pada saat itu, seperti ; Prof. Elly Malihah, M.Si, ( Tim Task-force World Class University/WCU), Prof. Dr. Juntika Nur Iksan, M.Pd., (Direktur Sekolah Pascasarjana UPI), Prof. Dr. Encep Syarief Nurdin, SH., Drs., M.Pd., M.Si, (Kaprodi Pendidikan Umum dan Karakter SPs UPI), Prof. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., (Ketua Program Studi Pendidikan Guru SPs UPI), Tita Fatimah, S.Pd., Nunung Nurlaelasari, S.Pd., Dra. Nurmala, Muhammad Mutofid dan Yati Mulyati. Pada pameran di hari berikutnya hadir diantaranya ; Huzil Afwa dari Washington, DC., Rikhie Adrian dan Yuki Rumampuk dari New Jersey serta pengunjung lainnya.
|
Foto
bersama dengan Rektor Upi dan delegasi UPI beserta tamu undangan pada acara
Pembukaan Pameran Seni Rupa “Diversity of Nusantara Art” (Dok.Pribadi) |
Winanto Adi, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan pameran seni rupa yang mengusung misi budaya Indonesia di kancah internasional, khususnya di New York City, Amerika Serikat. Ia menegaskan bahwa kota New York merupakan salah satu pusat seni rupa dunia, dan merupakan hal yang sangat baik bagi Indonesia untuk berperan dalam memperkenalkan kebudayaannya di sini. Apalagi bertepatan dengan hari Wayang Sedunia yang diakui UNESCO, bahwa wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan budaya tak benda milik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 7 November 2013, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 pada 17 Desember 2018.
|
Warli Haryana bersama Rektor UPI
Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA. pada saat pembukaan pameran “Diversity of
Nusantara Art”. (Dok.Pribadi). |
Dari pihak UPI, Rektor UPI Prof. Solehuddin, pada sambutannya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Konjen RI Winanto Adi, yang telah memberikan kesempatan yang luar biasa kepada salah satu staf dosen UPI, Warli Haryana dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa, FPSD UPI, untuk dapat berpameran di Gedung Ruang Pancasila KJRI New York City, AS. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Nadia Marlene Eunike, Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KJRI New York dan Ilham Azenal Sacabrata, Konsul Muda Penerangan Sosial Budaya KJRI New York, serta Mirdian Tri Hardani, Bapak Makmur Tarigan yang turut membantu terlaksananya pameran ini.
|
Jo Cowtree, Ornamen Nusantara:
seni primitif Papua dan Batik, Mix media
(Dok Pribadi) |
Prof. Solehuddin menyebutkan bahwa dirinya bersama Wakil Rektor Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, MA., dan delegasi, usai mengikuti kegiatan konferensi di Nashville Vanderbilt University, dan Ohio State University di Washington, DC, sengaja hadir untuk mendukung Warli Haryana agar pameran ini berjalan lancar dan sukses.
|
Warli Haryana bersama Bapak Ilham
Sacabrata Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs (Dok.Pribadi) |
Dalam sambutannya Prof. Solehuddin sangat mengapresiasi karya Warli Haryana dan Jo Cowtree, yang berupaya melestarikan budaya bangsa lewat karya seninya. Pak Rektor menambahkan, “Seni yang telah diciptakan oleh kedua perupa ini bukan hanya sebagai keindahan visual semata, tetapi juga sebagai media dalam menyampaikan nilai-nilai filosofis warisan budaya,“ katanya.
|
Warli Haryana bersama Konsul Jenderal RI New York, Winanto Adi (Dok. Pribadi) |
Di sesi pengantar pameran, Prof. Juntika Nur Iksan, Direktur Sekolah Pascasarjana UPI, memberikan apresiasi dalam sudut pandang seni sebagai terapi. Juntika memaparkan bahwa seni visual “DNA” yang dipamerkan saat ini, dipandang sebagai seni kreatif yang memiliki manfaat seni sebagai terapi. “Seni dapat dijadikan sebagai salah salah satu cara pengobatan yang efektif untuk menghilangkan depresi, memperkuat indentitas pribadi dan keterhubungan dengan sosial,“ tandasnya.
|
Pengunjung Pameran Diverity of
Nusantara Art di KJRI New York
AS. (dok.Pribadi) |
Setelah memberikan paparannya Prof. Juntika mengajak pengunjung pameran untuk mengekspresikan diri, dengan menggambar atau menulis bebas sesuai keinginan ekspresi pribadinya dengan menggunakan spidol akrilik bermacam-macam warna yang telah tersedia (setidaknya ada 48 warna) pada sehelai kain panjang berwarna putih. Kegiatan ini diawali oleh eskpresi jiwa dari Bapak Konjen RI di New York dan Bapak Rektor UPI sekaligus menjadi tanda dibukanya secara resmi pameran "Diversity of Nusantara Art".
|
Pertemuan
bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia
di New York AS,
Winanto Adi dengan Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia, Prof.
Dr. Solehuddin, M.Pd., MA. dan Delegasi UPI serta bersama kedua
seniman Warli Haryana dan Jo Cowtree. (Dok.Pribadi) |
Pameran ini pun tak luput dari perhatian Mr. Dale Willman seorang jurnalis dan fotografer Newscaster, NPR dari Saratoga Albany New York USA. Ia memberikan tanggapannya bahwa karya-karya Warli Haryana yang dipamerkan memilliki tema dan bentuk karya yang luar biasa, unik dan ikonik memberikan nuansa budaya cermin Indonesia. Dale mengapresiasi betul bahwa ada yang ia sukai, yaitu setiap gagasan karya Warli Haryana yang diungkapkan melalui cerita dan dirinya.
|
Warli Haryana bersama Jurnalis
dan fotografer senior dari Newscaster dan NPR New York Cita AS. (dok.Pribadi) |
“Saya selalu menyukai karya Warli, bahkan dengan adanya Warli datang ke New York City sangat senang hati saya datang dari Saratoga NY USA ke Gedung Konsulat Jenderal RI di New York. Dia teman baik saya,“ katanya serius. Warli pun diundang untuk tinggal di rumahnya selama 4 hari dan diajari beberapa teknik fotografi dengan diajak praktik langsung diantaranya ke Lake George NY USA.
Pada penutupan pameran (27/11/ 2024), Ilham Sacabrata selaku Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs, menyampaikan bahwa pameran ini selain menyuguhkan karya Warli Haryana dan Jo Cowtree ditampilkan pula beberapa karya wayang digital yang dibuat oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI dan juga hasil karya dari Mahasiswa Columbia University yang telah mengikuti “Workshop Self Exploration Trough Motif Batik and Wayang” yang diselenggarakan pada tanggal 21 November 2024.
|
Warli Haryana, Menari di atas
Bulan - Dancing on the Moon, Digital on Canvas |
Kata Ilham Sacabrata, karya Warli Haryana dan Jo Cowtree ini saling melengkapi dalam suatu kolaborasi, yaitu Warli yang tinggal di Bandung Indonesia, menghadirkan karya seni yang terinspirasi dari filosofi tradisi wayang, dan diekspresikan melalui pendekatan seni kontemporer dengan sentuhan teknologi digital dan manual. Sementara Jo Cowtree mengekspresikan karyanya dengan teknik manual dengan estetika seni tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya sebagai orang Indonesia yang dipengaruhi oleh kehidupannya di Amerika Serikat. “Dengan menyajikan karya ekspresif dari kedua perupa ini, pengunjung dapat menikmati presentasi yang unik; satu DNA seni yang diekspresikan melalui dua imajinasi yang berbeda,“ pungkasnya.
**
Diversity of Nusantara Art "DNA" adalah tema Pameran Seni Rupa yang mengangkat ekspresi artistik dua perupa Indonesia yang tinggal di Bandung dan New York City. Meski lokasi mereka berbeda, keduanya berakar pada budaya Indonesia. Kedua perupa ini adalah Warli Haryana sebagai praktisi seni dan pendidik seni, dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) dan Jo Cowtree sebagai praktisi seni BOLABALI New York. Lahir di Indonesia pada tahun 1956. Menyukai seni lukis dengan latar belakang 25 tahun dalam bisnis kreatif untuk periklanan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Australia, serta menjadi guest lecturer dosen praktisi di Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI.
|
Karya
Warli Haryana, Wahyu Tohjali - Tohjali's Revelation, Hybrid: Manual
& Digital on Canvas |
Warli Haryana, sebagai seorang praktisi seni dan pendidik seni, memberikan gagasannya bahwa sebagai pendidik, setiap karya yang diciptakannya berusaha untuk memiliki misi edukasi. Ia, memamerkan karya-karyanya dengan mengusung 3 penanda, yaitu; 1) Menari di Bulan: ia menceritakan lukisan ini bayangan dirinya bahwa sejak kelas 2 SD, Warli H kecil memiliki mimpi untuk dapat sekolah di pendidikan tinggi walau ekonomi orang tua tidak memungkinkan. Warli H kecil, saat itu tetap berusaha membantu orang tuanya dengan membiayai pendidikannya sendiri. Meskipun banyak tantangan, termasuk lembah yang curam, dan badai besar. Tetapi setiap usaha disertai doa, akan menemukan jalan untuk meraihnya. Apakah ini masih mimpi ia bertanya pada diriya sendiri! Setelah 45 tahun, berkelana dan berjuang dengan karyanya, Tuhan memberikan anugerah mendarat di "bulan" Kota New York menemukan purnama bulan yang dapat diceritakan pada dunia. 2) Nafsu Jiwa: pada karya ini menceritakan bahwa hidup manusia adalah sebuah perjuangan yang harus diraih untuk mencapai kesuksesan dan kebermanfaatan, sehingga kita harus mampu menghadapi godaan dan rintangan hidup. 3) Wahyu Tohjali: Memahami Akar Budaya, pada karya ini, Warli H mengajak generasi gen-z untuk selalu berkarya dan tidak melupakan jati dirinya, agar masyarakat dunia mengetahui budaya Indonesia. Warli juga memberikan pandangannya sebagai masyarakat dunia, sudah sepatutnya menjaga keberagaman, untuk bersatu membangun keharmonisan dan keselarasan. Seperti halnya karya-karya Warli ini yang terinspirasi dari filosofi tradisi wayang, yang diekspresikan dengan keselarasan teknologi melalui pendekatan seni kontemporer sebagai seni hybrid (analog dan digital).
Sementara Karya Jo Cowtree, memadukan kesederhanaan, keanggunan, dan seni primitif Papua dengan batik dari Jawa, Indonesia. Dengan menggunakan unsur-unsur alam dan simbol-simbol dari kedua budaya tersebut, Cowtree menciptakan ekspresi baru yang eksotis. Budaya Papua, khususnya suku Asmat, dikenal dengan kesederhanaan dan ritualnya yang kuat, memengaruhi Cowtree untuk menggunakan warna-warna tanah seperti oker, cokelat, dan putih yang dibingkai dengan kontur hitam yang magis. Sebaliknya, keanggunan batik diaplikasikan secara ornamen dan eksotis, berpadu secara harmonis. Kerinduan Cowtree terhadap alam tropis Indonesia saat tinggal di Amerika tetap hidup melalui imajinasi dan kreasi, yang selalu terbuka terhadap seni Barat modern. Melalui karya ini, Cowtree ingin memperkenalkan sebagian kecil keindahan dan kekayaan budaya Indonesia, memamerkan bagaimana seni dapat menjembatani budaya dan memberikan inspirasi tanpa batas. (Rls/ Asep GP)***
Tatarjabar.com
December 05, 2024
CB Blogger
Indonesia
Warli Haryana (Dosen Seni Rupa UPI) & Jo Cowtree (Praktisi Seni NYC USA) Sukses Gelar Pameran Seni Rupa di New York City USA
|
Pengunjung Pameran Diverity of
Nusantara Art di KJRI New York AS. (dok Pribadi) |
Kegiatan pameran ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), New York Amerika Serikat dan bekerjasama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Pameran Diversity of Nusantara Art "DNA" ini dibuka secara resmi oleh Winanto Adi, Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York City, dan dilanjutkan sambutan oleh Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA., Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), pada Minggu, (24/11/ 2024) Pk. 13.00 - 18.00 waktu AS, di KJRI New York USA. Serta ditutup pada hari Rabu (27/11/ 2024), oleh Ilham Sacabrata selaku Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs.
Acara pembukaan pameran tersebut dihadiri oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang berada di New York diantaranya, Fefe Anggono (Taste of Surabaya di New York City), Pelukis Debora dan suami, Makmur Tarigan, Icha dan Supandi (Sunda Kitchen di New Jersey), dan sejumlah mahasiswa dari New York City, serta Mr. Dale Willman seorang jurnalis dan fotografer Newscaster, NPR dari Saratoga Albany New York USA.
|
Suasana Pameran (Dok.Pribadi) |
Tentu saja hal ini merupakan suatu kebahagian tak terhingga bagi Warli dan ia sangat berterima kasih, terutama atas dukungan Konjen RI New York Winanto Adi beserta seluruh jajarannya dan kepada Rektor UPI Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA., Wakil Rektor Bidang Riset, Usaha, dan Kerjasama, Prof. Bunyamin Maftuh, MA, juga tim delegasi UPI yan hadir pada saat itu, seperti ; Prof. Elly Malihah, M.Si, ( Tim Task-force World Class University/WCU), Prof. Dr. Juntika Nur Iksan, M.Pd., (Direktur Sekolah Pascasarjana UPI), Prof. Dr. Encep Syarief Nurdin, SH., Drs., M.Pd., M.Si, (Kaprodi Pendidikan Umum dan Karakter SPs UPI), Prof. Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., (Ketua Program Studi Pendidikan Guru SPs UPI), Tita Fatimah, S.Pd., Nunung Nurlaelasari, S.Pd., Dra. Nurmala, Muhammad Mutofid dan Yati Mulyati. Pada pameran di hari berikutnya hadir diantaranya ; Huzil Afwa dari Washington, DC., Rikhie Adrian dan Yuki Rumampuk dari New Jersey serta pengunjung lainnya.
|
Foto
bersama dengan Rektor Upi dan delegasi UPI beserta tamu undangan pada acara
Pembukaan Pameran Seni Rupa “Diversity of Nusantara Art” (Dok.Pribadi) |
Winanto Adi, menyampaikan apresiasinya atas penyelenggaraan pameran seni rupa yang mengusung misi budaya Indonesia di kancah internasional, khususnya di New York City, Amerika Serikat. Ia menegaskan bahwa kota New York merupakan salah satu pusat seni rupa dunia, dan merupakan hal yang sangat baik bagi Indonesia untuk berperan dalam memperkenalkan kebudayaannya di sini. Apalagi bertepatan dengan hari Wayang Sedunia yang diakui UNESCO, bahwa wayang sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan budaya tak benda milik Indonesia yang ditetapkan pada tanggal 7 November 2013, dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2018 pada 17 Desember 2018.
|
Warli Haryana bersama Rektor UPI
Prof. Dr. Solehuddin, M.Pd., MA. pada saat pembukaan pameran “Diversity of
Nusantara Art”. (Dok.Pribadi). |
Dari pihak UPI, Rektor UPI Prof. Solehuddin, pada sambutannya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Konjen RI Winanto Adi, yang telah memberikan kesempatan yang luar biasa kepada salah satu staf dosen UPI, Warli Haryana dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa, FPSD UPI, untuk dapat berpameran di Gedung Ruang Pancasila KJRI New York City, AS. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Nadia Marlene Eunike, Koordinator Fungsi Penerangan Sosial Budaya KJRI New York dan Ilham Azenal Sacabrata, Konsul Muda Penerangan Sosial Budaya KJRI New York, serta Mirdian Tri Hardani, Bapak Makmur Tarigan yang turut membantu terlaksananya pameran ini.
|
Jo Cowtree, Ornamen Nusantara:
seni primitif Papua dan Batik, Mix media
(Dok Pribadi) |
Prof. Solehuddin menyebutkan bahwa dirinya bersama Wakil Rektor Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, MA., dan delegasi, usai mengikuti kegiatan konferensi di Nashville Vanderbilt University, dan Ohio State University di Washington, DC, sengaja hadir untuk mendukung Warli Haryana agar pameran ini berjalan lancar dan sukses.
|
Warli Haryana bersama Bapak Ilham
Sacabrata Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs (Dok.Pribadi) |
Dalam sambutannya Prof. Solehuddin sangat mengapresiasi karya Warli Haryana dan Jo Cowtree, yang berupaya melestarikan budaya bangsa lewat karya seninya. Pak Rektor menambahkan, “Seni yang telah diciptakan oleh kedua perupa ini bukan hanya sebagai keindahan visual semata, tetapi juga sebagai media dalam menyampaikan nilai-nilai filosofis warisan budaya,“ katanya.
|
Warli Haryana bersama Konsul Jenderal RI New York, Winanto Adi (Dok. Pribadi) |
Di sesi pengantar pameran, Prof. Juntika Nur Iksan, Direktur Sekolah Pascasarjana UPI, memberikan apresiasi dalam sudut pandang seni sebagai terapi. Juntika memaparkan bahwa seni visual “DNA” yang dipamerkan saat ini, dipandang sebagai seni kreatif yang memiliki manfaat seni sebagai terapi. “Seni dapat dijadikan sebagai salah salah satu cara pengobatan yang efektif untuk menghilangkan depresi, memperkuat indentitas pribadi dan keterhubungan dengan sosial,“ tandasnya.
|
Pengunjung Pameran Diverity of
Nusantara Art di KJRI New York
AS. (dok.Pribadi) |
Setelah memberikan paparannya Prof. Juntika mengajak pengunjung pameran untuk mengekspresikan diri, dengan menggambar atau menulis bebas sesuai keinginan ekspresi pribadinya dengan menggunakan spidol akrilik bermacam-macam warna yang telah tersedia (setidaknya ada 48 warna) pada sehelai kain panjang berwarna putih. Kegiatan ini diawali oleh eskpresi jiwa dari Bapak Konjen RI di New York dan Bapak Rektor UPI sekaligus menjadi tanda dibukanya secara resmi pameran "Diversity of Nusantara Art".
|
Pertemuan
bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia
di New York AS,
Winanto Adi dengan Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia, Prof.
Dr. Solehuddin, M.Pd., MA. dan Delegasi UPI serta bersama kedua
seniman Warli Haryana dan Jo Cowtree. (Dok.Pribadi) |
Pameran ini pun tak luput dari perhatian Mr. Dale Willman seorang jurnalis dan fotografer Newscaster, NPR dari Saratoga Albany New York USA. Ia memberikan tanggapannya bahwa karya-karya Warli Haryana yang dipamerkan memilliki tema dan bentuk karya yang luar biasa, unik dan ikonik memberikan nuansa budaya cermin Indonesia. Dale mengapresiasi betul bahwa ada yang ia sukai, yaitu setiap gagasan karya Warli Haryana yang diungkapkan melalui cerita dan dirinya.
|
Warli Haryana bersama Jurnalis
dan fotografer senior dari Newscaster dan NPR New York Cita AS. (dok.Pribadi) |
“Saya selalu menyukai karya Warli, bahkan dengan adanya Warli datang ke New York City sangat senang hati saya datang dari Saratoga NY USA ke Gedung Konsulat Jenderal RI di New York. Dia teman baik saya,“ katanya serius. Warli pun diundang untuk tinggal di rumahnya selama 4 hari dan diajari beberapa teknik fotografi dengan diajak praktik langsung diantaranya ke Lake George NY USA.
Pada penutupan pameran (27/11/ 2024), Ilham Sacabrata selaku Vice Consul for Information and Socio Cultural Affairs, menyampaikan bahwa pameran ini selain menyuguhkan karya Warli Haryana dan Jo Cowtree ditampilkan pula beberapa karya wayang digital yang dibuat oleh mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI dan juga hasil karya dari Mahasiswa Columbia University yang telah mengikuti “Workshop Self Exploration Trough Motif Batik and Wayang” yang diselenggarakan pada tanggal 21 November 2024.
|
Warli Haryana, Menari di atas
Bulan - Dancing on the Moon, Digital on Canvas |
Kata Ilham Sacabrata, karya Warli Haryana dan Jo Cowtree ini saling melengkapi dalam suatu kolaborasi, yaitu Warli yang tinggal di Bandung Indonesia, menghadirkan karya seni yang terinspirasi dari filosofi tradisi wayang, dan diekspresikan melalui pendekatan seni kontemporer dengan sentuhan teknologi digital dan manual. Sementara Jo Cowtree mengekspresikan karyanya dengan teknik manual dengan estetika seni tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisionalnya sebagai orang Indonesia yang dipengaruhi oleh kehidupannya di Amerika Serikat. “Dengan menyajikan karya ekspresif dari kedua perupa ini, pengunjung dapat menikmati presentasi yang unik; satu DNA seni yang diekspresikan melalui dua imajinasi yang berbeda,“ pungkasnya.
**
Diversity of Nusantara Art "DNA" adalah tema Pameran Seni Rupa yang mengangkat ekspresi artistik dua perupa Indonesia yang tinggal di Bandung dan New York City. Meski lokasi mereka berbeda, keduanya berakar pada budaya Indonesia. Kedua perupa ini adalah Warli Haryana sebagai praktisi seni dan pendidik seni, dosen Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia (FPSD UPI) dan Jo Cowtree sebagai praktisi seni BOLABALI New York. Lahir di Indonesia pada tahun 1956. Menyukai seni lukis dengan latar belakang 25 tahun dalam bisnis kreatif untuk periklanan di Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Australia, serta menjadi guest lecturer dosen praktisi di Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI.
|
Karya
Warli Haryana, Wahyu Tohjali - Tohjali's Revelation, Hybrid: Manual
& Digital on Canvas |
Warli Haryana, sebagai seorang praktisi seni dan pendidik seni, memberikan gagasannya bahwa sebagai pendidik, setiap karya yang diciptakannya berusaha untuk memiliki misi edukasi. Ia, memamerkan karya-karyanya dengan mengusung 3 penanda, yaitu; 1) Menari di Bulan: ia menceritakan lukisan ini bayangan dirinya bahwa sejak kelas 2 SD, Warli H kecil memiliki mimpi untuk dapat sekolah di pendidikan tinggi walau ekonomi orang tua tidak memungkinkan. Warli H kecil, saat itu tetap berusaha membantu orang tuanya dengan membiayai pendidikannya sendiri. Meskipun banyak tantangan, termasuk lembah yang curam, dan badai besar. Tetapi setiap usaha disertai doa, akan menemukan jalan untuk meraihnya. Apakah ini masih mimpi ia bertanya pada diriya sendiri! Setelah 45 tahun, berkelana dan berjuang dengan karyanya, Tuhan memberikan anugerah mendarat di "bulan" Kota New York menemukan purnama bulan yang dapat diceritakan pada dunia. 2) Nafsu Jiwa: pada karya ini menceritakan bahwa hidup manusia adalah sebuah perjuangan yang harus diraih untuk mencapai kesuksesan dan kebermanfaatan, sehingga kita harus mampu menghadapi godaan dan rintangan hidup. 3) Wahyu Tohjali: Memahami Akar Budaya, pada karya ini, Warli H mengajak generasi gen-z untuk selalu berkarya dan tidak melupakan jati dirinya, agar masyarakat dunia mengetahui budaya Indonesia. Warli juga memberikan pandangannya sebagai masyarakat dunia, sudah sepatutnya menjaga keberagaman, untuk bersatu membangun keharmonisan dan keselarasan. Seperti halnya karya-karya Warli ini yang terinspirasi dari filosofi tradisi wayang, yang diekspresikan dengan keselarasan teknologi melalui pendekatan seni kontemporer sebagai seni hybrid (analog dan digital).
Sementara Karya Jo Cowtree, memadukan kesederhanaan, keanggunan, dan seni primitif Papua dengan batik dari Jawa, Indonesia. Dengan menggunakan unsur-unsur alam dan simbol-simbol dari kedua budaya tersebut, Cowtree menciptakan ekspresi baru yang eksotis. Budaya Papua, khususnya suku Asmat, dikenal dengan kesederhanaan dan ritualnya yang kuat, memengaruhi Cowtree untuk menggunakan warna-warna tanah seperti oker, cokelat, dan putih yang dibingkai dengan kontur hitam yang magis. Sebaliknya, keanggunan batik diaplikasikan secara ornamen dan eksotis, berpadu secara harmonis. Kerinduan Cowtree terhadap alam tropis Indonesia saat tinggal di Amerika tetap hidup melalui imajinasi dan kreasi, yang selalu terbuka terhadap seni Barat modern. Melalui karya ini, Cowtree ingin memperkenalkan sebagian kecil keindahan dan kekayaan budaya Indonesia, memamerkan bagaimana seni dapat menjembatani budaya dan memberikan inspirasi tanpa batas. (Rls/ Asep GP)***
No comments :
Post a Comment