Thursday, January 30, 2025
![]() |
Foto Istimewa |
Seni erat hubungannya dengan kreatifitas. Seniman sebagai orang yang kreatif memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.Dia dapat menangkap hal-hal kecil yang tidak diperhatikan orang lain di lingkungannya. Bathinnya peka merekam gejolak sosial, ada perang dalam bathinnya, dan kegelisahannya itu dia tuangkan dalam sebuah karya seni nan indah.
Ya seperti bisa dilihat dari ‘Blah-Blah War’ (BBW) karya Rudi ST Darma, merupakan contoh interpretasi seorang seniman terhadap dirinya sendiri yang sedang berperang. bukan sesungguhnya perang "war" adanya rudal atau nuklir, tetapi makna perang dalam Blah Blah War ini bisa diartikan memiliki makna perang melawan terhadap dirinya sendiri atas ketidakpuasan akan bathinnya akibat yang terjadi di lingkungan dirinya atau atas perlikaku masyarakat kini yang ia sedang amati.
‘Blah Blah War dan Solo Exhibition’ karya Rudi Setia Darma yang pernah dia pentaskan di Abraham and Smith Jl. Tamblong Dalam No. 2 Bandung (28/062024). Merupakan kontemplasi diri dalam menapaki jejak-jejak rupa Rudi, yang ia torehkan ke dalam karya-karyanya, seakan mengajak masyarakat yang hadir atau penikmat seni ikut merenungkan akan kegelisahannya terhadap luapan-luapan batinnya dalam menandai setiap makna-makna simbolik yang tersirat dalam setiap wujud karyanya, ataupun akan rekam jejak nilai-nilai estetik pada medianya, yang berusaha ia ungkapkan,“ demikina dikatakan Warli Haryana, praktisi seni dan Kaprodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI Bandung.
![]() |
Foto Istimewa |
Dimata pelukis wayang yang baru-baru ini berpameran ‘DIVERSITY OF NUSANTARA ART “DNA’ bersama Jo Cowtree Di Konsulat jenderal RI Kota New York, Amerika Serikat, (24-27/11/ 2024) ini, karya-karya Rudi dari tahun 1990 yang ia kenal hingga saat ini, Rudi, tetap ajeg dalam memberikan penanda dari setiap karya-karya yang ia ciptakan. Tetap konsisten dalam berkeseniannya. Yang lebih menarik lagi, Rudi selalu mengajak junior-junior di almamaternya, yaitu mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI maupun para mahasiswa di kampus lain seperti ISBI, Maranatha, IKJ turut serta dalam bimbingannya.
Dalam setiap pamerannya ia tetap mengajak generasi muda berkolaborasi dalam merancang suatu kegiatan pameran tunggal. Keinginannya adalah agar seniman muda atau calon akademisi seni harus memahami sebuah proses berkesenian, berkomunitas dan juga dalam penyelenggaraan pameran serta dalam kuratorial. Sehingga nanti mereka akan memilih atau menemukan jati dirinya akan ke mana dalam pengalaman berkesenian yang ia jalani.
Di Bandung Rudi ST Darma, merupakan seniman yang tak diragukan dalam loyalitasnya, dalam kiprah kesenimannya. Seolah tak ada jeda untuk sejenak berleha-leha saja, ia selalu merindukan aktifitas yang mampu memberikan inspirasi dan eksplorasi dalam nafas kesenirupaannya.
![]() |
Foto Istimewa |
“Rudi Setia Darma seorang seniman Bandung yang mampu melakukan eksplorasi karya dan memiliki wujud sesuai gejolak jiwanya. Terlintas dari setiap karya yang hadir memiliki makna dalam interpretasinya. Karya-karya seolah-olah ada benang merah dari masa lalu dan masa kini,“ demikian kata Warli Haryana.
Menurut Rudi sendiri, dirinya mungkin tidak sedang performance art, tapi sebenarnya sedang bermain Blah Blah War (BBW), karena dia begitu paham, sangat mengenali BBW yang dia proklamirkan tahun 1987, saat membuat BBW pertama kali dengan judul kecil BLAH BLAH WAR: POMPEI, di Sanur, Denpasar-Bali. Walau sebenarnya BBW sudah pula dia wariskan pada Yoyoyogasmana (kini Humas di Kampung Adat Ciptagelar), tapi semestinya tidak masalah karena BBW sudah jadi legacy, warisan budaya sebagai salah satu identitas 'kaum kami'.
![]() |
Foto Istimewa |
“Kenapa BBW? Karena BBW adalah kredo dimana aku tidak ingin dibatasi, membatasi media untuk kerja kreatifku, kerja seniku, seperti juga merujuk pada tema-temaku yang selalu bicara tentang konflik manusia sebagai pusat yang memunculkan dinamika di berbagai ranah sosial politik budaya dan seterusnya. BBW adalah aksi reaksi olah gerak, olah rasa, olah visual, olah audio visual yang mengakar pada kondisi awal dari berbagai disiplin ilmu tersebut secara tidak utuh, yang kemudian menjadi medium untuk mereaksi. Rudi BLAH BLAH WAR: SETELAH 24! di Abraham And Smith, merupakan paket lengkap dari bagaimana kerja seni aku yang cenderung mereaksi tadi, sehingga eksplorasi tidak hanya melulu medium 2 atau 3D, tapi juga gerak,“ pungkas Rudi Setia Darma. (Asep GP)***
Blah Blah War Rudi ST Darma, Perang Bathin Sang Seniman Merekam Zaman
Posted by
Tatarjabar.com on Thursday, January 30, 2025
![]() |
Foto Istimewa |
Seni erat hubungannya dengan kreatifitas. Seniman sebagai orang yang kreatif memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya.Dia dapat menangkap hal-hal kecil yang tidak diperhatikan orang lain di lingkungannya. Bathinnya peka merekam gejolak sosial, ada perang dalam bathinnya, dan kegelisahannya itu dia tuangkan dalam sebuah karya seni nan indah.
Ya seperti bisa dilihat dari ‘Blah-Blah War’ (BBW) karya Rudi ST Darma, merupakan contoh interpretasi seorang seniman terhadap dirinya sendiri yang sedang berperang. bukan sesungguhnya perang "war" adanya rudal atau nuklir, tetapi makna perang dalam Blah Blah War ini bisa diartikan memiliki makna perang melawan terhadap dirinya sendiri atas ketidakpuasan akan bathinnya akibat yang terjadi di lingkungan dirinya atau atas perlikaku masyarakat kini yang ia sedang amati.
‘Blah Blah War dan Solo Exhibition’ karya Rudi Setia Darma yang pernah dia pentaskan di Abraham and Smith Jl. Tamblong Dalam No. 2 Bandung (28/062024). Merupakan kontemplasi diri dalam menapaki jejak-jejak rupa Rudi, yang ia torehkan ke dalam karya-karyanya, seakan mengajak masyarakat yang hadir atau penikmat seni ikut merenungkan akan kegelisahannya terhadap luapan-luapan batinnya dalam menandai setiap makna-makna simbolik yang tersirat dalam setiap wujud karyanya, ataupun akan rekam jejak nilai-nilai estetik pada medianya, yang berusaha ia ungkapkan,“ demikina dikatakan Warli Haryana, praktisi seni dan Kaprodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI Bandung.
![]() |
Foto Istimewa |
Dimata pelukis wayang yang baru-baru ini berpameran ‘DIVERSITY OF NUSANTARA ART “DNA’ bersama Jo Cowtree Di Konsulat jenderal RI Kota New York, Amerika Serikat, (24-27/11/ 2024) ini, karya-karya Rudi dari tahun 1990 yang ia kenal hingga saat ini, Rudi, tetap ajeg dalam memberikan penanda dari setiap karya-karya yang ia ciptakan. Tetap konsisten dalam berkeseniannya. Yang lebih menarik lagi, Rudi selalu mengajak junior-junior di almamaternya, yaitu mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa FPSD UPI maupun para mahasiswa di kampus lain seperti ISBI, Maranatha, IKJ turut serta dalam bimbingannya.
Dalam setiap pamerannya ia tetap mengajak generasi muda berkolaborasi dalam merancang suatu kegiatan pameran tunggal. Keinginannya adalah agar seniman muda atau calon akademisi seni harus memahami sebuah proses berkesenian, berkomunitas dan juga dalam penyelenggaraan pameran serta dalam kuratorial. Sehingga nanti mereka akan memilih atau menemukan jati dirinya akan ke mana dalam pengalaman berkesenian yang ia jalani.
Di Bandung Rudi ST Darma, merupakan seniman yang tak diragukan dalam loyalitasnya, dalam kiprah kesenimannya. Seolah tak ada jeda untuk sejenak berleha-leha saja, ia selalu merindukan aktifitas yang mampu memberikan inspirasi dan eksplorasi dalam nafas kesenirupaannya.
![]() |
Foto Istimewa |
“Rudi Setia Darma seorang seniman Bandung yang mampu melakukan eksplorasi karya dan memiliki wujud sesuai gejolak jiwanya. Terlintas dari setiap karya yang hadir memiliki makna dalam interpretasinya. Karya-karya seolah-olah ada benang merah dari masa lalu dan masa kini,“ demikian kata Warli Haryana.
Menurut Rudi sendiri, dirinya mungkin tidak sedang performance art, tapi sebenarnya sedang bermain Blah Blah War (BBW), karena dia begitu paham, sangat mengenali BBW yang dia proklamirkan tahun 1987, saat membuat BBW pertama kali dengan judul kecil BLAH BLAH WAR: POMPEI, di Sanur, Denpasar-Bali. Walau sebenarnya BBW sudah pula dia wariskan pada Yoyoyogasmana (kini Humas di Kampung Adat Ciptagelar), tapi semestinya tidak masalah karena BBW sudah jadi legacy, warisan budaya sebagai salah satu identitas 'kaum kami'.
![]() |
Foto Istimewa |
“Kenapa BBW? Karena BBW adalah kredo dimana aku tidak ingin dibatasi, membatasi media untuk kerja kreatifku, kerja seniku, seperti juga merujuk pada tema-temaku yang selalu bicara tentang konflik manusia sebagai pusat yang memunculkan dinamika di berbagai ranah sosial politik budaya dan seterusnya. BBW adalah aksi reaksi olah gerak, olah rasa, olah visual, olah audio visual yang mengakar pada kondisi awal dari berbagai disiplin ilmu tersebut secara tidak utuh, yang kemudian menjadi medium untuk mereaksi. Rudi BLAH BLAH WAR: SETELAH 24! di Abraham And Smith, merupakan paket lengkap dari bagaimana kerja seni aku yang cenderung mereaksi tadi, sehingga eksplorasi tidak hanya melulu medium 2 atau 3D, tapi juga gerak,“ pungkas Rudi Setia Darma. (Asep GP)***
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
No comments :
Post a Comment