Home » Posts filed under Jawa Barat
Showing posts with label Jawa Barat. Show all posts
Monday, December 16, 2024
![]() |
Fadli Zon (Ketiga Dari Kanan) Tengah Membuka Buku Literasi Budaya Sunda Yang Dihaturkan MMS (Dok. MMS) |
Menteri Kebudayaan RI Dr. H.Fadli Zon,S.S., ,M.Sc, dalam rangkaian kegiatannya di Bandung menerima silaturahmi Pinisepuh, Dewan Pakar Badan Pekerja Majelis dan para budayawan Sunda jejaring Musyawarah Sunda, di Rumah Budaya Ciumbuleuit Jl. Bukit Raya – Bandung, Sabtu (14/12/2024).
Pertemuan ini hasil komunikasi informal dan formal Pinisepuh Pamangku Sunda dan Badan Pekerja MMS. Hadir pada silaturahmi tersebut diantaranya Prof. Dr Ir.Ganjar Kurnia Hj.Halimah Munawir, Dr. Ernawan Koesoemaatmadja, Dra.Ir.Eni Sumarni,Mkes, Wina Erwina,PhD (Pakar Pengetahuan Lokal Alumni Leiden University), Dr. Riadi Darwis (Pakar Gastronomi), Dr. Zaini Alif (Pakar Permainan Anak), Dr. Bucky Wikaque (Ketua DPRD Jawa Barat yang seorang budayawan), Budayawan Budi Dalton Setiawan dan Deni Chandra, serta Nace Permana, M.iKom (Ketua Kongres Seniman Budayawan Jawa Barat). Terlihat juga Guru Besar Tari ISBI Bandung Prof. Een Herdiani, Dr. Ismet Ruchimat, Taufik Faturohman, Ferry Curtis, Hermana HMT, Tony Broer, Andar Manik, dan seniman –budayawan lainnya.
Acara ini diselingi dengan pemberian diplomasi cindera mata berupa baju merah putih dan iket merah putih mega mendung dari MMS, dan pemberian ratusan buku literasi budaya berupa Disertasi,Thesis, dan Buku-buku karya pakar dan jejaring Majelis Musyawarah Sunda diantaranya Thesis Rekonstruksi Keraton Galuh Pakuan (1371-1375 M) dan Kota Pakwan Pajajaran (1482-1521 M) , Filosopi Kujang, Budak Angon, Pengetahuan Lokal Sunda, Permainan Anak Sunda 1-3, dan 5 Jilid Gastronomi Galuh Pakuan dan Sunda karya Dr. Riadi Darwis, sebagai simbolik dukungan dan permohonan MMS agar Kementrian Kebudayaan yang dinakodai Menteri Kebudayaan yang sangat intelektual dan punya aktivitas mendokumentasi karya budaya semakin cepat bergerak dan mendorong karya-karya budaya sunda dan Indonesia semakin terdokumentasi serta menjadi sumber pengetahuan untuk kemajuan kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia, ujar Ketua Badan Pekerja MMS Andri P. Kantaprawira, S.IP,MM.
![]() |
(Dok. Asep JM) |
Dalam sambutannya setelah mendengarkan masukan dari beberapa pakar MMS yang diantaranya disampaikan oleh Ketua Pokja Budaya MMS H.Avi Taufik Hidayat tentang pentingnya negara menetapkan apa saja karakter unggul bangsa Indonesia dan pengajaran karakter unggul bangsa dari mulai SD, sehingga seperti terjadi pada bangsa Jepang dan Jerman yang berubah dari bangsa pemalas dan penipu jadi bangsa besar berkarakter inovatif, disiplin dan pekerja keras, sementar Andarmanik meminta agar implementasi UU No. 5 tentang Pemajuan Kebudayaan dapat segera teknis melahirkan Strategi Kebudayaan Nasional, antara lain diperkuat dengan Perda Pemajuan Kebudayaan Daerah dimulai Perda Pemajuan Kebudayaan Jawa Barat dan pembentukan Dinas Kebudayaan sebagai struktur mandiri di Provinsi serta Kabupaten Kota.
Menteri Kebudayaan RI Dr. H.Fadli Zon,S.S,MSc dalam sambutannya sangat kaget dengan pemberian tersebut secara bercanda ini merupakan "Gratifikasi" ilmu dari pakar dan budayawan Sunda untuk kemajuan Sunda dan Indonesia. Kita perlu meracik dan membangun ekosistem kebudayaan nasional dengan merumuskan strategi kebudayaan nasional yang tepat untuk membangun peradaban Indonesia sebagai salah satu pusat Kebudayaan Dunia karena ke Bhineka Tunggal Ika-annya dan keluhuran substansi makna dan isinya, sesuai pasal 32 UUD 1945.
Kita memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia. Gunung Padang, Candi Batu Jaya, merupakan salah bukti arkeologis kebesaran peradaban sunda yang menjadi pembicaraan dunia,” ujarnya.
![]() |
(Dok. Asep JM) |
“Kita perlu memajukan kebudayaan kita, untuk itu perumusan Strategi Kebudayaan Nasional sangat penting, optimalisasi Dana Abadi Kebudayaan yang masih sering tersisa bahkan tersisa 300 Milyar saat ini penting untuk diisi dengan karya karya budaya yang dapat mencengangkan dunia, untuk itu metoda ekspresi kebudayaan kekinian dengan Artificial Intelegence,Filmografi, Sendratari modern yang menamadukan dengan IT, musik musik yang bersaing dalam musikalitas dunia seperti Voices Of Baceprot, dan karya-karya budaya Generasi Milenial perlu kita dorong untuk eksis menerobos dalam persaingan karya karya budaya dunia,” ujarnya menutup sambutannya.
Sementara itu masih dalam acara yang sama, anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Partai Gerindra Ricky Kurniawan mengatakan pada wartawan sangat mengapresiasi pertemuan Menteri Kebudayaan dengan MMS serta seniman-seniman muda tersebut, karena aspirasi dan harapan-harapan para seniman dan budayawan Sunda ini bisa mereka sampaikan langsung kepada wadah anu merenah, tempat yang pas, yaitu Kementerian Kebudayaan yang merupakan kementerian baru dalam sejarah pemerintahan Indonesia.
“Menurut saya ini positif, ini kan Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan punya kepentingan juga untuk merangkul semuanya. Karena insan budaya, kantong-kantong kebudayaan di Indonesia terutama di Jawa Barat atau Sunda itu sebarannya luar biasa banyak. Ya kita ingin mengkonsolidasikan dalam bentuk harmoni. Ini bagian dari political will yang bagus sekali,“ katanya.
Jadi Ricky punya harapan besar akan hirup-huripna Kebudayaan Sunda ini, apalagi Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Mulyadi sangat konsen dengan budaya Sunda, demikian juga dengan Ketua DPRD nya Bucki Wikagoe (Bucky Wibawa Karya Guna) juga orang budaya dan Fadli Zon sebagai Menteri Kebudayaan sangat familiar dengan budaya Sunda.
![]() |
(Dok. Asep JM) |
Budaya Sunda kata Ricky sangat kaya. Heritage, peninggalan budayanya luar biasa. tapi belum banyak yang tahu dan belum maksimal pemeliharaannya. Dia mencontohkan di satu kecamatan aja di Tamansari Bogor ada 54 situs. “Itu luar biasa dan itu kekayaan historis Sunda dari dulu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi, hanya orang tidak banyak yang menyadari atau banyak orang yang abai. Padahal ini hal besar.
Sebagaimana halnya China sekarang sedang getol-getolnya memulihkan kebanggaan jatidirinya yang sempat diberangus revolusi kebudayaan di masa komunisme. Jadi hal hal-hal yang berbau feodalisme, yang berbau kerajaan zaman dulu mereka hilangkan. Tapi sekarang mereka berbubah haluan, ternyata semua itu penting karena walau bagaimana pun ini jatidirnya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kebudayaannya. Yang sadar akan kekayaan leluhur, asal muasal mereka darimana.
“Jadi kita juga harus berbuat seperti itu. Apalagi budaya Sunda sangat kaya, orang Sunda harus bangga. Seperti yang disampaikan Prof. Ganjar Kurnia (Rektor ke-10 Unpad). ada 500 kesenian-adat istiadat Sunda, tapi yang sekarang masih ditemukan paling 30, itu juga yang masih dipakai sehari-hari paling 10 ini kan sangat disayangkan,“ sesalnya.
Makanya kantong-kantong kebudayaan seperti Majelis Musyawarah Sunda (MMS), seniman –budayawan Sunda, dsb, termasuk kampung-kampung adat yang masih teguh melestarikan budaya Sunda menuntut perhatian khusus.
“Jangan lupa yang namanya kebudayaan itu ada di UUD 45 Pasal 32 Tentang Kebudayaan. Kita kan hafalnya UUD Pasal 33 ayat 3 (Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat), yang suka jadi dipakai kokojo kampanye. Jadi ini Kebudayaan harus dilestarikan. Ini amanat UUD 45 bukan perda dan pergub lagi. Kebudayaan ini sangat penting. Karena hilang budayanya hilang juga bangsanya,“ kata Ricky serius.
Bucky Wikagoe juga berpendapat, ngamumule (melestraikan) budaya Sunda itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi semua stakeholder. Serta ada proses pewarisannya yang yang selama ini jarang dipetakan.
Pertama proses pewarisan itu berjalan dilakukan secara vertikal dari orangt tua ke anak/dari orang dewasa kepada anak, Kemudian ada juga proses horizontal dari usia sebaya. Nah inilah kata Bucky yang membentuk kepribadian individu anak. Nah pertanyaannya apakah proses-proses itu sudah berjalan/tidak.
“Saya ketika kecil di Bandung, sehari-hari orang tua saya nyetel lagu Cianjuran, ibu saya seringkali ada aktivitas latihan nembang, dan saya dipaksa bapak saya ikut latihan Penca juga main Calung. Memang bagi saya waktu itu ketika kelas 2 SD belum bermakna, tapi bukan berarti saya tidak merekam peristiwa itu dan rekamam itu akan terus ada. Nah ketika sudah dewasa rekaman itu akan direfleksikan kembali dalam bentuk nilai-nilai kesetiaan terhadap nilai-nilai kebudayaan yang kita punya. Makanya saya sering menyampaikan ke pemerintah, beri pengalaman sebanyak-banyaknya kepada anak-anak usia pra sekolah (PAUD/TK) dan SD itu diberi pengalaman dengan peristiwa-peristiwa budaya,“ kata Bucky.
![]() |
(Dok. Asep JM) |
Dia juga pernah menyampaikan agar kesenian tradisi diperkenalkan di sekolah-sekolah TK dan SD. Misalnya nada-nada tradisonal yang kita punya, da-mi-na-ti--la-da, itu wajib diajarkan dan diperdengarkan. Nah setelah mereka SMP atau SMA boleh mengeksplor dengan nada-nada Barat.
“Jadi tujuannya untuk perekaman dulu, diajar nari, nembang, gamelan, angklung, penca, dsb. Nah ini gak pernah direkontruksikan melalui kebijakan pemerintah. Bagaimana kita membuat pondasi karakter anak-anak kita diisi oleh nilai-nilai kebudayaan, harusnya dengan political will tadi mau gak pemerintahnya. Nah setelah anak-anak SD itu diisi mereka punya pengalaman dengan peristiwa kebudayaan tadi maka setelah dewasa mereka akan kembali mempelajari seni-budaya tradisional, jadi dengan demikian seni budaya tradisi akan tetap terlestarikan dari generasi ke generasi,“ demikian kata Bucky
“Ngamumule seni-budaya itu harus sabar, harus ada pewarisan kepada anak-anak kecil, lalu untuk remaja seperti apa, orang dewasa seperti apa, kemudian memperbanyak kegiatan festival, memberi peluang pertunjukan yang lebih banyak dengan fasilitas yang memadai, kemudian penghargaan-penghargaan dan yang tidak kalah paling penting, pemerintah harus hadir memperhatikan kehidupan para maestro,“ demikian pungkas Ketua DPRD Jabar. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
December 16, 2024
CB Blogger
Indonesia%20Tengah%20Membuka%20Buku%20Literasi%20Budaya%20Sunda%20Yang%20Dihaturkan%20MMS%20(Dok.%20MMS).jpeg)
Menteri Kebudayaan Silaturahmi dengan Majelis Musyawarah Sunda
Fadli Zon (Ketiga Dari Kanan) Tengah Membuka Buku Literasi Budaya Sunda Yang Dihaturkan MMS (Dok. MMS) Menteri Kebudayaan RI Dr. H.Fadli Zon...
Saturday, November 23, 2024
Setelah menetapkan 13 Pini Sepuh, Menuntut Keadilan UUD Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah, Menolak Aglomerasi UU DKJ di acara “Musyawarah Munggaran (Perdana) Majelis Musyawarah Sunda ( MMS)”, yang digelar Minggu (13/10/ 2024) di Gd. II Lt. 4 Unpad Jl. Dipatikukur No. 35 Bandung, Majelis Musyawarah Sunda kembali mengadakan Rapat yang kali ini digelar di Pojok Sunda, Jl. Linggawastu No. 11 Kota Bandung, Rabu (20/11/2020).
Dalam rapat ini MMS meneguhkan konsolidasi organisasinya dengan mengesahkan struktur organisasi sekaligus menjaring aspirasi para Pini Sepuh.
Hadir dalam kesempatan tersebut, diantaranya: Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA, Dr (HC) Ir. Burhanuddin Abdullah, Laksamana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE, M.AP, Dindin S. Maolani SH, Dr. (Hc), Prof. Dr. Agus Pakpahan, Mayjen TNI (Purn) Deni K. Iriawan, Rd. Holil Aksan Umarzein, juga Okki Jusuf Judanegara, Nunung Sanusi, Kang Dedi Kompas, Asep Ruslan, Asep Zaenal Mustoffa dll, serta para Panata Gawe Andri Perkasa Kantaprawira, dan Nina K. Hikmawati.
Andri Kantaprawira mengatakan pada wartawan, sangat bersyukur karena dalam rapat ini Pini Sepuh Pamangku Sunda, Burhanuddin Abdullah hadir dan memberikan masukan-masukan yang sangat visioner. Majelis Musyawarah Sunda (MMS) harus agresif melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan agendanya, yaitu bagaimana Sunda dapat merumuskan strategi kebudayaan.
“Beliau mengontak menteri kebudayaan dan insya Alloh bersamaan dengan kegiatan kerjanya (HKTI) di Bandung, kita pertemukan dengan Fadli Zon juga dengan Prof. Ganjar Kurnia dan para budayawan dalam waktu dekat ini (10-11 Desember 2024). Selain itu juga MMS akan membesut agenda strategis yang sangat dicita-citakan oleh masyarakat Jabar, bagaimana masyarakat Jabar dapat menuntaskan moratorium pemekaran CPDOB (Calon Persiapan Daerah Otonomi Baru) 10, karena Cirebon Timur baru akan selesai dalam waktu dekat, berarti kita 10 dan Banten 4, jadi 14, karena MMS itu kan meliputi Jabar-Banten dan DKJ,” jelas Andri.
![]() |
Ganjar Kurnia (baju putih) bersama Burhanuddin Abdullah (berpeci). Ade Sopandi dan Dindin S. Maolani (ujung kiri) |
Burhanudin juga kata Andri telah mengontak Tito Karnavian (Mendagri di era Presiden Jokowi) dan pada prinsipnya Mendagri di era Presiden Jokowi ini sangat senang kalau dapat berdialog dengan para inohong (tokoh) Jawa Barat tentang masalah kebangsaan – kenegaraan, dan bagaimana orang Sunda ini dapat berkontribusi dan sebaliknya pemerintah pusat pun dapat memberikan apa yang menjadi hak-hak masyarakat Jabar yaitu masalah pemekaran yang nanti akan segera ada dampaknya terhadap perimbangan keuangan pusat – daerah. Jadi Jabar akan mendapat tambahan-tambahan dana DAU (Dana Alokasi Umum) - DAK (Dana Alokasi Khusus), transport daerah yang tentunya ini dapat digunakan untuk menangani masalah-masalah publik pendidikan, kesehataan, infrastruktur, dll. “Ya Inilah yang akan mempercepat penyelesaian masalah-masalah pembangunan,“ kata Andri.
Sementara, Prof. Agus Pakpahan kata Andri ingin MMS menjadi eksis with voice, eksisnya MMS karena berani menyuarakan kepentingan-kepentingan strategis masyarakat Jabar, Banten dan DKJ.
“Karena MMS ini Dewan Pakarnya aja 400 yang di dalamnya banyak mantan rektor, mantan dirjen mantan sekjen, sayang SDM yang baik dan unggul ini tidak dimaksimalisasi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan strategis rakyat Jabar - Banten dan DKJ,“ tegas Andri.
Adapun tentang Legalitas MMS, Andri katakan ada dinamikanya. Ada yang ingin tetap jadi organisasi informal tanpa legalitas ada yang minta dilegalitaskan badan pekerjanya saja. Kalau dilegalitaskan secara penuh MMS harus melampaui mekanisme-mekanisme keorganisasian.
“Tapi alhamdulillah sekarang mekanisme-mekanisme keorganisasian ini bisa dilaksanakan karena Badan Pekerja sudah sah ditandantangani oleh Pini Sepuh. Ada Pini Sepuh Pamangku Sunda 1 - 13 sebagai presidium. Jadi kita dapat memutuskan masalah-masalah keorganisasian secara musyawarah. Artinya mayoritas para Pini Sepuh Sunda akan berpendapat apa, baru kita eksekusi menjadi tindakan-tindakan administratif. Apakah tindakan-tindajan administratif ini akan ditetapkan pada rapat Pini Sepuh Pamangku Sunda 1-13, atau nanti pada pertemuan besar 4 bulanan, kita jalani saja. Ini kan sebuah kawah Chandradimuka Jabang Tutuka,“ kata Andri.
Selanjutnya kata Andri, MMS juga akan nganjang (berkunjung, beranjangsana), mempererat tali silaturahmi dengan saudara-saudara dari Banten dan DKJ (Jakarta), malah kata kang Burhan harus juga ke Cilacap dan Brebes, karena dulu Sunda itu batasnya dipisahkan Sungai Cipamali (kini Kali Pemali) di Kabupaten Brebes yang hingga sekarang pun penduduknya masih merindukan kesundaan hingga kerap menanggap wayang Golek Sunda, “Jadi kita akan mengikatkan kembali tali kebudayaan yang secara historis bahwa di Pulau Jawa ini terdapat dua suku bangsa, Jawa dan Sunda tapi dalam tatar yang sama yaitu Sunda Besar. Jadi hubungan Jawa-Sunda itu jangan dipolemikan karena dulu mereka asalnya sadapuran, dari keluarga besar yang sama,“ jelas Andri.
![]() |
Ketua Panata Gawe Andri Kantaprawira bersama Nina K. Hikmawati (Foto Asep GP) |
Sementara itu Rektor Unpad ke-10 Prof. Ganjar Kurnia, dihadapan para awak media menjelaskan MMS itu sesuai dengan namannya lebih mengarah pada musyawarah-musyawarah, di sini bukan dalam arti resmi tapi bisa diskusi dan segala macam yang tujuan akhirnya bukan sesuatu yang dikerjakan oleh MMS sendiri, dan MMS sendiri punya 400-an Dewan Pakar yang ahli dalam bidang ilmunya masing-masing.
MMS ini semacam wadah gagasan pemikiran dalam rangka menghidupkembangkan kasundaan itu sendiri. Utamanya membantu dengan sumbangsih pemikiran, “Umpamanya sekarang arah perkembangan budaya sunda, bagaimana perkembangan bahasa Sunda, bagaimana memikirkan supaya manusia-manusia Sunda ini pendidikannya mempunyai kualitas yang tinggi dan bagus, teu juara korupsi.
Terus wilayahnya, bagaimana wilayah-wilayah sunda ini tetap menggambarkan kesundaan, bagaimana supaya wilayah sunda itu kalau hujan tidak kebanjiran, sebab sekarang kita sedang berhadapan dengan masalah lingkungan, dsb. Selain itu ada budayanya, kita memberikan gagasan bagaimana caranya supaya kesenian sunda yang masih ada sekitar 300-an itu jangan sampai tumpur kari catur (musnah tinggal cerita), katanya.
Ketika ditanya tentang minimnya kiprah politik orang Sunda di tingkat nasional, ya paling tidak katanya kita harus menyiapkan kader-kader atau mengingatkan kepada teman-teman kalau mereka punya tanggung jawab. Tapi kata Ganjar soal kiprah orang Sunda di tingkat nasional tidak terlalu penting, apalagi kalau hanya untuk sekedar gagayaan saja. “Yang terpenting sekarang kita harus serius mengurus diri kita sendiri dulu, Gubernur orang Sunda, Waikota Sunda, Bupati Sunda, Camat Sunda, Rw Sunda, Rt Sunda, ke Sunda nya juga akan lebih bagus. Sekarang juga hampir semua para pejabat daerah dari Sunda tapi tetap saja tidak membuat Sunda lebih baik, kalau dilihat dari IPM mah (Indeks pembangunan Manusia). Oleh karena itu sudahlah soal Jakarta mah, memang ada pengaruhnya, tapi paling tidak teman-teman anggota DPR nyaraah ka Sunda, kalau membuat kebijakan jangan sampai merugikan Sunda,“ tandasnya.
Senada dengan itu, Burhanuddin Abdullah menjelaskan bahwa MMS adalah Forum untuk berembug tentang berbagai kepentingan, berbagai masalah dan berbagagai tantangan yang dihadapi masyarakat Sunda. “Ia baru dibentuk beberapa bulan lalu, jadi kalau metafor, itu kelihatannya seperti mesin mobil yang berjalan masih diperseneling satu, masih pemanasan,“ katanya.
Dan kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian di era Presiden Gusdur juga Gubernur Bank Indonesia sejak 2003, pertemuan ini sangat penting. “Karena ingin melihat komitmen-komitmen kita semua dan kalau tadi dilihat dari beberapa pembicaraan memang ada beberapa konsen yang mempertanyakan mengapa kita kok tidak segera melaksanakan apa yang kita pikirkan. Jadi jangan berpikir terus jangan diskusi terus, kita harus mulai melaksanakan. Oleh karena itu maka tadi muncul beberapa gagasan agar kita harus mulai menampakkan diri dan menyuarakan diri pada pemerintah pusat dan kepada masyarakat Jabar sendiri, bahwa MMS itu ada. MMS memang ingin berperan untuk Mensejahterakan secara umum masyarakat Jabar,” paparnya.
Dan untuk memantau semua itu perlu ada laporan profil masyarakat Jabar. Apakah itu per semester (6 bulan) atau setahun sekali. Misalnya profil pendidikan, kita harus melihat tahun depan jumlah mahasiswa Jabar, orang Sunda aslinya berapa? Karena angka statitik 10 tahun yang lalu masyarakat Jabar usia 19-24 yang seharusnya ada di bangku kuliah hanya 7%, bandingkan dengan masyarakat Sumatera Utara 17% dan Sumatera Barat yang juga 17%. “Kita itu masyarakat yang paling rendah partisipasi pendidikannya. Kita ingin lihat apakah tahun depan atau 5 tahun yang akan datang masih seperti itu atau malah semakin turun,“ katanya.
Begitu juga dari sisi ekonomi, industrialisasi di Indonesia ini paling banyak di Jabar. Naik – turunnya industri ini akan berdampak pada rakyat Jabar. Nah apakah ke depan masih seperti itu.
Belum lagi masalah-masalah sosial. Kita tahu kan laporan di awal pada waktu pembentukan MMS ini dilaporkan oleh Sekda bahwa Rasio Gini Jawa Barat 0,425 (menunjukan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk masih tergolong tinggi - Rasio Gini 0,425, berarti 42,5 % pendapatan di Jabar dikuasai 10% penduduk terkaya ). “Saya bilang sama Pak Sekda waktu itu, hati-hati loh kalau 0,45 sedikit lagi itu dimulainya Arab Spring, pemberontakan di Arab itu dimulainya di situ kita harus menjaga segi kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Jawa Barat,“ demikian kata Kang Burhanuddin.
Komisaris Utama PT. PLN (persero) ini juga berpesan, Rakyat Jabar jangan takut politik, dalam artian berpolitik, ingin mengabdi kepada masyarakat, katanya.
Rd. Holil Aksan Umarzen, Ketua Umum Forum Koordinasi Desain Penataan Daerah (Forkodetada) Jabar, punya harapan besar dari MMS ini. “Disini kumpulan sesepuh-sesepuh yang punya reputasi nasional, ada jenderal, ada laksamana, ada rektor. Jadi saya harapkan MMS ini mersepon aspirasi-aspirasi strategis Jawa Barat saat ini yang sedang diperjuangkan di tingkat pusat. Diantaranya pemekaran kabupaten/kota di Jabar yang sedang kami perjuangkan di Forkodetada Jabar yang sekarang sudah 9 CDOB yang diusulkan oleh Pemrov Jabar di Kemendagri dan kami fokus itu apalagi sedang menggeliat tentang dibukamya moratorium oleh praksi-praksi DPR RI,“ katanya.
Pemekaran daerah ini menjadi penting karena ada selisih keuangan pusat ke daerah Jawa Barat lebih kecil dibanding ke jatim dan Jateng. Kita masih tertinggal karena masalah perimbangan keuangan pusat ke daerah itu adalah jumlah pemerintahan bukan jumlah penduduk atau wilayah. Penduduk Jatim dan Jateng lebih kecil dari Jabar, tapi karena jumlah kabupaten/kotanya lebih banyak, jumlah kepala desanya lebih banyak, ya uang pusat pun otomatis lebih banyak ke Jatim dan ke Jateng.Kata Holil.
Menurut Holil respon dari pemerintah terkait pun Sudah serius, gubernur sudah menandatangani surat persetujuan bersama. Gubernur dengan DPRD Jabar pada saat era Ridwan Kamil sudah mengusulkan ke kemendagri (9 yang diusulkan targetnya 13) dan ini luar biasa katanya, dan jangan sampai dibiarkan. “Siapapun gubernurnya, siapapun anggota dewannya harus tetap diperjuangkan. Ini berkaitan dengan urusan politik - ini urusan hak Jabar,“ tegasnya.
“Gubernur Ridwan Kamil dan DPRD sudah menadatangi dan sudah mengusulkan ke DPRD dan siap ketok palu tinggal menunggu buka moratorium, dan ini harus terus dikawal. Jangan samapai karena ini Ridwan Kamil yang bikin terus gubernur selanjutnya diem-diem saja ga boleh begitu. Ini kaitannya dengan hak masyarakat Jabar untuk menambah keuangan dari pusat dan nambah kewenangan,“ pungkasnya. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
November 23, 2024
CB Blogger
Indonesia
Rapat MMS Agar Segera Menunjukkan Taringnya
Setelah menetapkan 13 Pini Sepuh, Menuntut Keadilan UUD Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah, Menolak Aglomerasi UU DKJ di acara “Musya...
Monday, November 18, 2024
![]() |
Pj Gubernur Bey Machmudin Tengah Ngawilujengkeun Kepada Indrawati Lukman Usai Pergelaran (Foto Parno) |
Hal tersebut ditegaskan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, ketika menghadiri acara Pertunjukan Tari Sunda bertajuk "Jalan Sejarah Tari 80 Tahun Indrawati Lukman" di De Majestic, Jalan Braga, No. 1, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, sabtu sore (16/11/2024). Secercah harapan bagi para seniman Sunda untuk tetap bisa bertahan melestarikan seni-budaya Sunda yang adiluhung itu.
Ya semua itu kata Bey, sebagai apresiasi kepada Indrawati Lukman (80) dan Studio Tari Indra atas sumbangsih dan dedikasinya selama 56 tahun melestarikan seni budaya daerah Jawa Barat/Sunda.
Menurut Bey, Indrawati Lukman adalah seorang motivator dan tokoh seni yang dalam usianya 80 tahun masih bisa berkreativitas. Bey yang datang ke Majestic berjalan kaki menyusuri sepanjang Braga Pendek di tengah guyuran hujan, merasa beruntung diundang di pergelaran ini, dan mengakui dia juga pemerhati karya-karya sang Maestro Tari Sunda ini yang menurutnya sangat perfeksionis, filosofis dan penuh warna.
![]() |
Seluruh Pendukung Acara (Foto Parno) |
Intinya karya Indrawati menurut Bey, sangat luar biasa dan selevel dengan karya seniman Yogya Bagong Kusudiardja (sesuai kartu namanya tidak menuliskan Kusudiardjo).
“Jadi ibu tak perlu rendah hati lagi. Dan saya tantang bu Indra bersama STI ini, untuk tampil sebulan sekali di sini (de majestic) dan biayanya kami tanggung. Kami ingin melahirkan dan memperkenalkan kembali ibu, dan saya yakin ibu masih punya nama besar di Indonesia, karena kalau kami tampilkan karya-karya ibu, saya yakin orang Jakarta dan Yogya akan ke sini. Terimakasih sudah menginspirasi kami semua dan saya yakin murid-murid ibu akan bangga semua,“ demikian kata Pak Pj Gubernur Jabar disambut tepuk riuh para hadirin yang memenuhi ruangan.
![]() |
Indrawati Lukman Masih Terampil Menari Di Usianya Yang Ke-80 (Foto Asep GP) |
Dukungan Pj Gubernur kepada Seniman Jawa Barat, sangat disetujui mantan Walikota Bandung Dada Rosada yang juga hadir dalam pergelaran tersebut.
Menurut mantan walikota yang punya sebutan “Bapak Budaya” ini, kita harus mendukung dan membantu kesejahteraan para pelaku seni termasuk untuk STI ini, seperti yang ia lakukan ketika menjabat walikota Bandung, dulu. Seluruh seni budaya Sunda mesti dikembangkan, makanya Kang Dada kala itu sempat membuat gedung untuk sentra seni budaya di Ciporeat seluas 10 hektar. Tapi sayang katanya, tidak dilanjutkan oleh walikota selanjutnya.
![]() |
Masih Gesit (Asep GP) |
“Padahal seni-budaya itu bagian dari kehidupan, ini harus dilanjutkan. Dan untuk itu harus ada pembinaan dan bantuan dana. Karena kegiatan ini bagaimana pun juga memerlukan dana seperti untuk kostum dan atributnya, serta lainnya. Apa yang mereka butuhkan harus dibantu dan yang harus membantunya pemerintah lewat dinas terkait,“ tandasnya.
Jadi untuk Walikota yang akan terpilih nanti, Kang Dada berpesan agar membantu para pelaku seni, apalagi yang melestarikan budaya daerah, karena kalau hilang budayanya hilang juga bangsanya.
![]() |
(Asep GP) |
“Ya kalau saya sebutkan walikota nanti harus bersikap seperti saya terhadap para pelaku seni mah saya seperti sombong. Tapi apa yang saya lakukan selama 10 tahun jadi walikota telah dirasakan oleh mereka, kehidupan dan kegiatannya saya bantu kok,” pungkasnya.
Usai pergelaran dan membawakan Tari Kandagan, Indrawati Lukman yang mendapat dukungan dari pemerintah tersebut kelihatan sangat bahagia dan menyambut hangat tawaran Pj Gubernur untuk magelaran sebulan sekali di de majestic.
![]() |
Salah Satu Karyanya (Asep GP) |
“Saya sangat wellcome karena ini memang cita-cita kami untuk menyuguhkan pertunjukan bagi mereka yang mencintai Tari Sunda. Support dari gubernur itu luar biasa, saya sangat berterima kasih sekali dan mudah-mudahan terealisasi. Beliau sampai nggak mau pulang menyaksikan pertunjukan ini,“ katanya gembira.
Ada 9 tarian yang di pergelarkan saat itu, seperti Tari Rampai Aceh (dibuat tahun 2006), Tari Lagean Tabuhan (2007), Tari Topeng Sasikirana (2022), Tari Moyeg Keprak-Kepruk ( 1988), Tari Ponggawa (1920), Tari Wiragajati (2018), Tari Rinekadewi (1969), Tari Gatotkaca – Antareja (1989), Tari Relati/Kandagan (1958). Semuanya diiringi secara langsung oleh Gamelan di bawah pimpinan Mang Odek dan Sinden Ageng Dewi Resmi. Pergelaran ini juga disutradarai oleh Datam dan MC Ceu Miming.
![]() |
Tari Rampai Aceh, Sebagai Pembuka (Foto Asep GP) |
Hadir dalam kesempatan itu, selain Pj. Gubernur Jabar Bey Machmudin dan Dada Rosada, yaitu Prof. Arthur S .Nalan (Guru Besar Sosiologi Seni ISBI Bandung), Maestro Tari Sunda Aim Salim, Rektor UPI Prof. Solehuddin, Maestro Tari Sunda Irawati Durban, Guru Besar Tari ISBI Bandung Prof. Een Herdiani dan Prof. Endang Tjaturwati, juga Prof. Keri Lestrari dan cawalkot Dandan Riza Wardhana, Dr. Etty RS, perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, alumni Damas, berbagai sanggar, Galih Pakuan, Pusbitari, Setia Luyu, Natya Dance Community, Lises Unpad, dsb. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
November 18, 2024
CB Blogger
Indonesia.jpeg)
Pj Gubernur Bey Machmudin Siap Bantu Indrawati Lukman Tampil Sebulan Sekali di De Majestic
Pj Gubernur Bey Machmudin Tengah Ngawilujengkeun Kepada Indrawati Lukman Usai Pergelaran (Foto Parno) Hal tersebut ditegaskan Pj Gubernu...
Friday, October 11, 2024
![]() |
Fadli Zon (Pakai Caping - Baju Coklat) Bersama Andri Kantaprawira (Iket Hijau) Juga Kang Aher (Bercaping - Baju Hitam), Turun Ke Sawah Memanen Padi (Asep GP) |
Panen padi Budidaya seluas kurang lebih 7 Ha dilahan seluas 13,5 Ha yang ditanami dua jenis varietas hasil Riset Balai Benih Sukamandi yaitu Varietas Digdaya (7 Ha) dan Varietas Ciherang Sub-1 (setara dengan Nutrient Zinc anti stunting seluas 3 Ha) ini berlangsung di Ciherang, Kabupaten Bandung (9/10/2024) .
Selain dihadiri Dr. Fadli Zon Ketua DPN HKTI, hadir juga Dr. Ahmad Heryawan, Lc, M.Si (Anggota DPR RI Dapil II Kabupaten Bandung) bersama istri Dr. Netty Prasetyani, Diyan Anggraeni Sugiarto (Direktur Utama PT. Thara Jaya Niaga), Mayjen TNI (Purn) Tatang Zaenudin (Pembina Gerakan Pilihan Sunda/Presiden Tani Indonesia), Drs. Mahpudi Sukirman, MT (Direktur IKAPI Jawa Barat), Rd. Holil Aksan Umarzein (Wakil Ketua IPHI/Pembina Gerpis), Ketua Gerakan Pilihan Sunda Andri P. Kantaprawira, S.IP, MM, dan banyak lagi.
![]() |
Mencoba Alat Potong Padi Buatan Sendiri (Asep GP) |
Kata Andri hal ini membuktikan bahwa undangan Gerakan Pilihan Sunda dan PT. Thara Jaya Niaga mendapat sambutan positif dari banyak pemangku kepentingan untuk melihat di lapangan apakah benar bahwa teknik Budidaya Digjaya ini dapat dengan segera dalam 1-3 tahun kedepan membangun Ketahanan Pangan Negeri, karena hasil produksinya merupakan nilai lompatan dari 11-12 Ton/Ha/Tahun menjadi 35 Ton/Tahun, artinya bila mengandalkan luasan sawah di Jawa Barat 922.000 Ha dan luasan panen 1,66 juta Ha/tahun maka importasi 3,5 juta padi dari luar negeri dapat ditangani dengan menggunakan lahan sawah yang ada.
![]() |
Haji Endang Sulaeman Ketusla Pokja Agraria Gerpis (Topi Putih) Sedang Menerangkan Teknik Salibu Kepada Fadli Zon Dan Kang Aher (Asep GP) |
Titik ungkil yang ditawarkan adalah meningkatkan produktivitas pertanian baik dari hasil per hektar maupun meningkatkan Indeks Pertanaman menjadi bisa 4x satu Tahun, sehingga kalkulasi konservatif hasil Budidaya Digjaya adalah 35 Ton/Ha/Tahun, melebihi rata-rata nasional 11-12 Ton/Ha/Tahun ataupun maksimal hasil di Mekong Country 14-16 Ton/Ha/Tahun. Budidaya Digjaya melakukan teknik tabela omol (tanam benih langsung benih banyak) yang berbeda dengan teknik tanam pindah (tandur) serta selanjutnya berdasarkan pengetahuan lokal karuhun dilanjutkan dengan teknik menir/salibu sehingga indeks pertanaman bisa mencapai 4x/tahun. Teknik Budidaya Digjaya ini merupakan bauran dari pengetahuan lokal dan pengetahuan akademik dari seorang petani senior yang menjadi Ketua Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda H. Endang Sulaeman.
![]() |
(Asep GP) |
Tentu saja hal ini mendapat sambutan baik dari Ketua DPN HKTI, Fadli Zon, dia memuji para petani dan tokoh petani di Ciherang Pak Endang (Pa HES), yang telah membuat satu inovasi dengan teknik Salibu.
“Ini dengan teknik Salibu, bisa memanen sampai 4 kali sungguh inovasi yang luar biasa Pak Haji Endang ini, bahkan hasilnya bisa mencapai 35 ton pertahun dengan sekali tanam benih langsung (tabela), kemudian dipotong dengan mesin potong hasil inovasi sendiri ditambah beberapa teknik lainnya denga treatmen ekosistem. Saya kira teknik-teknik semacam ini sangat perlu karena target pemerintahan baru yang akan datang, di bawah kepemimpinan Pak Prabowo memang sangat peduli pada sektor pertanian. Karena beliau (Prabowo) juga pernah menjadi ketua Umum BPN HKTI selama 2 periode, saya hanya melanjutkan dan sampai sekarang beliau jadi Pembina HKTI,“ kata Fadli Zon.
![]() |
Fadli Zon, yang Penting Petani Harus Sejahtera (Asep GP) |
Ia juga mengatakan dalam hal pangan, bukan hanya ketahanan tapi swasembada yang utama. Bagaimana bisa mencapai kembali swasembada pangan yang dulu pernah kita capai. Menurut Fadli Zon, Ini memang tak mudah, tantangan berat, karena swasembada pangan ini membutuhkan kerja keras dari semua pihak, terutama yang paling terpenting petaninya harus untung dan HKTI mendorong harga gabah kering panen itu harus menguntungkan petani, termasuk belakangan ini mendorong agar HPP (Harga Pokok Produksi) terutama harga gabah kering panen, naik dengan layak. Petani ini harus untung palingg tidak 30%.
![]() |
Holil Aksan Memotong Tumpeng, Sebagai Ungkapan Rasa Syukur (Asep GP) |
“Nah baru kemudian ada insentif, karena Petani ini bukan hanya sekedar profesi, tapi satu tugas mulya memberi makan 280 juta rakyat Indonesia sehari 3 kali makan, dan juga perlu bergizi. Ini saya kira sesuai degan program makan siang bergizi terutama untuk anak-anak, kebutuhan pangan memang sangat penting. Jadi inovasi-inovasi dengan teknik Salibu ini bisa kita kembangkan lagi sambil terus disempurnakan dan ini satu contoh dan tonggak yang penting. Semoga panen kita ini bisa benar-benar maksimal,“ pungkasnya.
![]() |
(Asep GP) |
Harapan Petani Sejahtera juga menjadi harapan Ahmad Heryawan. Kesejehateraan petani meningkat itu yang paling penting.Karena itu ke depan sebagai bangsa kita harus membangun ketahanan dan kadaulatan pangan sekaligus. Jadi oleh karena itulah selain produktivitas pangan (yang sangat tergantung pada varietas bibit unggul, pupuk, irigasi, dan para penyuluh), bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan para petani. Kalau ternyata jadi petani dirasa sejahtera tentu para pemuda pun akan berbondong-bondong jadi petani.
![]() |
(Asep GP) |
“Saya punya usulan mungkin padi ini selain dihargai dengan harga ekonomi, harus dihargai juga dengan harga kehidupan. Kalau dipakai harga ekonomi ada kekhawatiran rugi (berpikir untung-rugi), dan petani bisa beralih ke holtikultura atau bahkan dialihkan ke industri. Ke depan kehidupan masyarakat kita harus sehat, kita harus berdaulat pangan. Maka selain harga ekonomi juga harus ada harga kehidupan. Nah kehidupan itu tadi ada beragam cara, bagaimana caranya supaya petani tetap betah jadi petani, bahkan ke depan ada anak-anak muda jadi petani, karena petani selain memiliki produksi harga ekonomi juga harga kehidupan. Jadi yang penting petani bisa nyaman dan sejahtera,“ demikian kata Kang Aher. (Asep GP)***
%20Bersama%20Andri%20Kantaprawira%20(Iket%20Hijau)%20Juga%20Kang%20Aher%20(Bercaping%20-%20Baju%20Hitam),%20Turun%20Ke%20Sawah%20Memanen%20Padi%20(Asep%20GP).jpeg)
Fadli Zon Panen Padi Budidaya Digjaya 35 Ton/Hektar/Tahun Bersama Pokja Agraria Gerpis
Fadli Zon (Pakai Caping - Baju Coklat) Bersama Andri Kantaprawira (Iket Hijau) Juga Kang Aher (Bercaping - Baju Hitam), Turun Ke Sawah Meman...
Monday, September 16, 2024
![]() |
Paguyuban Asep Dunia, siap satukan visi |
Acara Rapat Koordinasi Nasional Paguyuban Asep Dunia (PAD) tersebut, berlangsung di Gedung Sekretariat Yayasan Baraya Maung Parahyangan Jl. Lombok No. 22 Kota Bandung (14/9/2024).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Dani Hadianto, SE., MAB. Analis Ketahanan Ekonomi, Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan, Bakesbangpol Jabar yang sekaligus membuka acara, Presiden PAD Asep Ruslan, Dewan Pembina DPP PAD Mayjen TNI (Purn) Asep Kuswani, SH., M.Si (Han), Ketua Yayasan Baraya Maung Parahyangan (BMP) yang juga Anggota Dewan Pembina DPP PAD Brigjen TNI (Purn) Asep Syaripudin, Ketua Panitia Rakornas yang juga Wakil Presiden PAD Asep Jaelani, S.Pd., M.Pd, Dewan Pakar DPP PAD Asep Zaenal Mustopa, SKM.,M. Epid, Ketua DPW PAD, Ketua DPD PAD, ketua organisasi sayap DPP PAD dan tamu undangan lainnya.
Menurut Presiden PAD Asep Ruslan, Rakornas ini adalah untuk menyatukan visi dan langkah PAD dalam mencapai tujuan bersama. Maka dia pun mengajak agar Rakornas ini dijadikan momentum berharga untuk mempererat tali persaudaraan, agar PAD makin solid, ada aksi, dan karya nyata, serta dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi semua.
“Rakornas ini dalam rangka menyatukan visi PAD untuk nanti, acara KAA (Konferensi Asep-Asep) dan terakhir adalah Munas. Mudah-mudahan rakornas ini menghasilkan ide-ide cemerlang dari para pengurus yang ada di seluruh Indonesia dan juga kami harap PAD semakin solid, semakin memberikan kontribusi yang nyata bagi anggota masyarakat bangsa dan Negara Kesatuan RI,” harapnya.
![]() |
Dari Kiri, Wakil Presiden PAD Asep Jaelani, Presiden PAD Asep Ruslan dan Dewan Pembina DPP PAD Mayjen(Purn) Asep Kuswani |
Rakornas PAD ini kata Asep Ruslan, terselenggara atas dukungan setiap Akang Asep dan berbagai pihak, terutama Yayasan Baraya Maung Parahyangan (BMP) yang memberikan tempat pelaksanaan rakornas secara gratis. Katanya berterima kasih sekali.
Sementara itu Dewan Pembina DPP PAD Mayjen TNI (Purn) Asep Kuswani, menjelaskan pada wartawan, Paguyuban Asep Dunia ini merupakan organisasi kemasyarakatan tempat berkumpulnya Asep-Asep, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. PAD ini Dewan Pimpinan Wilayahnya (DPW) tersebar di seluruh dunia, ada di Saudi Arabia, Phlipina, Singapura, Prancis, Amerika Serikat, Australia, dsb.
“Maka ketika PAD melakukan sawala maya (zoom meeting), tanpa memperhatikan perbedaan waktu di setiap belahan dunia, perwakilan Asep dari semua Negara itu hadir. Bayangkan yang di Amerika jam 2 malam, tapi karena perbedaan waktu yang di Australia jam 2 siang. Tapi mereka selalu ikut. Alhamdulillah dengan adanya PAD ini kita bisa mengadakan silaturahmi diantara Asep dan Asep dan ini tidak hanya Asep saja untuk berkontribusi pada bangsa-Negara, tapi saudara-saudara Asep, pacar-pacar Asep, istri Asep, semuanya. Dan PAD ini tidak berpolitik, tapi Asep-Asep punya hak politik masing-masing karena dalam PAD ditinjau dari komponen pertahanan ada komponen utama, cadangan, dan komponen pendukung,“ tutur Pak Jenderal, gamblang sekali.![]() |
Presiden Asep Dunia dan jajarannya siap lakukan aksi dan karya nyata |
Sementara itu, mewakili Bakesbangpol, Dani Hadianto, berharap Rakornas PAD menghasilkan visi-misi dan hasil yang memuaskan bagi semua. “Dan tentunya PAD ini bisa menjalin sinergitas dengan pemerintah Jabar dalam meuwujudkan masyarakat madani, sejahtera lahir-bathin,” tandasnya. (Asep GP)***

Paguyuban Asep Dunia Untuk Satukan Visi Gelar Rakornas Tahun 2024
Paguyuban Asep Dunia, siap satukan visi Acara Rapat Koordinasi Nasional Paguyuban Asep Dunia (PAD) tersebut, berlangsung di Gedung Sekretar...
Thursday, August 29, 2024
Sebagaimana diketahui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar menyelenggarakan COFEX (Conferensi & Exhibition /Pameran) yang menampilkan produk-produk kreatif Aplikasi, Gim dan Animasi di Gedung Sate, Bandung (21-24/8/2024). Nah Indigo, program inkubator dan akselerator startup digital milik PT Telkom Indonesia Tbk, juga tak ketinggalan turut berpartisipasi.dalam acara Cofex AGA dan Connecti: City, tsb. Sesuai dengan perannya sebagai inkubator startup digital, Indigo memberikan dukungan melalui sharing session dan showcase yang menampilkan beragam inovasi dari startup binaannya.
Pada sesi Conference di Cofex AGA, Saiful Jais, Indigo Incubation Program Lead, memaparkan topik "Unlocking Opportunities in Digital Era", yang membahas dampak aplikasi digital di Jawa Barat. Selanjutnya, Eumir Bethbeder, Founder startup Automa, turut berbagi kisah sukses dari startup binaan Indigo tersebut. Sedangkan di sesi Conference Connecti : City, Niki Tsuraya Yaumi, Co-Founder Goers, membahas percepatan pengembangan ekonomi kreatif melalui aktor kreatif dan teknologi. Goers sendiri merupakan salah satu startup binaan Indigo yang telah memberikan kontribusi signifikan di bidang ini.
Pada pameran Showcase Exhibition, Indigo memamerkan produk unggulan Telkom, Pijar, serta tiga startup binaan lainnya, yaitu: Cyber Army, Habibi Garden, dan Automa. Selain itu, Indigo juga membawa startup lokal lainnya seperti Curaweda, Titik 0, dan WaitHub.
Menghubungkan Startup dengan Peluang Bisnis yang Lebih Besar
Partisipasi Indigo dalam acara ini sangat membantu startup binaannya dalam memperluas jaringan dan menjangkau pasar yang lebih luas. Angelita Apriliana, Sales Executive Cyber Army Indonesia, menyatakan bahwa dukungan Indigo di acara ini telah memberikan peluang untuk memperluas branding dan meningkatkan skala bisnis.
Wafa Nur Izzah, Business and Product Strategist Pijar Talenta, juga menekankan pentingnya acara ini dalam membantu mereka memperkenalkan produk ke masyarakat Jawa Barat. Sementara itu, Desi Lestari, Corporate Secretary Curaweda Palagan Simbiotech, mengapresiasi kemudahan yang diberikan Indigo dalam mempertemukan mereka dengan calon investor dan klien potensial.
Masa Depan Kolaborasi dan Pengembangan Startup di Jawa Barat
Acara ini diharapkan dapat menjawab tantangan ekonomi dan ketenagakerjaan di Jawa Barat, serta mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih siap dalam menciptakan ekosistem startup dan ekonomi kreatif yang lebih baik di masa depan.
Benny Bachtiar, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, mengatakan bahwa Indigo yang merupakan program inisiatif Telkom Indonesia yang aktif dalam mendorong pertumbuhan industri kreatif digital yang memiliki dampak sangat besar dalam pendukungan pelaksanaan kegiatan Cofex, khususnya dalam sektor Aplikasi. Adapun dampak peran Indigo adalah eksposur dan visibilitas promosi, inovasi, talenta, networking, dan kolaborasi. Benny berharap, kedepannya Indigo akan tetap konsisten dan berkomitmen di dalam pengembangan startup yang menghasilkan aplikasi inovatif untuk kemajuan ekonomi kreatif Jawa Barat.
Patricia Eugene Gaspersz, Senior Manager Indigo, menambahkan bahwa Indigo saat ini memiliki program dalam bentuk kolaborasi acara yang bertujuan untuk membangun digital ekosistem di tiap daerah. Dalam hal ini, Indigo memberikan dukungan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat dari sektor Aplikasi dengan menghadirkan beberapa startup yang menjadi bagian portofolio Indigo dan beberapa startup di Jawa Barat untuk berpartisipasi pada acara Cofex dan Connecti : City. Harapannya, acara ini dapat meningkatkan bisnis para startup di Jawa Barat agar mampu mencapai level yang lebih baik.
***
Indigo (https://indigo.id/) merupakan program inkubator dan akselerator startup digital milik PT Telkom Indonesia Tbk (Telkom). Sejak 2013, Indigo telah berhasil membina lebih dari 200 startup digital. Melalui kolaborasi dengan berbagai partner, baik itu dari pemerintah maupun swasta, Indigo telah membantu startup binaannya untuk menjangkau pasar yang lebih luas. (Rls/AGP)***
Tatarjabar.com August 29, 2024 CB Blogger Indonesia

Dukungan Indigo untuk Cofex AGA dan Connecti : City di West Java Festival 2024
Indigo menjadi kolaborator acara Cofex AGA dan Connecti:City di West Java Festival 2024 dengan memberikan sharing session dan showcase dari ...
Monday, November 13, 2023
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya (menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda) tidak akan maju-maju. Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof. Dr. Hj.Ernie Tisnawati Sule, Jawa Barat tidak punya local branding dan kata Burhanudin Abdullah, kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Adzie Esa Poetra bukan hanya dikenal sebagai guru vokal yang sejak tahun 1975 hingga kini banyak melahirkan para penyanyi terkenal Nasional dan Internasional seperti Rossa, Melly Goeslaw, Inka Cristy, Merry Andanie, Janita Janet, Rita Efendi, Faisal Amir, Nike Ardila (Almh), Indri AFI, Brinet Idol, Yungyung (China Selatan Idol), Fauzia (Singapura Idol), dll, tapi Pembina Perguruan Silat Tadjimalela ini dikenal vokal mengkritisi keadaan politik, ekonomi dan sosial di Indonesia, terutama Jawa Barat.
“Saya ingin mengingatkan ke teman-teman bangsa Indonesia terutama para politisi, cobalah politik itu jangan dianggap heureuy (main-main), tapi harus berbudaya, harus berkebudayaan, harus membudayakan budi, budaya itu kan budi pekerti - harus berbudi! Indonesia sekarang lingkungan hidupnya hancur, bangsa kita IQ nya terendah di Asia Tenggara, belum kemiskinan,“ kata Adjie ketika di temui wartawan di Bandung.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Begitu juga orang Sunda menurut Adjie kurang daya saingnya di tanahnya sendiri (jati kasilih ku junti), orang Sunda yang duduk di DPRD saja cuma 25%, padahal menurut survey BPS (Biro Pusat Statistik) 2020, Jawa Barat 75% dihuni Orang Sunda. Orang Sunda sudah kehilangan jatidiri hingga tidak dihargai, hanya dianggap bagian dari Jawa. Oleh karena itu menurutnya nama Jawa Barat harus diganti, harus ada nama Sunda-nya (sudah ada usulan, diantaranya Provinsi Sunda, Provinsi Tatar Sunda, dsb). Karena nama Jabar kurang efektif, dan perjuangan mengganti nama itu sudah sejak tahun 1956 (Kongres Pemuda Sunda), hingga sekarang terus bergaung termasuk oleh pihak Adjie.
Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut para ahli penting untuk menentukan masa depan. “Kalau Jawa Barat tidak diganti namanya tidak akan maju-maju,“ tegas Adjie sambil menyitir pernyaataan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad Prof.Dr. Ernie Tisnawati Sule bahwa Jawa Barat tidak punya local branding dan pernyataan Burhanudin Abdullah yang setuju bahwa kepribadian sebuah provinsi itu akan mendongkrak perekonomian.
Orang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
Tatarjabar.com
November 13, 2023
CB Blogger
IndonesiaOrang Sunda di Jabar dirasa Adjie hanya jadi anak bawangnya Jawa, dianaktirikan. Buktinya RAPBD Jawa barat pasti nomer 3 padahal penduduk lebih banyak. Dan ketika mengajukan pemekaran daerah pun sulit diketuk palunya. Kenapa Jateng lebih banyak daerah yang dimekarkan padahal penduduknya sedikit hanya 39 juta jiwa sedangkan Jawa Barat lebih banyak 48 juta lebih. “Kalau desanya sedikit ya otomatis dana desa bantuan dari APBN juga sedikit,“ sesalnya.
Adjie juga mengatakan, pernah dengar cerita Ceu Popong ketika menanyakan kepada pihak terkait kenapa bantuan ke Jabar sedikit, dan jawabannya tidak mengenakan, Jabar sudah terwakili sama Jateng dan Jatim. “Jadi Jabar dianggap sepele anak bawang, padahal Jabar daerah penyangga ibukota, dekat ke ibukota harusnya jabar lebih berdaya lebih hebat. Kenapa kalah sama Banten. Persentase penduduk miskinnya juga kalah sama Banten mereka masuk 10 besar (data BPS Maret 2023 : 6,7%). Padahal Banten jadi provinsi baru di tahun 2000, Banten juga akan membuat jembatan laut yang menghubungkan Pulau Jawa - Sumatera, Merak dan Bakaheuni Lampung, walau ditunda.
![]() |
(Foto. Dok. Pribadi) |
“Persentase Penduduk Miskin Jabar (2023) 7,62% atau 3, 89 juta, jadi di posisi ranking 16 selama puluhan tahun, tidak maju-maju. Partisipasi Pendidikan Usia SMP (2022) 95,27% - ranking 27 di bawah rata-rata nasional 95,92%. Untuk SMA (2022) 68,66% -ranking 32 di bawah rata-rata nasional 73,15%. Kuliah 23,99% - ranking 24 di bawah rata-rata nasional 25.99%. Indeks Kebahagiaan Jabar (2021) 70,23 point-ranking 32 dibawah rata-rata nasional 71,49%,“ demikian rincian Adjie
“Jadi tidak bisa tidak, kalau orang Sunda ingin maju harus mengganti nama Jawa Barat. Itu intinya kalau Jabar mau maju ganti nama. Ini cara out of the box, sebab dari dulu kita tidak maju-maju, moyodok tah. Dan ini harus ada gubernur yang sanggup merubah nama, begitu juga DPRD nya. Karena prosedurnya menurut Permendagri Nomor 30 Tahun 2012, penggantian nama harus melalui usulan gubernur diajukan ke DPR” tegas Adjie. Dan itu sudah beberapa kali diusulkan Adjie dan para inohong ke gubernur tapi tak pernah ada balasan.
Orang Jabar banyak yang pintar banyak kaum inteleknya, tapi kenapa tidak ada yang jadi presiden dan tiap ada yang berani mencalonkandiri jadi Capres tidak didukung. Tapi mungkin akan lain ceritanya kalau mereka berjasa mau merubah nama Jawa Barat menjadi Provinsi Tatar Sunda, misalnya. Karena bisa menyatukan 75% orang Sunda yang menghuni Jawa Barat, belum 25% pendatang yang kebanyakannya Sunda Kultural.
Di Jawa Barat menang banyak orang luar (china keturunan, Padang, Batak, Jawa, dsb) yang mengaku Sunda dan mengabdi, membela Sunda. Diantaranya ada Hapy Bone, Fadli Zon, Rizal Ramli, dulu ada Tan Deseng (seniman), Wildan Nasution (penyiar), Rem Sylado (musisi) dan banyak lagi.
Dalam masalah perubahan nama Jabar juga yang membela dan mendukung habis-habisan itu justru Sunda Kultural seperti Fadli Zon dan Rizal Ramli. Kata mereka nama Jabar memang harus diganti tidak eksotis seolah Jabar hanya bagian dari Jawa, anak bawangna Jawa. Jawa barat seolah Sunda bukan Jawa juga bukan, kacingcalang.
Perubahan nama harus jadi cara out of the box, karena selama ini cara-cara standar Jabar belasan taun gagal, kalau berhasil tentu dari dulu Jabar maju dalam berbagai bidang, pendidikan, ekonomi. Kenyataannya kalau berpijak ke tujuan NKRI aja gagal. Misalnya dalam masalah Perlindungan terhadap masyarakatnya kan harus bagus, tapi kenapa masih memukuli para demonstran. Terus stunting (gizi anak) juga parah, begitu juga kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan ke Komnas HAM.
Demikian juga lingkungan hidup sudah rusak, lingkungan pemukiman kita paling kumuh. Atau itu saja dalam tujuan NKRI pertama, melindungi bangsa dan seluruh tumpah darah, hancur. Terus dalam hal kebudayaan, 300 kesenian tradisional musnah, kearifan lokalnya hilang, belum tingkat kecerdasannya yang di bawah standar. Pendidikan di kita mengkhawatirkan, yang kuliah aja hanya 25% di usia kuliah, SMA lebih parah lagi hanya 32%, persentasenya kalah dengan Papua dan Banten.
Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, PDB (Produk Domestik Bruto) rendah, rankingnya tidak masuk 10 besar, tidak sejahtera. Pasalnya ini, menurut Adjie persoalan ekonomi, kenapa ekonomi, karena kita tidak punya daya saing. Kalau punya daya saing misalnya sekolah tidak gratis pun kita akan mampu, karena punya duit.
Jatidiri Orang Sunda dihancurkan Belanda Selama Berabad-abad
Sebagaima kita tahu, Sunda menurut R.W. van Bemmelen (1949) adalah sebuah dataran bagian baratlaut wilayah India Timur dan bagian tenggaranya dinami Sahul. Dataran Sunda dikelilingi sistem Gunung Sunda yang melingkar sepanjang 7.000 km. Dataran Sunda terdiri atas dua bagian utama, bagian utara meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian barat dan selatan yang terbentang dari timur ke barat mulai Maluku bagian selatan hingga Lembah Brahmaputra di Assam (India). Dengan demikian, bagian selatan dataran Sunda dibentuk kawasan mulai Pulau Banda di timur terus ke barat melalui pulau-pulau di Kepulauan Sunda Kecil, Jawa, Sumatera, Kepulauan Andaman, dan Nikobar sampai ke Arakan Yoma di Birma. Dataran ini selanjutnya bersambung dengan kawasan sistem gunung Himalaya di barat dan Sahul di timur.
Selain itu ada, jauh sebelum ada nama Indonesia dan Nusantara, kepulauan yang ada di seluruh Indonesia ini bernama Sunda, pulau-pulau besar (Sunda Besar) terdiri dari Sumatera, Jawa, Madura, dan Kalimantan dan pulau-pulau kecil (Sunda Kecil), Bali, Nusa Tenggara, dan Timor.
Kata Adjie, Sebelum dirubah Belanda menjadi West Java seluruh Nusantara ini dikenal orang-orang barat dengan nama Sundaland. Nama Sunda dirubah Belanda tahun1925 jadi Jawa Barat (West Java), sebab Sunda dianggap membahayakan, orangnya pintar-pintar dan susah ditaklukan. Hal itu memang dikatakan Tome Pires, seorang bangsa Portugis yang mengelana ke Kepulauan Nusantara dengan kapal layar abad ke - 15 (1513) yang memuji orang Sunda sebagai “Kstaria yang Jujur dan Gagah Berani”.
Intinya, Sunda dulunya bangsa yang unggul, tanahnya sangat luas, gemah ripah loh jinawi, budayanya luhung, orang-orangnya pintar, jujur dan pemberani. Tapi sekarang Sunda tinggal sekumpulan etnis yang mendiami wilayah Barat pulau Jawa dan disebut Jawa Barat. Memang etnis terbesar kedua di Indonesia tapi kurang daya saingnya serta diperlakukan tidak adil.
Untuk mengembalikan Sunda yang unggul, gemah ripah loh jinawi, rea ketan rea keton sepi paling towong rampog, diperlukan cara out of the box (cara lain) karena cara-cara standar yang selama ini dipakai tidak menghasilkan kemajuan.Caranya yaitu dengan perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda/Tatar Sunda.
“Jadi perubahan nama itu menjadi cara yang penting sebagai out the box untuk mendukung cara standar yang sudah lebih dulu dijalankan, yang gagal terus. Jawa Barat kan gagal terus, hanya dilihat sebelah mata,” tegas Adjie.
Jadi intinya dirubah nama jadi provinsi sunda itu berhubungan dengan jatidiri dan daya saing dan ini merupakan cara out of the box yang belum pernah dilakukan dan perlu dilakukan. Ya kalau dengan nama Jabar maju terus mah tidak masalah, kenyataannya provinsi pangmoyodokna,tertinggal di segala bidang. Ini ganti nama itu salah satu solusi, nanti setelah itu akan kita tindaklanjuti dengan Majelis Adat Istiadat Sunda.
![]() |
Bersama cucu tercinta (Foto. Dok. Pribadi) |
“Jadi ganti nama itu akan otomatis menaikan lagi kearifan lokal dan orang Sunda akan kembali bangga akan dirinya, bakal bicara lagi menggunakan bahasa Sunda, punya tangtungan lagi, akan bepegang teguh pada catur watak : orang Sunda kukuh kana jangji, orang Sunda leber wawanen, orang Sunda silih wawangi,” kata Adjie.
Jadi kata Adjie, pokoknya sekarang di Jawa Barat harus ada gubernur baru dan wakil rakyat (anggota DPRD) yang baru, yang pro perubahan nama sebagai cara out of the box, karena cara seperti itu sangat menentukan daya saing, di dalamnya ada jatidiri. Jangan sampai Jawa Barat moyodok terus (kalah berkembang sama provinsi lain), padahal orang Jawa Barat pintar-pintar SDM nya bagus, banyak kaum intelektualnya, perguruan tingginya juga berkualitas banyak yang kelas dunia.
“Dengan berubah nama mejadi Provinsi Sunda, kearifan lokal akan kembali bergeliat. Dan akan kita akan tindaklanjuti dengan 'Majelis Adat Istiadat Sunda Sabilulungan'. Hingga pendatang pun harus bisa menyesuaikandiri dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung, seperti orang Sunda yang suka pindah cai pindah tampian (pandai menyesuaikan diri) dimana pun berada. Tapi Alhamdulillah banyak pendatang yang akhirnya jadi Sunda Kultural, nyaah, cinta dan mengabdi di bumi Pasundan,” demikian pungkas Koordinator Penggemar Olahraga dan Kebudayaan HMI, Pimpinan Sekolah Vocal Adjie Esa Poetra, dan Pegiat Silat Tajimalela sejak 73. (Asep GP)***
.jpeg)
Jawa Barat Menurut Seniman dan Budayawan Sunda Adjie Esa Poetra : Dicari Gubernur Yang Bisa Merubah Nama Jawa Barat Menjadi Provinsi Sunda
Adjie Esa Poetra (Foto. Dok Pribadi) Nama “ Sunda” itu menjadi penting buat membentuk jati diri, kepribadian, karakter. Karakter menurut p...
Tuesday, September 5, 2023
![]() |
Mapag Sunda ka Hareupna (Foto Asep GP) |
Hal itu mengemuka usai Forum Sunda Ngahiji menggelar acara “Matotoskeun Deklarasi Padjadjaran Perkawis Gunung Pananggeuhan Sunda” yang berlangsung Sabtu (2/9/2023), di Bale Rumawat Unpad Jl. Dipatiukur No. 35 Bandung dengan menghadirkan Pemikir Kenegaraan & Kebangsaan Yudi Latif, PhD.
Gunung Pananggeuhan Sunda (Majelis Musyawarah Sunda) itu tempat urang Sunda kalau ada apa-apa bisa bertanya. Tapi bukan dalam bentuk organisasi, hanya semacam forum, kaukus (pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri pihak lainnya), dan sebagainya.
Jadi bukan organisasi baru tetapi tempat orang-orang bisa bermusyawarah mengenai kasundaan dengan tugas utama menjaga nilai-nilai Sunda itu sendiri juga tempat menampung masukan-masukan. Kalau di tempat lain sudah ada Majelis Betawi, Balai Banjar (Bali), Nini Mamak (Minang), dan sebagainya, tapi di Sunda belum ada.
![]() |
Para Inohong Sunda Sayaga Mapag Sunda ka Hareupna (Foto Asep GP) |
Dalam Majelis Musyawarah Sunda (MMS) ini ada usulan harus ada semacam ex officio (rangkap jabatan), orang-orang Sunda yang jadi pimpinan dimasukan di dalamnya. Kemudian nanti ada lembaga, ketuanya mungkin presidium, tidak ketua penuh, saya usulkan tiap 6 bulan sekali ganti ketua, yang dalam 6 bulan itu dia harus menghasilkan sesuatu yang kontributif.
“Urgensi terbentuknya forum ini karena kita (Sunda) berhadapan dengan masalah-masalah kebudayaan Sunda. Ya banyak sekali, misalnya sekarang ini Sunda itu IPM (indeks pembangunan manusia) nya, masih di bawah, segala macam banyak variable-variabel. Salah satu penyebabnya adalah karena DAU (Dana Alokasi Umum: Dana dari APBN yang dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendananai daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi) yang tidak layak untuk Jabar. Ya Mungkin yang ada di MMS ini termasuk orang-orang yang bisa memikirkan semua itu atau nanti satu saat ada gagasan bahwa provinsi dipecah lagi, kalau ini terjadi kita berharap itu tetap aja ada di dalam basis kasundaan. Ada yang menaungi kasundaan,“ demikian dikatakan Prof.Dr.Ir. Ganjar Kurnia, DEA (Rektor Unpad ke-10) yang jadi tuan rumah kegiatan.
Jadi kata Kang Ganjar, Kedepannya lembaga ini sebagai lembaga yang mempertahankan kasundaan saja, tak ada kepentingan politik. “Ini tempat berkumpul, misalnya ada masalah kebudayaan kita bisa beri masukan. Misalnya nama-nama tempat di Jabar kan sudah pakai bahasa Inggris semua, tolonglah nama Sunda dipertahankan,“ pungkasnya.
Dan seperti yang dikatakan Yudi Latif pada wartawan, bahwa warisan budaya, karakter-karakter budaya, cerlang-cerlang (cahaya terang) budaya lokal itu tidak bertentangan dengan budaya Nasional, justru keluasan kekayaan kebudayaan Indonesia itu akan kuat tumbuh berkembang kalau kita mampu memuliakan, merawat, dan mengembangkan budaya-budaya daerah.
“Nah oleh karena itu budaya ini juga kan terkait dengan lingkungan ekosistemnya, lingkungan manusianya, oleh karena itu kalau kita ingin memperkuat budaya Sunda, perkuat ekosistemnya, tingkat pendidikannya. Kedepan kita tahu pembangunan itu bukan hanya membangun infrastruktur fisik, hakikatnya kan pembangunan itu untuk meningkatkan kualitas hidup dan kalau kita bicara kualitas hidup kita bicara mutu manusia, mutu kebudayaan. Kebetulan di Jabar juga meskipun dekat dengan pusat ibukota (Jakarta) dan disini juga kota pendidikan dengan beberapa universitas negerinya yang terkenal, tapi itu tidak sebanding dengan tingkatan mutu manusianya, IPM Jabar itu jadi salahsatu yang tertinggal di Indonesia. Nah kenapa, karena mungkin selama ini kurang kesadaran komunitas untuk memperjuangkan aspirasi arus bawah ini untuk bisa ditangkap dalam jendela politik Nasional,” demikian kata Yudi.
![]() |
Para Jenderal Sunda, Macan Siliwangi Siap Mapag Sunda ka Hareupna (Foto Asep GP) |
Oleh karena itu kata Alumni Fikom dan aktivis GSSTF (Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film) Unpad ini, dibutuhkan preasure group dari kekuatan komunitas-komunitas yang solid untuk mengangkat arus bawah ini ke tingkat Nasional sehingga bisa mewarnai kebijakan Nasional.
Dan untuk memperkuat semacam forum-forum komunitas inklusif seperti ini, kata Yudi kasundaan ini asosiasinya tidak hanya pada etnis, tapi siapa saja mau pituin (etnis Sunda) mau mukimin (pendatang), pokoknya orang yang hidup menghirup oksigen di tanah Jawa Barat itu berhak jadi bagian di musyawarah ini.
Sementara itu Dra. Hj. Eni Sumarni, Mkes, yang mewakili DPD, sangat sepakat dengan apa yang dilakukan para inohong Sunda membentuk MMS. Karena ada banyak ketimpangan-ketimpangan yang harus diperjuangkan. Diantaranya masyarakat Sunda (Jawa Barat) tidak mendapat perlakuan adil dari pemerintah pusat, terutama dari hak perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Contohnya kita ingin memperjuangkan CDPOB (calon daerah persiapan otonomi baru), karena kalau 9 CDPOB ini gol, akan meningkatkan dana transfer ke daerah yang otomatis akan mensejahterakan rakyat Jawa Barat. Tapi kenapa Jabar yang wilayahnya begitu luas ini dan berpenduduk 50 juta jiwa hanya diawaki 27 kab/kota, tapi Jateng yang penduduknya 34 juta jiwa dan luas wilayahnya lebih sedikit dan wakil rakyatnya lebih sedikit diawaki 35 kab/kota, Jatim dengan penduduk 39 juta jiwa dan luas wilayahnya sama dengan Jabar 38 kab/kota.
“Nah jelas ini ada ketimpangan dana transfer daerah sehingga berpengaruh pada kesejahteraan dan pendidikan. Semua perguruan tinggi berkualitas bagus itu ada di Jabar tapi hanya 22% rakyat Jabar yang mengenyam pendidikan. Nah ini salah satu ketimpangan yang sudah terasa yang harus kita perjuangkan,” kata Bunda Eni serius.
Nah dengan adanya dukungan Gunung Pananggeuhan (MMS), apabila pemda seperti sekarang kesulitan dalam memperjuangkan PDOB, nanti bisa dimusyawarahkan lalu disampaikan langsung ke pihak terkait seperti masyarakat adat Papua yang berani datang ke istana untuk mendorong kebijakan presiden agar apa yang diinginkan masyarakat daerahnya itu direasilasikan.
![]() |
Forum Sunda Ngahiji Melahirkan Majelis Musyawarah Sunda (Foto Asep GP) |
“Betapa Jawa Barat ini gudangnya para pakar, banyak ahli. Andai itu bersatu sabeungkeutan Insha Alloh jadi kuat. Kata pepatah juga bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Dalam arangka itulah maka MMS ini berjuang dan berusaha menyatukan seluruh elemen, kelompok-kelompok yang ada di Jabar yang ada atau berkeinginan untuk memajukan daerahnya,“ kata Bunda Eni yang mengaku sudah berjuang bersama gubernur/pemda dan DPRD serta jajarannya sampai membuat 9 PDOB dan terganjal moratorium. “Tapi ternyata dalam keadaan moratorium ada diskresi dari presiden untuk Papua menambah 4 provinsi .Nah kenapa Jabar yang berjuang terus tidak ada diskresi seperti itu ya?” katanya kesal.
Alhamdulillah Perjalanan panjang Forum Sunda Ngahiji untuk melahirkan wacana Gunung Pananggeuhan Sunda hari ini terwujud dengan nama “Majelis Musyawarah Sunda (MMS)”, yang di dalamnya diisi oleh Para Kasepuhan pancernya, atau Karamaan nanti juga ada Dewan Pakar dan Pekerjanya.
Jadi Matahoalang-nya-pancernya itu selain kasepuhan-kasepuhan, negarawan, orang-orang yang sudah punya integritas, tokoh-tokoh Nasional, anggota DPD, juga ada eks officio seperti gubernur, pangdam, kapolda dll. Dan sekarang kebetulan ada PJ Gubernur mudah-mudahan cepat merespon dinamika proses-proses sosial tentang pembentukan Gunung Pananggeuhan Sunda ini dan bisa silih anjangan untuk ngobrol bareng sambil ngopi sore di Pakuan bersama para inohong. Demikian harapan Panitia Pengarah Andri Perkasa Kantaprawira
Perjalanan Panjang Forum Sunda Ngahiji Berlabuh di Unpad Hasilkan Majelis Musyawarah Sunda
Lahirnya Gunung Panggeuhan Sunda – Majelis Musyawarah Sunda - ini, memang menempuh jalan yang panjang dan berliku.
Para inohong Sunda di tengah pandemi sekitar awal tahun 2022 berhasil membentuk Forum Sunda Ngahiji sebagai Forum Konsolidasi Tokoh dan Organisasi Kasundaan, di rumah Dr. (HC) Dra. Hj. Popong Otje Djundjunan, Jalan Cipaganti Bandung. Kemudian pada tanggal 19 Juni 2022 Forum Sunda Ngahiji menggelar Halal Bihahal serta Silaturahmi Idul Fitri 1443 H Masyarakat Sunda di Museum Bahari Banuraja Batujajar, sekaligus sosialisasi rencana Pelaksanaan Kongres Sunda, yang dihadiri ratusan para inohong/tokoh dari Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.
![]() |
Yudi Latif (tengah) hadir jadi Pangjejer di Bale Rumawat UNPAD (Foto Asep GP) |
Kemudian pada tanggal 19 Agustus 2023, dalam suasana Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 serta dan Hari Jadi Penetapan Provinsi Jawa Barat oleh Presiden Soekarno, 19 Agustus 1945 sebagai Provinsi Pertama di Indonesia bersama 7 provinsi lainnya, melaksanakan “Sawala Mapag Sunda Ka Hareupna”. Sawala yang digelar di Graha Sanusi Hardjadinata Jl. Dipatiukur 35 Bandung ini dihadiri ratusan tokoh dan organisasi kasundaan dari kabupaten/kota se-Jawa Barat, utusan dari perkumpulan seperti Paguyuban Urang Banten, Tokoh Betawi dan Sunda dari Jakarta, Tokoh-tokoh Asosiasi Profesi, Kaum Intelektual Sunda, Para Purnawirawan TNI/Polri, Tokoh Generasi Muda Sunda, Tokoh Kesultanan dan Kerajaan dari Sumedanglarang, Banten, Cirebon, juga utusan Sunda Pangumbaraan Sumatera Barat, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Tengah, serta Sunda Pangumbaraan se-Nusantara lainnya dan Diaspora Sunda.
Menurut Prof. Dr. Ir. Gnajar Kurnia, DEA, yang bertindak sebagai pengundang bersama Ceu Popong, Laksamana TNI (Purn) Dr. Ade Supandi, SE., MAP (KSAL 2014-2018), dan Dr. (Hc) Ir. Burhanudin Abdullah (Menko EKUIN Era Presiden Gus Dur dan Gubernur BI 2003- 2008), menyatakan bahwa sawala ini membahas beberapa agenda strategis yang menentukan masa depan urang Sunda: (1) Adeg-adeg Tangtungan Sunda (Jati Diri); (2) Nyaah ka Sunda (persoalan Agraria, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang di Tatar Sunda); (3) Ngaronjatkeun (meningkatkan) Ekonomi Urang Sunda; dan (4) Merumuskan Strategi Kebudayaan untuk Membangun Peradaban Sunda Maju dan Unggul. Acara ini dimoderatori Mahpudi, MT (Ketua IKAPI Jabar).
![]() |
Kang Ganjar Kurnia, Gunung Pananggeuhan Sunda (MMS) lembaga yang mempertahankan Sunda, bukan politik (Foto Asep GP) |
Sesuai harapan Panitia Pengarah Acara “Sawala Mapag Sunda Ka Hareupna”, Andri Perkasa Kantaprawira, S.IP.,MM, dan Ketua Panitia Dr. Nina Kurnia Hikmawati, SE., MM, hasil acara ini diberi nama “Deklarasi Padjadjaran”, karena diselenggarakan di Universitas Padjadjaran yang lahir dari aspirasi para pejuang pergerakan Sunda di Kongres Pemuda Sunda 1956.
Kesepakatan Deklarasi Padjadjaran ini kemudian dijadikan bahan-bahan untuk disusun menjadi kesepakatan Langkah Perjuangan Sunda untuk menjadi Suku Bangsa yang Mulia (dihargai suku bangsa lain) dan Nusantara yang Jaya (Indonesia yang bersatu, adil dan makmur). Acara Sawala ini dengan visi Sunda Mulia Nusantara Jaya, ingin menindaklanjuti estafet cita-cita Oto Iskandar di Nata dan Ir. Djuanda Kartawidjaja, yang dilaksanakan dengan stategi kebudayaan dan peradaban yang sesuai dengan zamannya (milenial, 4.0 dan 5.0).
Lalu akhirnya pada Sabtu, tanggal 2 september 2023 berhasil melahirkan MAJELIS MUSYAWARAH SUNDA (MMS). (Asep GP)***
Tatarjabar.com
September 05, 2023
CB Blogger
Indonesia.jpeg)
Forum Sunda Ngahiji Resmi Membentuk “Majelis Musyawarah Sunda”
Mapag Sunda ka Hareupna (Foto Asep GP) Hal itu mengemuka usai Forum Sunda Ngahiji menggelar acara “ Matotoskeun Deklarasi Padjadjaran Perkaw...
Subscribe to:
Posts
(
Atom
)
